Thor balik lagi..
.
.
.
Happy reading Good Reader^^
.
.
.
.
Taetae menangis direkuhan Yoongi sedangkan sang Ibu dan keluarganya masih terdiam di posisi mereka. Duduk manis tanpa tahu apa-apa. Jimin kembali dari dapur dengan nampan yang berisi beberapa gelas minuman dan beberapa cemila.
Yoongi masih sibuk menenangkan Taetaenya yang masih sesegukan itu. Yoongi mulai tak tahan dengan atmosfir di ruang keluarga itu. Bahkan Ibu Taetae seolah tak berniat untuk membantu menenangkan putra kandungnya itu. Bahkan dua pemuda yang Ibu Kim bawa pun juga tampak kebingungan dan mulai tak nyaman dengan tatapan Yoongi yang terkadang melirik mereka tak suka.
"Jim, hyung bawa Taetae ke kamar dulu. Kau sudah menelfon paman kan?" Jimin mengangguk sebagai jawaban dari permintaan hyungnya yang tadi menyuruhnya segera mengabari Ayah Kim.
"Paman sedang diperjalanan hyung. Mungkin sebentar lagi akan sampai." Yoong mengangguk singkat lalu membawa Taetae ke kamar.
"Maaf menunggu lama bi. Silahkan dinikmati makanannya." Ucap Jimin dengan sopan pada Ibu Taetae dan kedua lelaki yang Jimin pikir mungkin mereka adalah keluarga baru Ibu Taetae.
"Emm.. hyung, sebenarnya Taehyung hyung kenapa?" Jungkook memberanikan diri untuk bertanya. Maklum saja, dia anak muda yang aktif dan penuh dengan rasa penasaran yang besar.
Jimin yang mendengar Jungkook bertanya hanya mengulas senyumnya pelan. Dia ingin sekali memberitahukan semua hal yang telah Taehyung nya alami tapi jika di ingat-ingat lagi ia harus menahannya sampai paman Kim pulang.
"Bukan apa-apa Kook. Taehyung hanya sedang kecapekan saja." jawab Jimin seadanya.
"Benarkah? Bukankah ia sudah lulus dan wisuda beberapa minggu yang lalu. Apa dia sudah mendapat pekerjaan sampai-sampai kelelahan yang bertingkah aneh seperti itu."
Ucapan Ibu Taehyung terdengar sedikit menjengkelkan bagi Jimin, tapi dia hanya bisa menahan kekesalannya di balik senyum manisnya itu.
'Dia bahkan sudah bekerja sejak masa kuliah, bi.' Jimin hanya bisa menelan mentah-mentah ucapannya itu.
"Dia masih belum berpikir untuk melamar pekerjaan, Bi."
"Bagaimana bisa? Mengapa dia melakukankan hal yang tak berguna. Dia sudah dewasa dan sudah waktunya untuk bekerja. Mengapa dia justru berdiam diri dirumah dan tak melakukan apapun?"
"Sayang, perhatikan bicaramu." Tuan Jeon terlihat mencoba menenangkan sasng istri. Karena ucapan sang istri sedikit terdengar kasar.
"Bagaimana aku bisa tenang? Dia juga putraku tapi dia tak bisa melakukan hal yang lebih baik seperti halnya yang dilakukan Jungkook kita. Dia sudah dewasa, mengapa tingkahnya seperti anak kecil seperti tadi. Bahkan tangisannya tak kunjung reda. Aku tak habis pikir dengannya."
Ibu Taehyung sudah benar-benar diluar kendali. Jungkook dan Tuan Jeon bahkan tak tahu harus berbuat apa lagi. Jimin bahkan menjadi tertunduk saking kesalnya dengan ucapan bibinya itu.
"Memangnya tidak boleh?"
Yoongi tiba-tiba berbicara setelah keluar dari kamar Taehyung. Jimin dan orang-orang yang disana menatap Yoongi. Jimin menjadi khawatir dengan Taetae nya ditinggal sendirian dikamar.
"Hyung.."
"Taetae sedang tidur. Kecapekan menangis." Yoongi seolah tahu apa yang sedang dipikirkan adiknya itu. Yoongi duduk disamping Jimin dan menatap Ibu Kim dan keluarga barunya bergantian.
"Apa tidak boleh, bi?" dia bertanya lagi kepada bibi Kimnya itu. Yoongi sudah menahan cukup lama rasa kesalnya itu.
"Apa yang maksud Yoon?" Ibu Taehyung bertanya.
"Taehyung, apakah dia menangis seperti itu tak diperbolehkan bi? Dia putramu, seharusnya bibi paham bagaimana Taehyung tumbuh selama ini. Semenjak anda dan Paman Kim bercerai, kami berdua yang merawatnya. Kami merawatnya seperti saudara kami sendiri. Kami melakukan apapun agar Taehyung selalu Bahagia setiap waktu."
"Apakah kalian selalu memanjakannya sampai dia menjadi orang yang seperti itu?" Ibu Kim bertanya kembali.
"Ya, kami memanjakannya. Kami membelikannya apapun yang orangtuanya dulu bahkan tak mau membelikannya hanya karena alasan 'barang tak berguna'." Semua orang disana tertegun mendengar tuturan Yoongi. Jimin memegang ujung baju hyungnya erat. Yoongi bisa merasakannya, bahkan Jimin tengah menahan sesuatu yang keluar dari matanya.
"Hyung, sudah hentikan." Ucap Jimin lirih.
"Apanya yang harus dihentikan Jim? Sudah saatnya hal ini dibicarakan agar semuanya menjadi jelas. Bibi Kim berhak tahu, Taehyung berhak mendapatkan ini." Yoongi sudah merah padam karena menahan amarahnya.
*Cklek
Pintu apartemen itu terbuka, ayah Kim masuk begitu saja dan cukup terkejut dengan kehadiran mantan istri dan juga keluarga barunya. Ayah Kim hanya bisa mengulas senyum tipis dan menunduk pelan sebagai tanda sapaan.
"Yoon, dimana Taetae sekarang." Bahkan mantel dan jas ayah Kim belum sempat dilepas, tasnya juga masih dijinjing. Namun ia tak peduli, karena baginnya putranya lebih penting sekarang.
"Taetae sedang tidur pama. Duduklah sebentar, anda tampak sedikit kacau." Ayah Kim memperhatikan penampilannya dan terkekeh pelan. Jimin beranjak dari duduknya dan segera membantu sang paman melepas mantel dan jas kerjanya.
"Duduklah paman. Akan Jimin ambilkan air." Ayah Kim menagngguk singkat dan duduk disebelah Yoongi.
"Lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu? Ah, apa ini suami dan anakmu. Kau Kookie kan?" Jungkook terkejut karena panggilan itu dan mengangguk pelan.
"Kami kemari untuk berkunjung, sekaligus mengucapkan selamat atas kelulusan nak Taehyung." Tuan Jeon akhirnya angkat bicara.
"Sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan Taehyung? Tingkahnya menjadi berbeda dari saat aku berkunjung ke sini bersama Jungkook beberapa bulan yang lalu. Kau, sebenarnya apa yang kau lakukan terhadapnya?" Ibu Taehyung benar-benar bertempramen buruk terkadang. Ayah Kim hanya bisa tersenyum canggung. Dia bingung harus memulai dari mana.
"Ceritakan jika memang sudah waktunya paman. Bibi berhak tahu dan Taehyung pun juga. Sudah saat hal ini dilakukan."ucap Yoongi pada pamannya.
"Yang jelas, Taehyung tak pernah baik-baik saja setelah kita bercerai."
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Have Me (Complete.)
Short Story"Terima kasih banyak karena bersedia menjadi saudaraku, Jim" . . . . "Apapun untukmu Tae" . .