51. Belum Selesai

15.9K 2.3K 295
                                    

Kadang, kalau disakitin sama orang itu kita ngerasanya sakit hati banget, tapi kadang kita nggak sadar kalau apa yang kita lakuin itu bisa nyakitin orang lain.

▪️▪️▪️

Hari ini, selesai berkuliah, Mili memutuskan pergi ke toko buku untuk mencari beberapa buku pelajaran. Toko buku ini terlihat berbeda dengan toko buku lainnya, terlihat klasik dan menarik. Mili memutuskan untuk pergi ke toko ini karena beberapa buku yang ia beli sudah terbit cukup lama, sehingga Mili rasa ini adalah toko yang tepat. Mili memilih beberapa buku, sebelum akhirnya ia menuju ke kasir. Petugas kasir menyebutkan berapa jumlah biaya yang harus ia keluarkan untuk membeli buku-buku ini. Mili merogoh kantung celananya, dompetnya seharusnya ada di sana.

Duh, dompet gue di mana sih? Mau ditaro di mana muka gue kalo gue enggak bisa bayar? batin Mili seraya terus mencari dompet miliknya.

Mili menoleh ketika seseorang membayar sejumlah uang yang seharusnya ia bayarkan. Iya, sosok itu adalah Tama. Mata Mili membulat ke arahnya. "Tama, kok lo di sini?"

Tama tersenyum lalu meraih buku yang hendak Mili beli lalu memberikannya pada gadis itu. "Nih, buku lo."

"Tam, lo belom jawab pertanyaan gue, kok lo di sini?" tanya Mili lagi.

Tama mengangkat satu kantung plastik yang berisi buku. "Gue lagi nyari buku juga."

"Oke, nanti lo ke kafe jam berapa? Sekarang gue balik dulu terus ambil uang buat gantiin ya?" ujar Mili, "anyway, makasih banyak ya. Kalo enggak ada lo, mungkin gue udah malu banget kalo enggak jadi beli karena enggak bisa bayar."

Tama tertawa renyah ke arah Mili, membuat Mili berdecak kesal ke arah Tama.

"Kok lo malah ketawa sih? Iya, gue emang konyol karena ke toko buku tapi enggak bawa uang, tapi jangan seenaknya ketawain gue di sini!" dumel Mili, membuat Tama semakin tertawa.

"Tam, lo gila ya ketawa-tawa sendiri?" tanya Mili.

"Gue kira, lo udah berubah jadi Mili yang bener-bener dewasa. Ternyata, lo sama aja ya kayak dulu, bawel," jawab Tama seraya melekatkan tatapannya ke arah Mili.

Tak lama kemudian, Tama mengembangkan senyuman di bibirnya. "Tapi lo tetep lucu kok, Mil."

Mili tertawa lalu menepuk pundak Tama. "Ngomong apa sih lo, udah deh, sekarang gue mau balik terus ngambil uang. Nanti gue ke kafe ya, Tam!"

"Nanti lo ada kelas lagi?" tanya Tama, Mili menggelengkan kepalanya sebagai jawaban tidak.

"Mending lo ikut gue sekarang." Tama menarik tangan Mili untuk segera ke luar dari toko buku ini. Membuat mata Mili terbelalak karena terkejut dengan Tama yang tiba-tiba menarik tangannya.

"Ke mana? Tama, nggak usah tarik-tarik! Gue mau balik!" ujar Mili yang mencoba untuk melepaskan tangan Tama yang menggenggam erat tangannya, "lo ngapain sih narik-narik? Lepasin nggak? Tama!"

Kini, mereka sudah ada di depan toko buku. Tama memberikan helm kepada Mili. Mili menatap Tama bingung tanpa mengambil helm yang Tama berikan kepadanya. "Kita mau ke mana sih? Gue udah bilang, gue mau balik, entar gue tetep ke kafe kok buat balikin uang lo."

"Tenang aja, gue enggak bakal nyulik lo," sahut Tama menenangkan, tetapi tidak membuat Mili begitu saja menurutinya.

"Enggak mau, gue mau balik! Kok lo maksa sih?" tolak Mili.

"Mil, lo bakalan jadi orang paling menyesal ketika lo ada di Paris, tapi lo cuma diem di rumah aja," paksa Tama, membuat Mili akhirnya mengambil helm itu dan memakainya. Sesaat kemudian, Mili menaiki motor milik Tama.

Broken Memories [Telah Diserieskan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang