Perkenalan Buku Pedoman Sihir

2.4K 219 11
                                    

Kau tidak percaya penyihir?
Sayang sekali

Jangan terlalu serius dalam segala hal dan cobalah untuk bermimpi, sesekali.
Karena kadang-kadang,
hal yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya,
bisa saja terjadi.
Siapa tahu saja, suatu hari nanti seorang penyihir akan membuat keinginanmu jadi nyata hanya dengan mengayunkan tongkat sihirnya.
Seperti mimpi yang terjadi di suatu malam di tengah-tengah musim panas.

Oke. Sekarang cobalah untuk mengingat mantranya
dan aku yang akan membuat ramuannya.

 Sekarang cobalah untuk mengingat mantranyadan aku yang akan membuat ramuannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KETIKA kami kecil.
   Kami berdua sering keluar-masuk rumah sakit, seperti keluar-masuk rumah kami sendiri. Tentu saja para dokter dan suster tidak pernah tidak terkesima melihat paras Eunwoo yang begitu indah. Mereka pun selalu terkejut setelah mengetahui bahwa Eunwoo adalah anak laki-laki dan aku adalah anak perempua.

   Orang-orang yang melihat Eunwoo akan menyebutnya dengan "Tuan Putri yang Cantik". Namun, setelah melirikku yang ada di samping Eunwoo, mereka akan menyebutku dengan julukan "Jenderal". Tak lama, mereka akan cepat-cepat memalingkan pandangan dan kembali memandang Eunwoo. Bahkan, Eomma saja tidak pernah bisa membetulkan anggapan mereka yang selalu salah dengan memberitahukan bahwa aku ini perempuan. Namun, aku anak perempuan yang baik hati sehingga aku bisa memahami sikap beliau.

KETIKA kami kanak-kanak.
   Di Taman Kanak-kanak tempat kami bersekolah, semua guru selalu memberi perhatian lebih kepada Eunwoo. Aku selalu bersama dengan Eunwoo sehingga mereka pun memperlakukanku dengan sama. Atau mungkin mereka bersikap demikian karena aku juga melakukan sesuatu yang menggemaskan?
   Tentu saja. Iya, kan?

   Bagaimana juga aku pasti punya sisi menggemaskan karena waktu itu aku masih anak-anak. Namun, ketika aku melihat foto waktu kami masih kecil, aku pasti akan memandang tajam pada foto Eunwoo. Walau ia seorang anak laki-laki, tatapan matanya lembut sekali seolah-olah ia sedang tersenyum. Sebaliknya, dahiku berkerut persisi seperti julukan yang kuterima, seorang "Jenderal". Sial! Bahkan di mataku sendiri, aku sama sekali jauh dari sisi menggemaskan itu. Ck!

KETIKA kami sudah sedikit dewasa dan masuk SMP.
   Sama seperti sebelumnya, Eunwoo selalu mendapat perlakuan baik dan menjadi favorit para guru. Ia tidak hanya diperlakukan baik dan dicintai oleh para guru saja, tapi juga oleh teman-teman perempuannya. Tentu saja, tidak hanya Eunwoo yang merasakan hal itu. Aku juga punya banyak teman perempuan yang mencintaiku. Kenapa? Karena aku tinggal di rumah yang sama dengan Eunwoo dan aku adalah satu-satunya orang yang sepertinya paling berarti di dalam hidupnya waktu itu. Namun, menyakitkan sekali waktu itu mengetahui bahwa teman-teman perempuan yang menyukaiku--maksudku yang jauh lebih menyukai Eunwoo-- memiliki hati yang buruk dan tidak tulus.

