Kang Athena pagi ini baru lima belas menit dia datang ke sekolah bahkan belum sampai melihat satu kelas penuh dirinya bersama dua teman ceweknya sudah kabur membolos, lagi.
"Enakan ke mana ya?" Guman cewek dengan rambut pendek sebut saja Nilali.
"Biasa, skuy ke cafe deket perempatan." Ajak Athena.
"Bosen-bosen dah liat kita bertiga kesana terus." Taera ketawa.
Mereka bertiga melajukan mobilnya ketempat biasa. Sadar atau tidak mereka melakukan bolos hampir setiap hari tidak ingat jika sekarang sudah kelas dua belas dan lima bulan lagi ujian akan datang.
Tidak heran jika siswa lain mati-matian belajar mengejar beasiswa ke Universitas ternama di Seoul sedangkan mereka hanya ingin bersenang-senang.
Perbedaan yang sangat menarik.
Jangan ragu lagi jika mereka bertiga juga sering keluar masuk ruang BK. Namun, di anatara Nilali dan Taera hanya Athena yang sangat sering.
"Na...lu jadi di nikahin?"
Nilali menatap Athena agak sedih. Belum juga tamat sudah di suruh menikah sama orang tuanya, pemikiran macam apa ini pikir Nilali. Taera yang notabenya cuek-cuek hanya bisa diam sambil memperhatikan, dia diam-diam peduli.
"Jadi, tapi gue tolak. Di kira mau nikah sama om-om?"
"Ya...kalo ganteng sama kaya gak papa sih." Sela Nilali.
"Yaudah, lu aja Li. Gue ikhlas."
Saat ini Athena tidak mau memikirkan posisi Jung Kook yang hampir sempurna, intinya dia tidak mau. Dan jangan pernah paksa Athena, karena gadis ini mengidap penyakit keras kepala stadium empat.
"Gak dulu, deh. Gue masih ngincer si Jeno."
Jeno itu anak basket incaran Nilali.
"Incer aja terus kayak gak ada kerjaan lain."
Kali ini jawaban dari Taera yang diam dari tadi. Judes emang tapi sayang dia orang yang paling memperhatikan sekitarnya.
"Mbak Taera dari tadi diem-diem baek sekali ngomong kesentil ginjal gue."
Tidak lama mereka sampai ke tempat tujuan. Tanpa salam dan permisi bahkan nampilkan senyum pun tidak ada. Sudah seperti remaja urakan.
"Biasa mbak. Jangan banyak tanya." Judes Taera seraya tersenyum.
Mereka duduk melingkar. Cafe sudah hampir ramai karena banyak pekerja kantor yang mempir untuk sekedar membeli kopi.
Athena melirik sekitar, takut-takut jika pemilik cafe ini datang dan akan mengusir mereka seperti minggu lalu. Wajar saja si pemilik mengusir anak sekolah yang hampir setiap hari kesini menggunakan baju sekolah dan di jam sekolah. Bukannya untung yang ada cafenya di tuntut oleh masyarakat.
"Kayaknya aman." Guman Athena.
Sekitar lima belas menit mereka menunggu tiba-tiba saja Nilali mendobrak meja.
"Wah anjir!" Sentak Nilali tiba-tiba.
"Santai tai." Umpat Athena yang juga terkejut.