[Kalau bisa, bacanya sambil dengerin multimedia ya]
“Gue enggak bisa lupain lo sekeras apa pun gue berusaha, sekalipun gue tahu perasaan itu cuma bakalan nyakitin gue.”
▪️▪️▪️
“Gue mau balik,” ujar Mili, masih dengan perasaan yang tak menentu.
Arka menahan tangan Mili. “Lo balik sama gue.”
Mili menarik napas sejenak lalu menatap lelaki yang kini ada di hadapannya. “Gue bisa balik sendiri kok.”
“Ini udah terlalu malem, Mil, terlalu bahaya buat lo. Lagi juga Mas Adrian pasti bakal marah kalo gue enggak tanggung jawab penuh sama proyek ini,” ujar Arka dan meminta Mili untuk pulang bersamanya.
“Gue bisa jelasin kok sama Mas Adrian! Misi, gue mau balik!”
Dasar gadis keras kepala, gadis itu selalu saja mau menuruti isi kepalanya, tanpa peduli dengan apa yang dipikirkan oleh orang lain. Arka terdiam sejenak, mencoba mengatur emosinya agar suasana tidak semakin panas. Ia menatap Mili dengan tatapan hangat. “Mil, lo bisa enggak dengerin gue malem ini aja? Gue janji enggak akan ganggu lo lagi.”
“Gue janji bakalan turutin mau lo buat anggep semua ini selesai. Gue janji, setelah ini kita bisa jalan di jalan kita masing-masing. Tolong, Mil, dengerin gue malem ini aja.” Suara Arka terdengar melemah. Mili akhirnya menuruti Arka dan masuk ke dalam mobil Mas Adrian yang kini tengah Arka gunakan.
Tidak ada yang bicara, yang terdengar hanyalah suara mesin mobil yang menyala. Mobil itu melaju dengan kecepatan normal di tengah Kota Romantis ini.
Arka terus mengendarai mobilnya, sedangkan mata Mili menelusuri sudut kota yang ramai, namun hatinya kini merasa hampa.
Mata Arka pun terus menatap jalanan dengan perasaan menyakitkan yang terus berderu di dalam dadanya.
“Mil, kenapa sekarang kita jadi kayak gini ya? Rasanya pasti jadi saling nyakitin kalo misalnya kita ketemu, semuanya terus-terusan salah paham. Lo inget enggak sih, Mil, dulu kita juga sering banget jalan malem-malem kayak gini?” tanya Arka dengan suara yang bergetar, “walaupun bukan di Paris, tapi di Jakarta. Rasanya dulu kita bahagia kalo lagi sama-sama.”
“Dulu kita sering berangkat dan balik sekolah bareng, ke Blurry Café, minum Ice Coffee Latte kesukaan lo, terus lo pasti berantem sama Keno karena Keno suka ngeledekin lo,” lanjut Arka dengan sesak yang masih ia rasakan, “kita juga suka ke kedai es krim walaupun gue enggak suka es krim, kita suka bahas semua hal tentang Paris yang selalu lo idam-idamkan.”
“Gue kangen semuanya, Mil. Kenapa lo enggak pernah mau dengerin gue sih, Mil? Kenapa lo terus-terusan anggep gue masih punya rasa sama Rana?” tanya Arka.
“Jujur aja, dulu, gue emang jalanin amanat bokap lo buat jagain lo, tapi asal lo tahu gue udah punya perasaan sama lo waktu pertama kali kita ketemu, Mil,” jelas Arka, “kenapa lo ragu sama perasaan gue, Mil?”
“Apa karena gue dingin, gue kaku, gue enggak bisa ekspresiin perasaan gue buat lo? Gue enggak tahu apa yang harus gue lakuin biar lo percaya sama gue.”
Arka terdiam sejenak, menatap lurus jalanan Kota Paris. Sedangkan Mili masih mencoba mencerna apa yang Arka katakan. Arka tidak biasanya banyak bicara, tetapi hari ini ia bicara sepanjang itu untuk menjelaskan semua yang ia rasakan.
“Gue minta maaf kalau tadi gue ngebentak lo, maaf kalau tadi cara ngomong gue nyakitin lo,” lanjut Arka lagi.
“Dua tahun udah gue laluin, tapi gue masih enggak bisa ilangin perasaan gue buat lo.”
![](https://img.wattpad.com/cover/192985216-288-k875444.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Memories [Telah Diserieskan]
Ficção Adolescente#1 Semesta [07/05/20] "Kenapa sih gue harus suka sama orang yang hatinya bukan buat gue?" "Ngapain juga gue masih nungguin dia buat suka sama gue?" "Salah sendiri lo nggak pernah buka hati buat orang yang suka sama lo." "Nggak usah sok tau deh lo. E...