   Ketika kami sudah lebih dewasa lagi dan menjalani masa remaja, aku selalu bersama dengan Eunwoo. Setiap saat. Bahkan, kami pun berbagi teman perempuan dan juga teman laki-laki. Banyak perempuan yang sengaja mendekatiku dan memperlakukanku dengan baik supaya mereka bisa mendekati Eunwoo. Bagaimanapun juga, perempuan adalah makhluk yang licik, tidak peduli berapapun usia mereka. Mereka cerdik sekali. Namun, aku sendiri tidak merasa dirugikan. Justru sebaliknya. Yang menjadi masalah utama adalah teman laki-laki Eunwoo yang sepertinya tidak tahu bahwa aku ini perempuan. Ah! Aku ingin menjadi dan dianggap perempuan. Kemampuanku menyembunyikan hal itulah di dalam hatiku dengan sempurna, membuatku menjadi salah satu perempuan terpintar yang pernah ada.

   Saat-saat SMA.
   Eunwoo lebih tinggi daripada aku. Ia selalu tertawa memandangku yang tidak bisa menyamai tinggi tubuhnya itu. Bahkan menyamai bahunya saja aku tidak sanggup. Seharusnya aku juga bisa sama tinggi dengannya.

   Eunwoo merokok. Aku juga. Aku tidak terlalu merasa terganggu dengan baunya. Eunwoo berhasil menjadi juara pertama di lomba maraton. Aku berhasil menyelesaikan seluruh rutenya. Sampai saat ini aku tidak pernah berhasil merebut gelar juara darinya. Ia mengerikan juga. Aku sama sekali tidak pernah menjadi juara pertama dalam hal apapun. Namun, aku selalu bekerja keras dalam semua hal yang kulakukan. Aku membencinya karena ia lebih memilih belajar daripada bermain.

   Di awal tahun ajaran, rumah kami selalu dipenuhi anak laki-laki yang sedang puber. Mata mereka menjadi berapi-api ketika mereka tahu bahwa Eunwoo memiliki saudara kembar perempuan. Aku tahu seperti apa kesan pertama mereka terhadapku. Dan aku benar-benar menikmati keterkejutan mereka. Iya. Sekarang aku sudah dewasa. Kami duduk dibangku kuliah dan sudah saatnya aku berpikir layaknya orang dewasa. Sekeras apapun usahaku, aku tidak bisa masuk ke perguruan tinggi yang sama dengan Eunwoo. Inilah fakta yang tidak terelakkan lagi. Aku harus mengakui bahwa ia tahu lebih banyak hal dari pada aku.

   Eunwoo sudah bersiap minum alkohol dan aku pun tidak mau kalah. Hahaha... untunglah. Di tahun kedua kuliah, Eunwoo berhasil lolos ujian profesi advokat. Ia memang sudah pintar dari dulu. Sementara aku, baru bisa lolos ujian masuk pegawai negeri tepat sebelum aku lulus kuliah. Namun, ada hal yang tidak berubah dari dulu. Eunwoo masih memiliki banyak teman perempuan dan laki-laki. Begitu juga denganku. Sejak dulu begitu dan akan seterusnya begitu.

   Aku melakukan semua hal yang dilakukan Eunwoo. Apa yang dirasakan Eunwoo, aku juga merasakannya. Ketika ia bahagia, aku pun bahagia. Begitu ketika ia sakit, aku pun akan sakit bersamaannya. Ia pintar, aku biasa-biasa saja. Banyak dan sedikit. Kami terpisah oleh jarak yang tidak terlalu jauh. Kalau ia tidak ada, aku akan tetap bisa hidup dengan baik dan tidak akan berbeda dengan orang lain. Namun aku tetap merasa iri padanya. Bukan. Lebih tepatnya sepanjang hidupku aku akan selalu merasa iri. Walaupun begitu, aku mencintainya. Sepenuh hatiku seperti aku mencintai diriku sendiri. Tentu saja, ia pun menyayangiku sepenuh hatinya. Sejak dulu begitu dan sampai kapanpun akan saling peduli dan tidak akan bisa dipisahkan. Kami saling mencintai. Dibandingkan seapapun di dunia ini.

   Kami adalah kembar fraternal yang hanya terpisah dua puluh menit saja.

   Kami adalah kembar fraternal yang hanya terpisah dua puluh menit saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Annyeonghaseyoo....

Ini awal cerita dari novel remake yang aku buat.
Ayoo Vote n Comment klo suka. 😄

 😄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love With a Witch (Remake VJOY ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang