26. Celengan Rindu ✓

1.1K 62 6
                                    


Sang Pencipta selalu mengawasi kita dari atas, apa yang kau tanam itu yang akan kau tuai.

• Eka Berba •

•••

Kia sedang duduk di taman belakang basecamp Shadow,, Damian mendekat sambil membawa matcha kegemaran Kia.

"Apa yang kau pikirkan, nak??" Tanya Damian memecah lamunan Kia.

Pikiran Kia yang berkecamuk buyar mendengar suara Damian, dia menoleh ke sumber suara.

"Banyak paman, ini dan itu" sahut-nya.

"Paman" lirih Kia.
"Hmm?" Deheman Damian menuntut jawaban atas panggilan lirih dari gadis di sampingnya.

"Paman tidak ada niatan untuk membangun keluarga lagi??" Tanya Kia lalu menunduk, melihat minuman yang diberi Damian tadi sebelum dia duduk di samping Kia.

"Tidak, istriku adalah cinta pertama dan terakhir ku. Aku sudah punya kamu, jika anak ku masih hidup, dia kira-kira seusia mu sekarang nak." jawab Damian tersenyum meminum minuman di tangannya, tapi setitik airmata meluncur di ujung mata pria bermata hijau tua itu. Wajah istri dan anaknya melintas dengan indah, di benak Damian.

"Apakah semuanya akan baik-baik saja, ketika aku melanjutkan kehidupanku paman?".

Ucapan Kia terhenti sejenak, di tariknya nafas panjang. Damian pun menoleh ke arah Kia, yang ucapannya terjeda. Ada banyak beban dan keraguan untuk hidup melangkah maju di diri Kia, tertangkap jelas oleh Damian. Diapun menarik nafas panjang.

Hidupmu memang berat nak. Aku sangat bangga dan begitu takjub, kamu bisa menjadi sosok yang seperti sekarang, padahal sudah menghadapi begitu banyak ujian kehidupan dari usia yang belum pantas untuk bisa menghadapi-nya.

"Sebenarnya aku dulu ingin menghilang meninggalkan semuanya, pergi tanpa jejak dan ingin mati tanpa ada orang yang tahu. Duniaku sudah hancur ketika mama dan papa pisah. Untuk apalagi aku hidup." suara Kia mulai getir saat mengungkapkan isi hatinya, air mata-nya pun mengalir tanpa diminta.

Paman tahu nak. Semuanya sudah tergambar jelas.

"Kami ada disini apa yang kau takut kan? paman akan selalu disampingmu nak. Kia keluarga paman satu-satunya, yang akan selalu paman jaga di sisa hidup ini" Jawab Damian mengelus puncak kepala Kia.

Paman berjanji, akan selalu berada disisimu Kia.

"Melihat kecemburuan kak Al yang berlebihan, dan emosinya yang tidak stabil itu, membuatku khawatir paman" Kia menutup mukanya dengan kedua telapak tangan, menarik kasar ketengkuknya.

"Semakin banyak orang yang ku sayang, semakin besar tanggung jawab ku pada kalian. Semakin banyak yang harus aku lindungi, aku tidak mau kalian celaka karena aku." Ucapan Kia begitu sendu, sesendu senja yang mulai tampak mengerti akan kekhawatiran Kia saat ini.

"Semua manusia pasti akan mati Kia, semuanya berpasangan. Hidup dan mati, wanita dan pria. Kita memang harus menjalani apa yang sudah ditakdirkan Tuhan kepada kita dengan sebaik-baiknya. Hidup seperti apa yang kita pilih, mati yang seperti apa dan untuk siapa, itu pilihan masing-masing. Aku dengan senang hati mempertaruhkan nyawa ku untuk mu nak. Karena sebelum aku bertemu dengan mu, mungkin nyawa ku tidak seberharga sekarang. Nyawa ku akan melayang begitu saja karena larut akan kesedihan. Karena mu, sudah banyak nyawa yang paman selamatkan, jangan pikirkan hal yang belum tentu terjadi, berusaha saja sebaik-baiknya untuk kehidupanmu kedepan nak. Tuhan selalu mengawasi kita dari atas, apa yang kau tanam itu yang akan kau tuai. Paman yakin, tuhan akan selalu menjagamu, dan hidupmu akan bahagia Kia. Sudah banyak senyum yang kamu ukir di wajah-wajah yang mungkin tidak ada harapan untuk tersenyum kembali. Dan kamu juga harus membangun rumah tangga mu sendiri" jelas Damian yang sedih akan kekhawatiran gadis yang sudah dianggapnya sebagai anak kandungnya sendiri.

Purnama KiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang