💜-Malam Hari

3.9K 116 5
                                    

Lusy POV

Pukul 19.00 WIB, aku sudah berganti gaun untuk ketiga kalinya. Alhamdulillah, mamih mengabulkan keinginanku untuk memakai tiga gaun dalam acara pernikahanku.

Dan malam ini adalah malam yang paling ku tunggu. Ya, apalagi kalau bukan karna prosesi pedang pora? Dulu aku pernah melihat prosesi tersebut kala kak Amira menikah, aku yang membawa seserahan baju Persitnya.

Dan kini aku yang akan berjalan diantara gapura pedang tersebut. Masya Allah, gak nyangka ngebayanginnya.

Aku masih berada di dalam kamar rias bersama make-up astist dan keluargaku.

Malam ini aku memakai gaun putih rancangan ku sendiri tapi dibantu mamih juga dalam merancang nya, hehe.. Maklumi saja karna waktu merancang aku banyak sekali menambahkan aksen yang tidak penting dan mamih yang mengoreksinya.

Bang Azzam bersama para lelaki lainnya masih melaksanakan kewajiban sholat isya berjamaah di masjid dekat gedung acara berlangsung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bang Azzam bersama para lelaki lainnya masih melaksanakan kewajiban sholat isya berjamaah di masjid dekat gedung acara berlangsung. Sementara para prajurit yang ikut andil dalam acara malam ini sedang menyiapkan semua hal yang diperlukan.

Beberapa menit berseling, bang Azzam datang dan memasuki kamar yang aku tempati. Lantas membuat semua orang yang berada di kamar ini keluar menyisakan aku dan bang Azzam.

Aku menyiapkan seragam PDU yang akan ia kenakan sedangkan dirinya sedang berada dikamar mandi.

"Bang, bajunya di handle pintu, ya.." Ucapku sedikit kencang agar yang didalam terdengar.

"Iya, sayang.." Balasnya tak kalah kencang.

Setelah itu, aku duduk di tepian tempat tidur sambil mengecek handphone-ku yang tidak ku sentuh sehari ini.

Karna aku sudah selesai berias, jadi aku tinggal menunggu bang Azzam ganti baju dan kita turun kebawah untuk prosesi pedang poranya.

Aku turun bersama bang Azzam dengan terus menggandeng tangannya cukup erat. Membuat para tamu undangan yang hadir bersorak dan mengabadikan momen ini.

Sesampainya di depan para prajurit yang berbaris, satu pemimpin pasukan meniupkan terompet membuat para pasukan membuka pedangnya dan menghunuskannya ketika aku dan bang Azzam mulai melangkah melewati mereka.

Aku yang membawa sebuket bunga di tangan kiriku dan tangan kanan yang menggandeng bang Azzam mulai berjalan beriringan bersama bang Azzam yang menghormat.

Lagi-lagi aku bersyukur karna Allah telah menjodohkan aku dengan lelaki bernama Radit Azzam Nugraha setelah sekian banyak rintangan yang kami lewati bersama.

Setelah melewati sekitar sepuluh hunusan pedang, bang Azzam berbalik badan dan berjongkok di hadapanku. Sementara para prajurit melingkari kami dan menghunuskan kembali pedang mereka berbentuk payung.

Setelah itu, MC membacakan puisi dan bang Azzam menyematkan cincin pernikahan yang telah dipesan kemarin pada jari manisku.

Lalu, bang Azzam bangkit dan kini aku yang menyematkan cincin itu di jari manis bang Azzam.

I Love You Kekasih Negaraku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang