Peany

2.8K 338 28
                                    










Kehidupan Universitas nyatanya tidak terlalu menyenangkan seperti bayangan Loei saat ia masih berada di sekolah menengah atas dulu.

Banyaknya kegiatan yang menguras waktu terkadang mengharuskan anak tunggal dari keluarga Park itu pulang lebih larut dari Ayahnya sendiri, yang notabene CEO perkantoran di distrik Gangnam-gu.

Yang jadwal pulangnya berada di pukul delapan malam, atau jika ada meeting dadakan dan lembur bisa lebih lama sedikit dari waktu yang sudah di tentukan.


Seperti halnya malam ini. Jam telah menunjukan pukul sebelas lewat saat Loei baru saja pulang kerumah dan kini tengah melepas kedua sepatu ketsnya untuk ia simpan di rak sepatu yang letaknya ada di samping pintu depan.

Malam ini tidak biasanya suasana rumah tampak lengang dengan lampu ruang tamu yang sudah di matikan sedari tadi. Setelah selesai melepas sepatu, kaki kaki besarnya melangkah ke arah dapur karena memang sejak dari perjalanan pulang tadi ia merasakan haus dan ia butuh air mineral dingin guna membasahi kerongkongannya yang kering.

Namun belum juga ia berjalan menuju kulkas di sudut dapur, tiba tiba ia di kagetkan dengan keberadaan seseorang bertubuh mungil yang kini tengah berdiri memunggunginya dengan tubuh bagian depan menghadap kompor yang Loei lihat kini sedang menyala.

"Oh, Belum tidur?" Yang di tanya menoleh dengan ekspresi sedikit terkejut, namun kemudian wajahnya segera berubah menjadi senyuman kecil dengan mata sipit yang sedikit memicing lucu.

"Ternyata Loei, kukira tadi Ryan Hyung. Mm... iya, aku tidak bisa tidur karena perutku terus berbunyi. Mungkin Peany di dalam sana lapar, hihihi." Jawab Boshian seraya mengusap perutnya yang agak mengembung dengan tonjolan pusar yang terlihat dari balik kaus tipis yang ia kenakan.

Mendengar itu membuat Loei ikut tersenyum kecil dan kemudian segera menghampiri Boshian untuk mengelus perut mengembung miliknya.

"Aigu! Peany lapar? Tapi kenapa Papa malah memasak ramyeon instan, ckckck... itu tidak baik untuk Peany." Loei masih terus mengusap ngusap perut Boshian saat ia mengajak janin di dalam kandungan yang lebih kecil berbicara. Mendengar perkataan Loei, Boshian hanya bisa meringis seraya tersenyum kikuk. "Maaf Loei, habis aku ingin sekali makan ramyeon..."


Loei melirik dan menatap wajah merajuk Boshian yang saat ini nampak menggemaskan untuknya. Saking lucunya, ia jadi refleks mencubit pelan pipi Boshian yang memang berubah menjadi lebih gembil akibat hamil. "Okey, kali ini makan ramyeon tidak apa apa. Asal hanya sekali ini dan tidak ada kali kali yang lain, ya?"

"Ayay, handsome. Hihihi!"

Loei tersenyum lembut, kemudian mengusak surai halus Boshian, "Mm... karena mencium bau bumbu ramyeonnya aku jadi ikut lapar. Bisa buatkan satu lagi untukku, Boshian?"

"Tentu!" Boshian mengangguk semangat. Kaki kaki imutnya itu membawa tubuhnya untuk beranjak pada lemari penyimpanan makanan kering di dekat kulkas. Dan kemudian mengambil satu bungkus ramyeon instan yang memang sengaja ia beli untuk stock di rumah mereka.

Setelah itu, ia sedikit bergeser ke arah kulkas untuk mengambil dua butir telur yang berjajar di samping pintunya. "Dua telur untuk Loei, kan?"

Boshian memang tau percis apa yang Loei suka, dan Loei yang melihatnya hanya terus tersenyum hingga kedua matanya tenggelam dengan dua jempol di udara.



Boshian kini sibuk mengaduk ngaduk ramyeon setengah matang di panci, dan Loei hanya duduk menunggu di meja pantry dengan kedua tangannya yang Boshian perhatikan sedari tadi terus memijat mijat kecil bahunya sesekali.

찬백의 원샷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang