43. Pemilik Sesungguhnya

26.8K 3.3K 728
                                    

[Kalau bisa, bacanya sambil dengerin multimedia ya]

“Harusnya gue sadar dari awal, kalau gue enggak mungkin bisa punya posisi di dalam hati lo.”

▪️▪️▪️

Keesokan paginya, Mili membuka matanya dan menatap sinar mentari yang tampak dari jendela kamarnya. Pagi ini pagi yang amat berbeda dari pagi sebelumnya. Mili segera beranjak dari kasurnya dan bersiap untuk segera ke sekolah. Setelah bersiap, Mili membuka pintu rumahnya.

Terlihat sosok Arka yang tengah berdiri di depan pintu rumahnya seraya menatapnya dengan lekat, Mili membalas tatapan itu sejenak, entah mengapa menatap mata itu membuat hati Mili benar-benar tak karuan.

“Mil, ayo berangkat!” ujar Arka memecah keheningan. Mili menggelengkan kepalanya.

“Enggak usah, gue bisa berangkat sendiri.” Dengan perasaan yang sungguh tak bisa ia jelaskan, Mili segera berjalan melewati Arka untuk menaiki mobilnya.

Arka menatap Mili lalu kembali berkata, “Mil, tapi—”

Mili menghela napas sejenak lalu menoleh ke arah Arka. “Gue mau berangkat sendiri.”

“Mil, ini udah jam berapa? Lo bakal telat kalo berangkat ke sekolah pake mobil,” ujar Arka lagi.

Mili tersenyum miris seraya menatap Arka dengan tatapan sendu. “Nggak papa, yang penting gue enggak jadi beban buat orang lain.”

Setelah itu, Mili memasuki dan mengegas mobilnya. Ia menarik napas dalam-dalam dengan matanya yang kembali berkaca-kaca.

Kini, Mili percaya jika jatuh cinta itu memang amat menyakitkan. Apalagi, jika mencintai seseorang yang tengah mencintai orang lain.

Seperti ingin segera melupakan, namun sudah terlanjur jatuh hati terlalu dalam.

Seperti ingin menghapus bayangnya dan semua kenangan, tetapi semakin ingin dilupakan justru semakin teringat.

Beberapa saat kemudian, Mili sudah sampai di sekolahnya. Dan untungnya, ia masih bisa datang tepat waktu. Mili berjalan tanpa bersemangat menuju kelasnya.

Sampai beberapa pelajaran sudah diselesaikan pun, Mili masih saja tidak bersemangat. Sedangkan, di sebelahnya Jovanka tampak begitu bingung ketika menatap ponselnya. Namun setelahnya, gadis itu menoleh ke arah Mili. “Mil, waktu itu lo bilang Arka pernah ngajak lo ke toko yang jual barang-barang antik gitu kan?”

Namun Mili masih saja termenung di tempatnya, membuat Jovanka menatap Mili bingung. “Mil, kok lo bengong aja sih?”

Mili menoleh. “Kenapa?”

Jovanka menghela napas sejenak. “Harusnya gue yang nanya lo kenapa, enggak biasanya lo diem kayak gitu.”

Mili menggeleng. “Enggak, gue nggak papa kok. Kenapa tadi?”

“Waktu itu lo pernah bilang kalo Arka ngajak lo ke tempat barang-barang antik gitu kan? Entar temenin gue ke sana ya? Nyokap gue minta dibeliin tape jaman 90-an.”

“Iya, gue pernah kesana sama Arka. Gue kayaknya nggak bisa nganterin lo kesana, Jo. Nanti gue kasih alamat tempatnya aja ya?” tolak Mili.

Jovanka menggenggam tangan Mili erat seraya menunjukkan puppy eyes miliknya. “Ayolah, masa lo enggak mau nganterin gue?”

Mili mengangguk terpaksa, jika bukan karena Jovanka, mana mau Mili mengunjungi tempat penuh kenangan antara Arka dan Rana?

▪️▪️▪️

Broken Memories [Telah Diserieskan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang