Your smile just like those sweet apples

2.6K 379 27
                                    










Byun Baekhyun, pria mungil kelahiran Bucheon tepat 22 tahun yang lalu. Yang selepas lulus SMA hanya menghabiskan waktu sebagai pemetik apel di wilayah tempatnya tinggal.

Ekonomi keluarganya bisa di sebut dari menengah kebawah, sehingga membuat impiannya untuk melanjutkan ke tingkat Universitas harus ia kubur dalam dalam karena terhalang biaya.

Tapi, Baekhyun selalu bersyukur. Ia itu bukan termasuk tipe orang yang memaksakan kehendak. Dengan menjadi buruh di perkebunan apel saja ia sudah bersyukur, itu juga berarti ia masih bisa membantu orang tuanya.

Meskipun dengan gaji yang mungkin tidak seberapa besarnya jika di bandingkan dengan gaji pekerja kantoran.














"Aaah, panas sekali. Jika panasnya terus seperti ini bagaimana aku memetik apel apel itu, huft..."

Hari ini matahari memang terasa lebih terik karena musim panas sudah mulai memasuki waktu puncaknya di bulan Juni. Baekhyun kini sedang duduk beristirahat sejenak seraya menyandarkan punggungnya di pohon ginko samping perkebunan.

Topi yang ia gunakan saat bekerja tadi ia jadikan sebagai kipas karena badannya terasa panas akibat terik matahari, tangan lentiknya mulai mengipas ngipasi topinya itu pada bagian wajah hingga ke bagian lehernya yang berkeringat.

Selagi beristirahat, tak terasa rasa kantuk mulai menghinggapi Baekhyun karena angin angin dari kipasan topinya membuat matanya memberat perlahan lahan.

Hingga tak lama setelah itu ia betulan terlelap seraya tangan kanan terkulai ke tanah dengan topi yang masih di genggaman.











Baekhyun tidur dengan damai, dengkuran kecil pun sesekali terdengar oleh pria besar yang sedari tadi ikut duduk menemaninya di samping tanpa si mungil ketahui.

Mungkin sudah ada lima belas menit lebih pria jangkung itu memperhatikan Baekhyun tidur, senyuman di bibir pun seakan tidak mau luntur ia sunggingkan ketika melihat si mungil Baekhyun mendengkur kecil seperti anak anjing.

Membuat Chanyeol; pria jangkung itu merasa semakin gemas dan tak terasa membuat jarak wajahnya dan milik Baekhyun lama lama menyempit.

Beberapa mili meter lagi mungkin bibir keduanya menempel satu sama lain, namun yang lebih besar seakan mendapat kesadarannya kembali. Dan setelah itu segera memberi jarak kembali guna mengurungkan niatnya untuk mencium Baekhyun diam diam.

Chanyeol mengetuk pelipisnya beberapa kali, "Astaga! Bodoh sekali! Untung saja tadi langsung tersadar..." Ia merasa malu sendiri saat melirik ke arah Baekhyun yang sedang tertidur.

Namun setelah itu, seperti layaknya seorang bipolar, Chanyeol malah kembali menyunggingkan senyumnya seraya memangku kepalanya pada dua lututnya yang di tekuk dan terus memandangi wajah tertidur Baekhyun tanpa merasa bosan.








Saat Chanyeol sedang mengecek pekerjaan para pekerja di perkebunan apel miliknya, dari tengah hamparan pohon pohon apel itu ia tidak sengaja melihat Baekhyun yang tengah duduk menyandar pada pohon ginko di pinggir kebun.

Mengetahui si pegawai sekaligus pujaan hatinya sedang beristirahat, saat itu Chanyeol seakan tidak ingin membuang waktu. Ia segera menghampiri si mungil yang ia lihat ketika baru saja sampai sudah terlelap dengan tangan menggenggam topi kerjanya.









Setengah jam lebih Baekhyun tertidur, dan selama itu pula Chanyeol masih betah memandangi wajah Baekhyun. Sampai di mana ia terbangun dan merasa terkejut karena saat pertama ia membuka mata, di depannya sudah ada seseorang yang menatapnya seraya tersenyum kecil.

"Astaga! Pak Chanyeol! Bapak sedang apa di situ?"

Chanyeol mendengus kecil, "Sudah berapa kali kubilang jangan panggil aku bapak. Lagipula umurku baru 27 tahun."

Yang lebih mungil hanya memasang wajah bingung dengan tangan yang bergerak menggaruk tengkuknya refleks. "Tapi Bapak kan bosku di sini, sangat tidak sopan jika saya memanggil Bapak dengan nama..."

"Yasudah, panggil aku Yeobo."

"Ish, Bapak ini senang sekali membuatku kena serangan jantung."

Baekhyun beranjak dari duduknya, lalu kedua tangannya menepuk celananya beberapa kali guna menghilangkan debu dan tanah yang menempel ketika ia duduk tadi. Setelah itu Chanyeol ikut berdiri dan melakukan hal yang sama seperti si mungil.

"Baek..."

"Iya, Pak?" Baekhyun segera beralih menatap wajah Chanyeol di sampingnya, dan senyuman si jangkung menjadi hal yang ia lihat pertama kali.







"Kapan kamu mau menerima lamaranku? Ini sudah beberapa minggu sejak hari itu..."



Mimik wajah Baekhyun tiba tiba saja berubah menjadi murung, kepalanya juga menunduk dengan pandangan yang terfokus pada kedua sepatu boot yang kini ia pakai.


Merasa jika atmosfer di antar keduanya berubah menjadi sedikit muram, membuat Chanyeol mendadak di landa kepanikan. Lalu kemudian tanpa sadar ia segera menarik kedua bahu Baekhyun untuk melihat wajahnya lebih jelas.

"Hmm, maaf. Aku pasti membuatmu sedih ya?"



Baekhyun menatap ragu tepat pada kedua mata Chanyeol,

"Pak... bapak tau kan aku bukan dari keluarga yang berkecukupan. Aku juga hanya lulusan SMA, tidak mungkin aku sebanding dengan bapak yang kenyataannya adalah pemilik perkebunan tempat aku bekerja."

Mendengar ucapan Baekhyun. Kedua tangannya segera berpindah pada pipi Baekhyun dan menangkupnya lembut. "Kamu bicara apa? Aku tidak peduli dengan semua itu, Baek. Aku bahkan tidak memandang kamu dari keluarga yang seperti apa, yang aku tahu adalah jika aku mencintaimu dengan segenap hati. Dan aku ingin kamu jadi pasanganku hingga akhir hayat..."

Baekhyun melihat ketulusan dari mata Chanyeol, ia juga percaya jika bosnya itu memang benar benar berkata jujur. Tapi tetap saja ia merasa tidak pantas jika harus bersanding dan menjadi suami dari seorang Park Chanyeol. Pengusaha muda sukses pemilik perkebunan apel terbesar di Bucheon.

"...Aku mohon, Baek. Jangan berfikir yang macam macam. Aku sudah bicara pada kedua orang tuaku jika aku ingin meminang salah satu pegawai di perkebunan, dan kamu tahu apa? Orang tuaku tidak masalah sama sekali. Jika kamu berpikir bahwa mereka tidak akan setuju, itu semua jawabannya salah. Justru mereka sangat bahagia mengetahui jika aku sudah memiliki pujaan hati pilihanku sendiri..."

"Pak..." Chanyeol mengusap air mata Baekhyun yang mengalir di kedua pipinya, dan setelah itu ia tersenyum seraya menatap lekat kedua sipit berair Baekhyun. "Maukah kamu jadi ibu dari anak anakku nanti?"

Baekhyum tersenyum manis, dan mengangguk pelan.

Kemudian, keduanya berpelukan dengan kedua tangan yang lebih mungil menangkup pinggang si besar. Dan Chanyeol memeluk punggung sempit Baekhyun dengan satu tangan yang terus mengusap usap rambut halus Baekhyun.

Chanyeol mengecup dahi tertutup poni Baekhyun. Lalu menatapnya penuh cinta, dan tidak di sangka Baekhyun ternyata membalasnya dengan senyuman termanis yang pernah Chanyeol lihat seumur hidup.




"Your smile... just like those sweet apples, Baek."




















Howeeeeeek, muntahin hayuk!

찬백의 원샷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang