Thor balik lagiii
.
.
.
.
Langsung saja..
Happy Reading Good Reader^^
.
.
"Kenapa gelap? Jimin! Yoongi hyung! Ayah!.."
Taehyung berteriak tak tentu arah dalam suasana gelap gulita. Tak ada yang menjawab panggilannya. Taelalu gelap. Dia tak bisa melihat apapun disekitarnya.
"Apa aku sudah mati?" gumamnya
"Yoongi hyung! Jimin-ah! Kalian dimana?!"
Taehyung masih berusaha memanggil Yoongi dan Jimin disela-sela kegelapan. Dia tak berani melangkah barang sedikitpun seakan-akan dia tengah di antara jurang terjal tanpa berujung.
Taehyung masih terdiam di tempatnya. Masih mencoba melempar pandangannya sejauh mungkin, berharap ada setitik cahaya ditempat itu.
"Taehyung hyung.."
Panggilan penuh kelembutan dan kepolosan tersebut membuat Taehyung melempar pandangannya.
"Siapa disana?" Entah sejak kapan Taehyung sudah peluh.
"Taetae-ah.." seseorang tampak dengan lembut memanggil nama kecilnya.
"Ayah!.. Ayah!.. Taetae disini.."
Sekelebat cahaya menyilaukan mata Taehyung, dengan perlahan mata itu terbuka dan memperlihatkan seorang anak kecil yang sangat Taehyung kenal sedang bermain dengan ayahnya.
"Ayah?" gumamnya Taehyung.
Taehyung memandang bergantian dua orang didepannya. Taehyung berulangkali memanggil mereka namun Taehyung seolah tak dianggap disana. Seolah tak terlihat oleh mereka.
"Ayah, Taetae jika besar nanti ingin jadi pelukis. Lalu Taetae akan melukis ayah dan dipajang di ruang keluarga. Taetae ingin cepat besar seperti ayah"
"Tentu nak. Tumbuhlah dan raih cita-citamu itu."
Obrolan keduanya membuat Taehyung tersenyum tipis. Taehyung bahkan tak ingat jika dia pernah berkata seperti itu dimasa lalunya pada sang ayah.
Tiba-tiba cahaya menyilaukan datang padanya dan memperlihatkan seorang remaja yang tengah sibuk di depan meja belajarnya. Padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul 12 malam. Taehyung mendekatinya perlahan.
Pelajaran-pelajaran sulit yang seharusnya belum pantas untuk disentuh remaja itu terpaksa harus dipelajarinya sedini munngkin. Taehyung melihat begitu banyak coretan angka dan huruf –huruf acak tertera di buku tulis itu.
Meja itu tampak sangat berantakan dan itu membuat Taehyung teringat masa lalunya. Yang saat itu nilainya turun tiga angka saat ujian dan berakhir belajar semalaman lagi. Meskipun hari sudah sangat-sangat malam dan tubuhnya minta untuk diistirahatkan.
"Ugh.." Taehyung segera mendongak pada dirinya yang dulu. Mimisan, Taehyung seolah menganggap hal itu adalah hal yang wajar. Sehingga ia sama sekali tak merasa terkejut dan justru merasa iba pada dirinya sendiri.
Setitik cahaya menyelimuti dirinya kembali. Taehyung dengan perlahan membuka matanya dan melihat dirinya yang terbaring di rumah sakit dan kedua orangtuanya yang bertengkar hebat.
"Aku ingin kita berpisah. Demi anak kita. Aku tak ingin Taetae tersiksa lebih dari ini. Maaf, Sora-ah."
"Apa yang kau katakan? Semua ini juga demi anak kita. Aku mendidiknya dengan keras agar dia sukses dimasa depan. Tapi kau.."
"Tapi tidak dengan terus menekannya. Dia bukan robot. Dia anak kita. Anak kita satu-satunya!."
Taehyung terkejut mendengar sang ayah teriak. Baru kali ini ia mengetahui jika sang ayah benar-beanr marah besar pada sang ibu.
"Keputusanku sudah bulat. Aku tak bisa mempertahankan hubungan ini lebih lama. Taehyung akan lebih menderita jika kita terus seperti ini. Maafkan aku."
Taehyung kembali dihujani cahaya dan kali ini melihat dirinya sendiri yang bertingkah seperti anak kecil dan membuat sang ayah terlihat sedih.
"Taehyung hyung" seseorang memanggilnya dengan lirih.
Dengan segera Taehyung mencari seseorang yang tentu sangat ia kenal suaranya.
"Taehyung hyung.." panggil seseorang itu.
"Taetae? Taetae!.. Kau kah itu? Taetae?" panggilnya lagi.
"Dibelakangmu hyung."
"Taetae?!" Taehyung membalikkan tubuhnya dan melihat seorang dengan tinggi sedada nya.
"Hai Taehyung hyung. Taetae akhirnya bisa bertemu dengan Taehyung hyung." Taetae kecil itu memeluknya dengan posesif.
"Taetae.. apa sekarang kita di surga?" tanya Taehyung disela-sela pelukan mereka. Taetae terlihat menggeleng pelan.
"Tidak. Ini bukan surga hyung. Ini di dalam diri Taehyung hyung sendiri. Taehyung hyung ingin melihat-lihat lagi?" Taetae kecil itu menawari Taehyung.
Mereka berdua berjalan menyusuri tempat yang luar dan serba putih itu. Menceritakan banyak hal satu sama lain. Bercerita tentang Yoongi, Jimin dan orang-orang terdekat mereka. Mereka berdua tampak sangat menikmati waktu mereka berdua.
"Taehyung hyung."
"Hmm?"
"Apa Taehyung hyung masih sayang dengan ibu?" Taehyung mengernyit sejenak mendengar pertanyaan itu.
"Tentu. Hyung masih sayang dengan Ibu hyung."
"Meskipun Ibu sudah memiliki keluarga baru dan lebih memperhatikan keluarga barunya?" Taehyung terdiam sejenak lalu mengangguk pelan.
"Kenapa?" Taetae terlihat kurang paham.
"Ada beberapa hal yang tak bisa kita paksakan di dunia ini. Jika seseorang sudah merasa bahagia dengan hidup baru mereka. Merasa nyaman dengan orang-orang baru di sekitarnya. Itu artinya mereka sudah baik-baik saja. Hyung rasa, Ibu juga sudah seperti itu sekarang." Taehyung memandang jauh ruang putih itu.
"Lalu bagaimana dengan hyung?"
"Hyung? Emmm.. Hyung sudah cukup bahagia. Ada Yoongi hyung dan Jimin yang selalu menemani Taehyung hyung. Ayah juga sudah kembali dan cita-cita hyung menjadi seorang pelukis juga sudah tercapai. Hyung rasa itu sudah cukup."
"Apa hyung bahagia?"
"Mnn.. Hyung sangat bersyukur." Taehyung tersenyum manis pada Taetae kecilnya.
"Kalau begitu, tugas Taetae disini sudah selesai."
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Have Me (Complete.)
Short Story"Terima kasih banyak karena bersedia menjadi saudaraku, Jim" . . . . "Apapun untukmu Tae" . .