RENCANA DYLON

227 41 5
                                    

Setelah melihat kepergian Ana dan juga Kael, Dylon menatap penuh minat juga tersenyum begitu puas. Akhirnya iapun mengikuti langkah mereka dari belakang. Sesekali, ia menatap Kael yang mencuri pandang pada kekasihnya.

Senyuman pun tak hilang dari bibir Dylon.

Ana kemudian mendudukkan Kael di sofa yang tersedia diruang tamu. Dengan segera ia berlari mencari P3K untuk Kael.

Kael menatap setiap pergerakan Ana, begitupun dengan Dylon yang menatap penuh minat pada ekspresi Kael saat ini.

Kael yang merasa di tatappun langsung mengalihkan pandangannya tepat menatap manik mata Dylon yang kini tengah memberikan tatapan bingungnya , namun berbeda dengan bibir itu yang tersungging memberikan senyuman seolah ia mengejeknya.

"Mulai sadarkah?" Tanya Dylon dengan sarkastik.
"...." Kael tak menjawab, ia kini menatap kembali pada Ana yang masih sibuk mencari peralatan P3Knya.

"Dia masih jadi pacar gue, lo gak akan bisa rebut dia dari gue"
"Heh.. masih pacar kan?" Ucap Kael yang kini mengucapkan kalimatnya dengan nada sinis.
"Yang pasti dia milik gue sekarang"
"Gue gak peduli"

Akhirnya mereka menghentikan perbincangan panasnya saat Ana mendekat.

"Sini ka, biar Ana obatin dulu"
Kael memberikan tangannya untuk diobati Ana. Sesekali ia meringis kesakitan hanya untuk membuat Ana semakin khawatir dan Dylon cemburu.

Ana begitu telaten saat mengoleskan obat pada luka Kael membuat jantung sang empunya berdetak cepat.

Matanya menatap dengan intens mata gadis dihadapannya ini. Binar itu seakan tak pernah surut dari manik mata indah itu.

Dylon semakin melebarkan seringainya saat melihat reaksi Kael saat ini, dan iapun tahu apa yang harus di perbuat selanjutnya.

"Ana" intrupsi Dylon membuyarkan keseriusan Ana yang sedari tadi hanya terpaku pada Kael.
"Ah.. ya?? Maaf Dy, sebentar lagi selesai"
"Okey, kalau begitu aku tunggu di taman belakang rumah kamu boleh?"
"Okey Dy, maaf ya jadi kamu yang tunggu"
"Iya gapapa sayang" Dylon mengusap kepala Ana seraya tersenyum manis. Ia pun akhirnya bangkit meninggalkan mereka berdua.

.

.

Getaran pada saku celananya membuat Dylon dengan segera mengambil ponsel. Disana telah tertera nama wanita yang sebentar lagi akan mengisi setiap harinya. Ia pun menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo sayang"
"Kapan selesainya yang? Kita sebentar lagi tunangan loh"
"Iya, aku pastikan hari ini selesai"
"Benar ya?? Awas kalau gagal lagi"
"Iya... hari ini pasti selesai. Itu mereka datang, aku tutup ya"

Dengan cepat Dylon menyimpan ponselnya kembali ke tempat semula.

"Sayang, bisa kita bicara berdua?"  Ucap Dylon dengan lembutnya.
"Ah.. tapi Kael..."
"Please... Ka, gapapa kan?"
"Hm"

Kael membalikkan badan untuk meninggalkan keduanya, namun siapa sangka jika ia bersembunyi di suatu tempat untuk mengetahui apa yang mereka bicarakan.

Ia menyiapkan telinganya agar pendengarannya bisa setajam kelinci. Tanpa ia sadari bahwa kelakuannya itu terlihat oleh Dylon.

Dylon terkekeh pelan membuat Ana kebingungan.

"Ada apa?"
"Ssstt... , tuh" tunjuknya pada pohon dimana Kael bersembunyi di baliknya.

"Kita mulai?" Bisiknya pada Ana. Kemudian dibalas dengan satu kali anggukan kepala.

"Ana...."
"Ya? Kenapa Dy?"
"Emmm... sebenarnya... " Dylon mencoba untuk berusaha memainkan perannya secara maksimal.
"Aku... sudah dijodohkan"
"Apa,?"
"Maaf Ana , aku juga gak tau kenapa bisa seperti ini.. maaf"
"Kamu jahat ya Dy, kenapa kamu gak bilang sama Ana sebelumnya??"
"Maaf Ana, dan , aku gak bisa lanjutin hubungan kita, dan sebenarnya, aku gak cinta sama kamu"

Ana menangis terisak seraya memukul dada Dylon hanya untuk melampiaskan amarahnya. Dylon merengkuh Ana dalam pelukannya  namun sebelum itu, sebuah pukulan tepat mengenai pipi kirinya.

Bughhhh

"Lo gila hah???" Ucap Dylon yang terkejut akan apa yang Kael perbuat.
"Lo yang gila!!! Lo udah mau tunangan tapi masih pacarin anak orang . Lo punya perasaan gak??" Geram Kael pada Dylon.
"Heh... perasaan? Decihnya tak suka akan apa yang Kael ucapkan . Sekarang gue tanya sama lo, emang sebelumnya lo punya perasaan saat lo maki-maki Ana? Lo punya perasaan saat lo siksa dia?"
"Mikir!!!! Otak pinter lo itu dikemanain hah??" Sambung Dylon menyentakkan suaranya tanda ia begitu marah.

"Lo gak usah ikut campur masalah gue , sekarang apa mau lo? Lo udah mau tunangan malah pacaran sama cewek lain, lo mau mainin perasaan cewek hah?? lo mau Putusin Zyzy?"
"Iya, gue emang mau putusin dia, puas lo???" Teriak Dylon yang semakin marah karena ucapan Kael.

"Cih.. ternyata gini ya , kelakuan lo yang sebenarnya"

Bugh...

Bughhh...

"Bangs**!!!!"  Teriak Kael seraya terus memukuli Dylon.

Ana yang melihat Dylon kesakitan langsung memisahkan mereka.

"Kael, udah.. cukup"
"Diam, gue mau buat pelajaran sama cowok bajingan ini"
"Udah cukup!!!! Kita pergi aja okey? Dan kamu Dy, silahkan pergi dari rumah ini"

Setelah mengucapkan itu, Kael langsung menarik Ana untuk mengikuti langkahnya. Namun tanpa sepengetahaun Kael , Ana berbalik dan memberikan acungan jempolnya pada Dylon dan dibalas dengan hal serupa.

.

.

.

Ana dibawa kekamar Kael, dengan perlahan ia menuntun Ana untuk duduk di kasurnya.

Kael duduk dihadapan kaki ana yang kini tergantung di pinggiran tempat tidur milik Kael.

Kedua tangannya di genggam erat oleh Kael.

"Zy, are you okay?"
"Hm.. fine Kael" ucap Ana dengan senyum sendunya.
"No , you're not okey "

Kael pun membawa Ana dalam pelukannya.

.

.

.

Loh, jadi sebenarnya apa yang Dylon rencanakan??

Ada yang bisa tebak?? 😁😁😁😁

Vote Commentnya aku tunggu lohhhh.. 😉

SHADOW || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang