Malam harinya, Jogja terasa sangat dingin. Diluar, hujan turun dengan deras disertai angin dan petir yang saling menyambar.
Langit seolah sangat mewakilkan perasaanku saat ini. Amarah bercampur kesedihan ditambah rasa takut kehilangan. Itu yang aku rasakan menuju kepergian suamiku besok. Entah apa yang membuatku menjadi marah. Entah karena kepergiannya besok, entah hormon kehamilan, atau yang lain. Sangat tidak jelas perasaanku saat ini.
Aku hanya bisa termenung di depan meja sambil menikmati suasana diluar sana bertemankan secangkir susu ibu hamil.
Suamiku, sedang sibuk mengutak-atik laptopnya dan membuka tutup buku catatan. Masalah perlengkapan besok, itu sudah disiapkan tadi sore bersamaku.
Tak terasa, sudah pukul 10 malam dan sudah lebih dari 1 jam aku termenung disini. Sesekali air mataku turun, sesekali rasa bersalah ku datang.
Aku menangis karena aku tidak akan melihat senyumnya selama 2 minggu. Selama 2 minggu itu pula, ia tidak disampingku. Tapi, aku salah kalau menghalanginya untuk menjalankan tugasnya. Aku salah kalau menuntut untuk dia ada setiap saat bersamaku. Aku tau resiko menjadi istri tentara. Papih sering meninggalkan aku, kedua kakakku, dan juga mamih selama berminggu-minggu bahkan sampai berbulan-bulan. Tapi rasanya sangat beda sekali ketika ditinggal oleh suamiku dalam keadaan sedang mengandung seperti ini.
"Sayang"
Panggil suamiku memecah semua pikiran yang menghantuiku tentang keberangkatannya besok.
"Sudah malam, tidur, yuk. Gak baik kamu begadang dalam keadaan hamil begini" Lanjutnya dan mengusap bahuku sambil tersenyum.
Aku menatapnya. Membalas senyumnya dan mengangguk lantas berjalan menuju ranjang.
"Besok, kamu ikut kan mengantar suamimu ini pergi bertugas?" Tanyanya ketika selimut sudah menutup tubuh kami sempurna.
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
Ia memelukku dari belakang. Seperti biasa, aku berbalik dan bersembunyi di dada bidangnya. Dada ini yang akan aku rindukan selama 2 minggu kedepan.
Suara petir menyambar dan tiba-tiba lampu kamarku padam.
"Mas.. Gelap, ya?" Tanyaku memastikan.
"Iya, sayang. Kalau kamu takut, aku carikan lilin sebentar" Katanya dan hendak beranjak.
Aku mengeratkan pelukanku agar menahannya untuk tidak meninggalkanku.
"Jangan, mas. Kamu disini aja, aku cuma butuh kamu" Rengekku dan membuatnya terkekeh.
"Okey, good sleep, baby" Mengecup keningku dalam sampai aku tertidur.
•••
Pukul 4 pagi yang indah bersama.. Lho, suamiku kemana? Kok ranjang sampingku kosong? Apa dia sudah pergi? Ah, tapi tidak mungkin.
"Mas.."
"Sayang, aku didapur" Jawabnya dengan berteriak membalas teriakanku.
Tanpa aba-aba, kakiku langsung melangkah menuju tangga dan menemui suamiku.
"Good morning, baby" Sapanya dan memanyunkan bibirnya.
Oke, aku paham kode ini. "Morning kiss" Kataku dan mengecup bibirnya.
"Kamu mandi dulu, ya. Aku lagi siapin sarapan sehat untuk bini dan baby Azzam tercinta" Ucapnya sambil tersenyum dan berputar-putar di depan kompor dkk.
"Ayo, mandi sayang.." Mendorongku menjauh darinya menuju arah kamar. "Atau mau aku mandiin? Nanti malah lama dan gak selesai-selesai mandinya"
Seketika aku langsung berlari menuju kamar mandi setelah mendengar kalimat yang membuat bulu kudukku meremang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Kekasih Negaraku [END]
Historia CortaKetika tugas mempertemukan kembali kedua insan dalam bentuk perjodohan *Sorry for typo, thankyou UPDATE SUKA-SUKA HATIKU SENANGGG!!! High rangking - beberapa kali 1 #ad -3 #tni (12-12-2019) Setelah baca ini, silakan mampir ke lapak sebelah 💘