39. Bad Issue

22.9K 2.8K 434
                                    

Memangnya tidak bisa ya, mencintai tanpa harus patah hati?

▪️▪️▪️

Entah sihir apa yang berhasil membuat Mili merasa begitu nyaman ketika bersama dengan sosok yang dahulunya seakan malapetaka untuknya.

Rasanya benar, jika yang terjadi di dunia ini terkadang tidak bisa tertebak oleh akal manusia.

Bersama Arka, Mili merasa ada orang lain yang benar-benar mau mendengarkan semua ceritanya. Mili merasa bisa bebas bercerita tanpa harus takut dihakimi.

Entah mengapa, sorot mata yang menatapnya begitu dalam, ucapan, dan perlakuan Arka mampu menghadirkan perasaan yang sungguh tak bisa Mili jelaskan.

Ujung bibir Mili perlahan melengkungkan senyumannya. “Makasih ya lo udah selalu mau dengerin cerita gue.”

“Gue kira, setelah Papa meninggal nggak akan ada lagi orang yang mau dengerin gue dengan tulus.”

Arka menyeka rambut Mili yang tampak sedikit berantakan.

Setelah itu, jemari Arka mengelus lembut kepala Mili.

“Jangan pernah ngerasa sendiri ya?” pinta Arka.

Mili mengerutkan dahinya. “Kenapa?”

Lelaki itu tersenyum hangat ke arahnya. “Karena lo punya gue.”

Mili terkekeh kecil. “Boleh pinjem pundak?”

Arka tampak bingung dengan perkataan Mili. “Maksud lo?”

“Iya, boleh pinjem pundak nggak?” tanya Mili.

Arka hanya terdiam menatap Mili.

Tanpa aba-aba, gadis itu menyandarkan kepalanya di bahu Arka. Membuat Arka secara tidak langsung merangkulkan tangannya ke bahu Mili.

“Gue juga sayang sama lo,” ujar Mili yang membuat suasana hening sejenak.

Rasanya, mereka berdua sengaja membiarkan bintang yang menyuarakan apa yang masing-masing mereka rasakan di dalam perasaan mereka.

Mungkin Arka tidak sempurna, tetapi Mili merasa begitu beruntung karena menemukan lelaki itu.

▪️▪️▪️

Setelah melewati hari weekend yang tenang dan begitu menyenangkan, Mili harus bertemu kembali dengan hari senin.

Hari yang mengharuskannya untuk bangun lebih pagi karena jalanan ibu kota akan jauh lebih padat karena banyak orang yang memulai aktivitasnya.

Hari yang mengharuskannya dengan cepat bergegas ke lapangan jika ia tak mau lagi bertengkar dengan Pak Joko karena ia terlambat datang.

Untungnya, setelah melaksanakan upacara bendera serta pelajaran kimia yang mampu membuat otaknya berpikir keras, bel istirahat berbunyi.

Kini ia berada di kantin sekolahnya bersama Jovanka dan Aurel. Mili tengah memakan seporsi nasi goreng karena tadi pagi ia belum sempat untuk sarapan.

“Gimana lo sama Arka? Udah baikan?” tanya Jovanka.

Mili tertawa. “Udah.”

“Mana bisa sih Bang Arka lo itu marah lama-lama?” ledek Aurel, sama persis dengan yang Arka katakan waktu itu.

Mili berdecak kesal seraya menatap Aurel. “Rel, apaan sih lo!”

Aurel tertawa menatap ekspresi Mili. “Lucu banget deh lo kalo lagi salah tingkah!”

Broken Memories [Telah Diserieskan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang