“Mau lo gimana juga. Kalo emang dia sayang ya tetep sayang lah.”
▪️▪️▪️
Keesokan harinya, lagi-lagi Dewi Fortuna tak berpihak pada Mili. Gerbang sekolahnya sudah tertutup sebelum ia bisa masuk ke dalamnya.
Lagi-lagi ia terlambat.
Menyebalkan.
Tapi Mili nggak perlu manjat buat masuk ke dalamnya. Karena Pak Joko, guru kesiswaan paling galak di SMA Pelita Bangsa sudah membuka pintu gerbang dengan wajah garangnya.
“Mau ngapain kamu?” tanya Pak Joko garang.
Bukannya takut, Mili malah tertawa sambil menatap Pak Joko. Padahal, biasanya anak SMA Pelita Bangsa bisa sampe terkencing-kencing buat ngadepin Pak Joko.
“Ya mau sekolah lah, Pak. Masa saya mau jualan sayur kesini? Ah bapak mah suka lucu.”
“Kan saya jadi gemes.”
“Eh nggak deh, saya cuma gemes sama Ditto.”
Pak Joko menggelengkan kepalanya. “Kamu tau sekarang jam berapa?”
Mili mengangkat tangannya dengan angkuh lalu menatap jam tangan yang sudah melekat di dalam tangannya. “Jam 8 lewat 5 menit 20 detik, Pak.”
“Sekarang detik ke 21, Pak.”
“Sekarang ke 22.”
Pak Joko menajamkan tatapannya kearah Mili. “Sudah sudah!”
“Kamu tau harusnya KBM dimulai jam berapa?”
Mili menghela napas berat. “Ya ampun, Bapak kerja berapa lama disini sih, Pak?”
“Masa jam masuk aja Bapak nggak tau?”
“Jam 7 lah, Pak. Anak baru juga tau!”
Pak Joko menggelengkan kepalanya. “Mili, jaga sopan santun kamu ya!”
“Kalau kamu sudah tau seharusnya kamu masuk jam berapa. Kenapa kamu masih saja terlambat?” tanya Pak Joko.
“Sekarang kamu berdiri hormat tiang bendera sampai jam istirahat!”
Mata Mili membulat. “Jam istirahat?”
“Yaampun, Bapak kejam banget sih!”
“Tuhan aja maha pengampun, Pak. Masa Bapak enggak?” tanya Mili.
Pak Joko menggelengkan kepalanya. “Mili, sekarang!”
Mili menarik napas kesal lalu berjalan menuju lapangan dengan Pak Joko yang berjalan di belakangnya.
Mili mulai hormat kepada tiang bendera. Dengan mendengar celotehan Pak Joko yang tak kunjung henti.
“Dari 1000 siswa yang ada di sekolah ini, cuma kamu yang terlambat paling lama dan punya catatan buruk di sekolah ini!”
“Kamu ini sudah kelas 12, Mili. Mau sampai kapan kamu begini terus?”
“Sampe tobat, Pak.”
“Kamu ini!”
“Bisa nggak punya sopan santun sedikit kalau bicara sama guru?”
“Kamu tau kalau etika juga dibutuhkan dalam mencapai kesuksesan?”
“Kalau kamu saja tidak bisa menghargai orang lain. Bagaimana kamu bisa masuk di dunia kerja nanti?”
Matahari yang perlahan memapar wajah Mili dengan sinarnya membuat keringat perlahan membasahi wajahnya. Ditambah lagi dengan celotehan Pak Joko yang membuat telinganya semakin memanas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Memories [Telah Diserieskan]
Teen Fiction#1 Semesta [07/05/20] "Kenapa sih gue harus suka sama orang yang hatinya bukan buat gue?" "Ngapain juga gue masih nungguin dia buat suka sama gue?" "Salah sendiri lo nggak pernah buka hati buat orang yang suka sama lo." "Nggak usah sok tau deh lo. E...