Atas permintaan Jimin, Taehyung kembali ke dirinya untuk waktu yang cukup lama. Lusa pun Jungkook dan Ibu Kim juga sudah akan kembali ke rumah mereka.
Taehyung tak tahu harus berbuat apa. Selama Ibu dan adik tirinya itu dirumah Taehyung tidak benar-benar mengobrol atau menjadi lebih akrab satu sama lain. Ditambah juga selama tiga hari berturut-turut dia jarang ada dirumah karena festival.
Taehyung bingung harus berbuat apa. Harusnya dia sedang jika sang Ibu kembali ke rumah. Namun entah mengapa dia tak bisa merasakan itu.
Jujur dalam hatinya dia merasa sedih. Dia sudah membayangkan apa yang akan ia lakukan saat sang ibu kembali pulang di suatu waktu. Dia sudah merencanakan semuanya. Bahkan hanya membayangkannya saja Taehyung benar-benar merasa senang.
Seharusnya akan seperti itu. Dia benar-benar menunggu saat-saat seperti itu. Tapi kenyataannya tidak. Kenyataannya sang ibu membawa orang asing masuk ke rumahnya. Masuk ke ruangan pribadinya yang hanya beberapa orang yang boleh memasukinya, termasuk Jimin dan juga Yoongi hyungnya.
Dia merasa marah, tapi untuk apa? Dia merasa kecewa, tapi haruskah? Dan Dia merasa iri sekarang. Benar-benar iri.
Dia iri,sang Ibu lebih akrab dan perhatian dengan orang asing itu. Lebih sering memeluk dan juga tersenyum bahagia dengan orang asing itu ketimbang dengan dirinya.
.
.
.
"Tae.."
Seseorang membuyarkan lamunannya. Taehyung dengan segera berbalik melihat siapa yang memanggilnya.
"Yoongi hyung... ada apa?"
Orang itu Yoongi, yang kemudian ikut duduk disofa apartemen Jimin dan menyodorkan buah apel yang sudah ia kupas bersih. Setelah berterimakasih, Taehyung memakannya dengan tenang. Yoongi yang disampingnya meliriknya sejenak lalu mulai memakan apel dipiringnya.
"Kau tidak ingin membelikan mereka sesuatu Tae? Untuk ucapan selamat tinggal"
Taehyung terdiam mendengar usulan dari hyungnya. Tersenyum tipis lalu kembali menjajalkan dua potongan apel ke mulutnya. Yoongi menunggu Taehyung merespon omongannya. Meskipun Yoongi tak benar-benar menuntut hal itu.
"Hyung" Taehyung membuka suara tanpa diminta. Yoongi mendehem pelan.
"Aku tak ingin membelikan sesuatu itu..."
"Aku juga tak ingin mengucapkan selamat tinggal."
"Kenapa? Bukankah kau ingin?" Yoongi menimpalinya
"Aku masih ingin ingin bertemu dengan mereka. Meskipun rasanya sedikit sakit disini. Tapi aku masih ingin melihat dan mengobrol dengan mereka. Di lain waktu."
Yoongi mengusap surai coklat Taehyung perlahan. Mencoba menyalurkan ketenangan disela-sela usapan tangannya.
"Tak apa Tae. Hyung tak akan memaksamu. Mereka pasti juga akan mengerti"
"Mengerti tentang apa hyung?" ucapan Taehyung terlampau lirih namun untungnya masih bisa di dengar olehnya. Taehyung terus menundukkan kepalanya.
"Mengerti tentang apa? Mereka mengerti tentang apa hyung?" Taehyung mengulangi pertanyaannya lagi.
Yoongi terlampau paham dengan sikap Taehyung itu. Tempramennya akan cepat memburuk jika dia terlalu banyak menekan pemikirannya tanpa bisa Taehyung salurkan.
"Tae.."
"Setelah mereka bercerai, mereka bahkan tak sekalipun menengokku. Ayah seolah tak menganggapku ada dan Ibu....dia justru menikah tanpa mengabariku dan lihat sekarang. Dia pulang ke rumah dan membawa orang asing di dalamnya. Saling memberi kasih sayang hingga anak kandungnya yang dulu seperti di anggapnya orang asing di rumahnya sendiri. hahaha.. ini benar-benar begitu manis . Iya kan hyung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Have Me (Complete.)
Short Story"Terima kasih banyak karena bersedia menjadi saudaraku, Jim" . . . . "Apapun untukmu Tae" . .