Karena ini bagian terakhir dari cerita Broken Memories. Jadi, jangan lupa spam komen banyak-banyak di chapter ini ya sebagai salam perpisahan untuk Mili dan Arka. Selamat membaca bagian terakhir dari kisah manis Mili dan Arka ❤️
▪️▪️▪️
Tiga tahun lebih sudah berlalu. Sudah tiga tahun Mili dan Arka menjalani hubungan jarak jauh. Hubungan mereka terbatas jarak sejauh 11.578 km. Menjalani hubungan yang dibatasi jarak pasti tidak mudah, tetapi selagi keduanya percaya jika mereka bisa, sejauh apa pun jarak maka tidak ada yang bisa memisahkan kedua insan yang saling percaya.
Kini, Mili sudah menyelesaikan pendidikannya di program studi yang ia pilih. Rasanya, kehidupan yang Mili jalani sekarang benar-benar seperti mimpi yang terwujud menjadi nyata. Desain Mili sudah digunakan di beberapa butik terkenal yang ada di Paris maupun di Indonesia. Mili juga sering membuat desain baju untuk para artis terkenal dengan honor yang cukup besar. Selain itu, Mili juga kini menjabat sebagai Desain Manajer di kantor majalah Adrian. Ia tidak tahu bagaimana ia harus menjelaskan rasa syukurnya saat ini.
Akhirnya, ia bisa membungkam mulut orang-orang yang dahulu merendahkannya.
Memang ya, cara terbaik untuk membungkam mulut orang yang menghina adalah membuat suatu prestasi yang membanggakan.
Baru saja, Mili mendapatkan permintaan seorang artis terkenal dari Ibu Kota untuk membuatkan desain baju yang akan ia kenakan di konser besarnya yang akan diadakan sebentar lagi. Sesudah ia menyelesaikan pekerjaannya di kantor majalah hari ini, Mili segera ke luar dari kantornya dan pergi ke sebuah taman dengan bunga-bunga yang menghiasinya. Lokasinya tidak terlalu jauh, sehingga Mili tidak perlu menggunakan kendaraan.
Ia duduk di sebuah bangku panjang seraya menatap matahari yang perlahan-lahan mulai bergerak untuk terbenam. Mili mengambil gadget miliknya lalu mulai mendesain rancangan baju yang harus segera ia selesaikan.
Suara anak kecil yang sedang bermain dan beberapa pasangan yang duduk tak jauh darinya mengalihkan perhatiannya sejenak. Ia tersenyum tipis lalu kembali menatap ke layar gadgetnya.
“Hi, may i sit here?” Beberapa saat kemudian, ada seseorang yang meminta izin untuk duduk di sampingnya. Karena terlalu serius, Mili hanya mengangguk tanpa menatapnya. Ia pikir sosok itu juga tidak perlu meminta izin karena ini adalah tempat umum.
Mili meneliti desain baju yang mulai ia rancang, memikirkan apakah rancangannya itu akan sesuai dengan tema konser yang akan diadakan. Ia sangat fokus dan teliti untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
“Do you want some vanilla ice cream?” tanya sosok yang ada di sebelahnya seraya memberikan satu cone es krim vanilla kepada Mili. Mili mengalihkan pandangannya dari layar gadgetnya ke arah sosok tersebut.
Mili mengerjapkan matanya sejenak, ia seperti menatap Arka di sebelahnya. Apakah Mili berhalusinasi karena ia sudah hampir tahun tidak bertemu dengan Arka? Ia masih tidak percaya jika sosok yang ada di hadapannya adalah Arka, ia mengusap matanya sendiri lalu kembali membuka matanya.
Sosok yang disebelahnya justru tertawa. “Enggak mau es krimnya? Kalo enggak mau, ya udah aku makan aja.”
Mili tertawa lalu mengambil es krim itu. “Mau dong, lagian emang kamu bisa makan semuanya? Kamu, kan, paling nggak suka es krim.”
“Kata siapa?”
“Kalo kamu suka, kamu enggak akan cuma beli satu doang, Arka.”
Arka ikut tertawa seraya menatap kekasihnya. “Lagian, kamu serius banget sih.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Memories [Telah Diserieskan]
Roman pour Adolescents#1 Semesta [07/05/20] "Kenapa sih gue harus suka sama orang yang hatinya bukan buat gue?" "Ngapain juga gue masih nungguin dia buat suka sama gue?" "Salah sendiri lo nggak pernah buka hati buat orang yang suka sama lo." "Nggak usah sok tau deh lo. E...