“Menurut lo, orang bodoh macam apa yang nungguin orang putus?”
▪️▪️▪️
Sekarang udah jam istirahat. Akhirnya Mili berjalan menuju kantin menghampiri Jovanka dan Aurel yang udah di depan bude donat. Iya, bude yang jualan donat maksudnya.
Mili duduk lalu meminum susu coklat milik Jovanka seraya mengipaskan tangannya kearah wajahnya.
“Mil, minum-minum aja sih lo!” sentak Jovanka.
Mili menunjukkan deretan giginya. “Ya haus, Jo.”
“Emangnya lo kenapa? Hah? Telat lagi?” tanya Aurel seraya terkekeh kecil. Mili menghela napas sejenak lalu menceritakan apa yang tadi terjadi padanya. Tak lama, Jovanka dan Aurel tertawa terbahak-bahak.
Mili menggerutu. “Nggak usah ketawa! Nggak ada yang lucu!”
“Lo tuh kualat tau nggak sama Pak Joko?”
“Siapa suruh lo pura-pura pingsan?”
Mili berdecak kesal. “Ya lagian, Pak Joko kebanyakan ceramah. ‘Kan pusing gue dengerinnya!”
“Tapi, Mil. Kayaknya Arka beneran suka deh sama lo.”
“Buktinya dia rela gotong-gotong lo sampe UKS,“ ledek Jovanka seraya mengangkat kedua alisnya.
“Iya, lo cocok kok sama Arka! Arka ‘kan gemes! Daripada lo galau gara-gara nggak bisa dapetin hatinya Ditto!”
Mili menghela napas kesal. “Heh, lo semua ‘kan tau kalo misalnya hatinya Ditto sebenernya emang buat gue. Cuma dia nunggu waktu yang tepat aja kapan dia mau nembak gue.”
“Iya, ‘kan?” tanya Mili seraya tersenyum sumringah.
Kedua temannya saling bertatapan lalu memijit keningnya sendiri. Mengapa sih kehaluan Mili semakin lama justru semakin parah?
“Kalo dia cuma suka sama lo, kenapa dia jadian sama yang lain?”
Mili berdecak kesal. “Ya dia ‘kan persiapan buat nanti dia pacaran sama gue.”
Tak lama, seorang gadis berkulit putih dengan parasnya yang cantik berjalan mendekati meja Mili dan teman-temannya. Mili tau siapa sosok cewek itu, dia Regina—teman sekelas Arka. Seringnya sih dibilang bidadari sekolah. Karena selain cantik, Regina juga pintar. Tapi tetep aja, menurut Mili pokoknya Mili yang paling cantik. Titik.
Regina tersenyum penuh arti kearah Mili. “Lo yang namanya Mili?”
Tatapan Regina terlihat begitu sinis. Membuat Mili menatap balik sosok itu dengan tatapan yang sama seraya mengangkat kepalanya. “Iya, kenapa?”
Regina tertawa sinis. “Lo yang katanya pacarnya Arka?”
“Gue kasih tau ya.”
Regina mendekatkan dirinya kearah telinga Mili lalu membisikkan sesuatu. “Lo itu nggak pantes jadi pacarnya Arka.”
“Jadi mendingan lo jauhin dia sekarang.”
Mili menghela napas kesal. “Nggak usah deket-deket, rabies gue!”
“Gini deh ya Mbak Regina yang katanya paling cantik, paling seksi satu sekolah seantero jagad raya alam semesta dunia akhirat. Pertama, gue bukan pacarnya Arka dan nggak akan pernah jadi pacarnya Arka!”
“Kedua, gue nggak pernah deketin Arka jadi lo nggak usah repot-repot nyuruh gue ngejauhin Arka.”
“Ketiga, mendingan lo bilang sama Arka biar nggak ngaku-ngaku jadi cowok gue.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Memories [Telah Diserieskan]
Ficção Adolescente#1 Semesta [07/05/20] "Kenapa sih gue harus suka sama orang yang hatinya bukan buat gue?" "Ngapain juga gue masih nungguin dia buat suka sama gue?" "Salah sendiri lo nggak pernah buka hati buat orang yang suka sama lo." "Nggak usah sok tau deh lo. E...