“Dunia bukan punya lo, semuanya bisa aja terjadi di luar kendali lo. Bahkan hal paling kejam sekalipun. Bahagia atau enggaknya, siap atau enggaknya lo itu tergantung gimana lo ngadepinnya.”
▪️▪️▪️
Setelah konser The Greenies selesai, Arka dan Mili memutuskan untuk kembali ke rumah mereka masing-masing. Motor Arka melaju dengan kecepatan normal, namun di tengah jalan seketika motor Arka berhenti. Mili mengerutkan dahinya seraya menatap Arka bingung dari kaca spionnya.
“Turun!” suruh Arka dengan nada bicaranya yang terdengar sangat dingin.
Mili menggelengkan kepalanya. “Lo mau nurunin gue di tengah jalan? Lo pasti punya rencana jahat ‘kan sama gue? Gue bilangin ya ke Tante Anggi kalo anaknya sekarang kriminal? Gue bakal lapor ke komnasham, komnas perempuan kalo misalnya—”
“Turun! Motor gue mogok.” Arka memotong ucapan Mili. Membuat gadis itu akhirnya turun dari motor Arka.
Ia menatap Arka sejenak. “Bilang kek dari tadi.”
“Gimana mau ngomong kalo lo nggak berhenti nyerocos?” ketus Arka.
“Yaudah nggak usah marah-marah!” ujar Mili tak kalah ketus.
Arka menghela napas sejenak lalu perlahan mendorong motornya yang kini sedang mogok. Namun sebelumnya, ia menatap Mili sejenak. “Siapa juga yang marah-marah?”
Mili mengikuti langkah Arka. “Lo lah, masa gue?”
“Lagian, harus banget apa gue jalan kaki malem-malem gini?” dumel Mili.
“Bengkelnya nggak terlalu jauh dari sini, lo mau naik ojek online aja?”
Mili menggeleng malas. “Nggak usah.”
“Nanti nyokap gue marah-marah lagi gara-gara gue nggak balik sama lo. Apa jangan-jangan lo sengaja ya biar gue berantem sama nyokap gue lagi?”
Arka menghela napas berat tanpa menggubris perkataan Mili. Ia melanjutkan mendorong motornya. “Terserah lo.”
Baiklah, pasal satu cewek memang selalu benar. Jika cewek salah, maka akan kembali ke pasal satu.
Tak sampai 5 menit, mereka berhenti di suatu bengkel. Arka duduk di bangku yang ada di bengkel tersebut, Mili pun duduk di sebelah Arka.
Mili menatap langit ibu kota yang bertaburan bintang-bintang. Suara kendaraan serta hiruk pikuk juga terdengar jelas di telinga Mili. Namun entah mengapa, kini ia merasa sepi. Mili memejamkan matanya lalu terdengar mengemuskan napasnya perlahan, membuat Arka menoleh ke arah gadis itu. “Lo kenapa?”
Mili membuka matanya lalu menoleh kearah Arka. “Nggak papa.”
“Lo bohong.” Arka tak melepas tatapannya dari wajah Mili.
Mili menarik napas kesal tanpa menatap Arka. Mata gadis itu kembali terarah kearah kendaraan di depan sana yang tengah berlalu lintas. “Gue nggak papa.”
Arka mengangguk lalu ikut mengikuti pandangan Mili.
“Katanya kalo cewek bilang nggak papa itu tandanya lagi kenapa-napa.”
Mili tertawa miris. “Nggak, gue cuma lagi ngerasa kalo dunia itu nggak adil buat gue.”
“Rasanya, semuanya seakan nggak pernah berpihak sama gue.”
“Tuhan ngebiarin bokap sakit padahal Tuhan pasti tau kalo misalnya bokap satu-satunya orang yang paling ngerti gue.” Mata Mili tampak berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Memories [Telah Diserieskan]
Ficção Adolescente#1 Semesta [07/05/20] "Kenapa sih gue harus suka sama orang yang hatinya bukan buat gue?" "Ngapain juga gue masih nungguin dia buat suka sama gue?" "Salah sendiri lo nggak pernah buka hati buat orang yang suka sama lo." "Nggak usah sok tau deh lo. E...