56. Everything Turned Around

10.5K 2K 509
                                    

Segala sesuatu yang dipaksain itu ujungnya enggak akan baik.

▪️▪️▪️

Malam sudah tiba. Sebuah pesan kembali terlihat di ponsel Mili. Mili menatap ponselnya dan segera mengambilnya untuk membaca pesan tersebut. Mili menarik napas dalam-dalam ketika menatap pesan tersebut.

Tama: Mil, gue harap lo bisa pikirin hal yang gue bilang tadi ya. Gue janji, gue akan jadi orang yang lo mau kalau misal lo kasih kesempatan itu. Percaya sama gue ya, Mil?

Tama: I love you.

Mili: Segala sesuatu yang dipaksain itu ujungnya enggak akan baik, Tam.  Dulu, ada seseorang yang pernah bilang sama gue, kalo di dunia ini emang enggak semua hal yang kita mau akan jadi kenyataan. Gue tahu, kadang kata-kata cinta tidak harus memiliki emang bullshit, tapi gue percaya kalo enggak ada yang bisa maksa perasaan seseorang, Tam. Gue minta maaf kalo apa yang gue lakuin nyakitin lo. Gue tahu jawaban gue ini pasti akan buat lo kecewa, tapi gue enggak mau kalo kita justru sama-sama sakit kalo kita bareng-bareng sebagai pacar. Semoga, lo terus bahagia di jalan lo ya, Tam.

Mili percaya jika Tama adalah sosok yang cukup dewasa. Entah cepat atau lambat, Tama pasti akan mengerti tentang apa yang Mili lakukan. Mili rasa, Tama cukup dewasa untuk memahami bahwa tidak selamanya ramah akan berujung bisa menjadi rumah untuk seseorang.

Mili lalu kembali meletakkan ponselnya di atas meja, lalu perlahan untuk memejamkan matanya.

Sejenak untuk menenangkan dirinya yang sampai kini masih terus menerus berpikir apakah ia masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki hubungannya dengan Arka seperti semula?

Mili sadar, ia sudah terlampau sering menyakiti perasaan Arka. Akan tetapi, di dalam hatinya, harapan untuk selalu bersamanya akan selalu ada.

▪️▪️▪️

Dua bulan sudah berlalu, Mili sudah memikirkan tentang apa yang harus ia lakukan untuk memperbaiki hubungannya dengan Arka.

Mili memutuskan untuk kembali sejenak ke Indonesia.

Mili sudah membicarakan ini kepada Tante Kia, sudah menyesuaikan dengan jadwal kuliah dan pemotretannya juga. Mili benar-benar tidak bisa hidup dengan tenang jika permasalahannya dengan Arka belum selesai. Mili tahu, jika ia dan Arka tidak pernah terikat oleh status apa pun. Namun, bagi Mili, Arka selalu memiliki ruang tersendiri di dalam hatinya. Sosok itu seperti manusia teristimewa yang dikirimkan oleh Tuhan untuk dirinya. Manusia yang bisa membuat Mili menjadi lebih baik.

Andaikan Mili bisa memutar waktu, Mili pasti akan mendengarkan semua penjelasan Arka setelah kejadian di kafe malam itu. Mili pasti tidak akan mengambil kesimpulan sendiri. Akan tetapi, penyesalan memang selalu ada di belakang. Anggap saja itu adalah kesalahannya di masa lalu yang pelajaran dan hikmahnya dapat ia ambil.

Kesalahan yang dilakukan boleh saja disesali agar tidak terulang kembali, tetapi rasanya tidak perlu terlalu larut di dalamnya. Karena katanya, hidup adalah sebuah proses di mana kita berbuat kesalahan, lalu memperbaiki, tidak mengulanginya lagi, dan berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi dari hari ini.

Kini, Mili sudah berada di bandara. Menyeret satu koper kecil yang berisi beberapa baju dan aksesoris yang akan ia bawa ke Indonesia untuk beberapa saat. Mili menatap jam tangannya untuk memastikan jika ia tidak terlambat, lalu kembali berjalan menuju terminal penerbangannya. Namun, langkahnya terhenti ketika seseorang memanggil namanya, "Mili!"

Mili menoleh ke arahnya. "Tama? Kok lo di sini? Tadi, lo bilang, lo ada kerjaan jadi enggak bisa ke sini."

Tama menggelengkan kepalanya seraya tersenyum parau. Sesaat kemudian, Tama memeluk gadis yang ada di hadapannya erat-erat, seperti ia akan kehilangan Mili selamanya. Padahal, Mili masih akan kembali lagi ke sini untuk menyelesaikan perkuliahannya. Mili dapat merasakan napas Tama yang gusar dan tidak karuan. "Let me hug you for a while, Mil."

Broken Memories [Telah Diserieskan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang