Karena katanya, berharap adalah awal mula dari perasaan paling menyakitkan di dunia.
▪️▪️▪️
Setelah hujan berhenti membasahi bumi, Arka dan Mili segera kembali ke rumahnya. Sesampainya di depan rumah Mili, gadis itu membuka helm milik Arka lalu memberikannya pada lelaki yang ada di hadapannya.
“Makasih ya,” ujar Mili dengan penuh bersemangat. Arka hanya membalasnya dengan senyuman.
Ia tampak melepas helmnya lalu memasukkan motornya ke dalam rumahnya yang berada tepat di depan rumah Mili. Entah mengapa, hari ini bibir Mili seakan tak bisa berhenti tersenyum.
Entah sihir apa yang bisa membuat Mili sebahagia ini. Ia menatap Arka dari belakang tanpa henti, bahkan gadis itu sampai tidak sadar jika kini disampingnya sudah ada Jovanka dan Aurel. Kedua temannya itu sudah datang dari tadi dan menunggu Mili kembali.
“Mil, kenapa sih lo senyum-senyum?” tanya Aurel. Namun bola mata Mili masih belum bisa berhenti untuk menatap Arka.
Mili kembali tersenyum. “Bener ya kata orang-orang, Arka ganteng.”
Jovanka menggoyangkan bahu Mili. “Mil, Mas Arka lo itu emang ganteng. Tapi nggak usah jadi gila kayak gini juga kali!”
Mili tersadar dari lamunannya lalu menatap kedua temannya yang ternyata sudah menghampirinya.
Jovanka tersenyum meledek seraya menyenggol tubuh Mili. “Cie, akhirnya ngakuin juga, kan, kalo Arka ganteng?”
Mili menggeleng gugup lalu mencoba untuk mengalihkan pembicaraannya. “Lo berdua kok disini? Sejak kapan? Kenapa nggak ngasih tau gue dulu sih? Gue ‘kan jadinya nggak kelamaan pulangnya.”
Aurel terkekeh kecil. “Kelamaan pulang karena pacaran dulu sama Mas Arka yang ganteng?”
“Ih, apaan sih lo! Udah yuk masuk!” Mili menepuk bahu Aurel lalu berjalan untuk memasuki rumahnya. Kedua sahabatnya itu berjalan mengikuti langkah Mili.
Aurel kembali meledek. “Lo sendiri yang bilang kalo Arka ganteng.”
Mili memutar kedua bola matanya malas. “Ya masa gue harus bilang kalo Arka cantik?”
Mili terus berjalan hingga kini mereka sudah sampai di kamar Mili. Namun sebelumnya, Mili mengambil beberapa minuman dan juga camilan untuk teman-temannya.
“Lo itu cewek paling beruntung karena bisa deket sama Arka. Lo tahu nggak, Regina cewek paling cantik di sekolah aja nyerah buat dapetin Arka.”
Mili mengerutkan dahinya. “Regina nyerah buat dapetin Arka?”
Aurel duduk di kasur milik Mili lalu mengangguk. “Iya, Regina malah jadian sama Arjuna—anak band itu.”
“Bukannya Regina kayaknya terobsesi banget sama Arka ya? Kenapa dia nyerah?” tanya Mili bingung.
“Terus juga, bukannya mereka sempet deket? Kenapa Regina malah jadian sama Arjuna?”
Aurel menatap Mili. “Mil, kita ‘kan udah sering bilang kalo Arka sama Regina cuma satu project soal majalah sekolah.”
“Tapi lo udah cemburu duluan,” sambung Aurel.
Mili membulatkan matanya. “Gue nggak cemburu, kata siapa gue cemburu?”
“Gue cuma nanya Arka sama Regina ada hubungan apa, mana gue tau kalo ujung-ujungnya Regina bakal jadian sama Arjuna.”
Jovanka menghela napas sejenak. “Lagian ya, Mil, cewek mana sih yang nggak nyerah kalo harus ngadepin cowok kayak Arka? Arka itu nggak dingin cuma sama lo doang, sama kita aja dingin banget. Iya nggak, Rel?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Memories [Telah Diserieskan]
Teen Fiction#1 Semesta [07/05/20] "Kenapa sih gue harus suka sama orang yang hatinya bukan buat gue?" "Ngapain juga gue masih nungguin dia buat suka sama gue?" "Salah sendiri lo nggak pernah buka hati buat orang yang suka sama lo." "Nggak usah sok tau deh lo. E...