Hoseok harus mengetuk-ngetuk meja kayu Namjoon agar pria itu kembali pada pikirannya. Pria itu membuat Hoseok menghela napas panjang begitu melihat wajah bingung Namjoon saat pria itu sadar sahabatnya sudah berada di depannya. Hoseok mengetuk-ngetukkan telunjuknya di atas amplop merah yang ada di atas meja, tepat di depan Namjoon.
"Ada undangan dari Fashion Empire. Pesta akhir tahun seperti biasa," ujar Hoseok memberitahukan isi berita undangannya.
Namjoon mengangguk sembari mengambil amplop. Dia membalikkan bagian depannya dan membaca tulisan 'Fashion Empire' yang ditulis dengan tinta emas.
Fashion Empire adalah suatu klub perkumpulan para desainer dan model yang sudah mengukir namanya di kancah dunia. Bahkan ada orang-orang dari rumah mode luar negri yang namanya sudah terkenal sepenjuru dunia. Sebut saja LV dan Guci yang selalu menyempatkan waktunya yang sibuk untuk datang menikmati rangkaian acara akhir tahun itu.
Namjoon menjadi salah satu undangan tetap sejak tujuh tahun lalu. Dia tidak pernah melewatkan malam tahun baru bersama teman-teman desainernya di sana. Apalagi Namjoon bisa mendapatkan kenalan baru dari acara itu, setidaknya dia bisa mendapat satu dua model kelas dunia yang bisa diajak kerja sama untuk peragaan busana selanjutnya.
"Kau mau datang bersamaku 'kan?" tawar Namjoon yang lebih seperti paksaan.
Hoseok seperti tak punya pilihan selain mengiyakan sembari mengangguk.
"Bagaimana dengan jadwal Seokjin?" tanya Namjoon lalu menyimpan amplopnya di dalam laci meja kerjanya.
Hoseok memasukkan kedua tangannya di dalam saku jas lalu menjilat bibirnya. "Manajernya belum mengatakan apa-apa. Sepertinya Seokjin masih membicarakan soal perubahannya. Kau terlalu mendadak jadi kurasa dia sedang kesulitan sekarang."
Dahi Namjoon mengerut seketika. "Tapi, dia bilang manajernya sudah menentukan kapan dia bisa melakukan pemotretan. Kau yakin belum dapat kabar dari manajernya?"
Hoseok langsung mengangguk. "Seharusnya dia mengonfimasinya padaku, jadi aku bisa mengatur jadwalmu yang lain. Kau tak lupa untuk datang ke pembukaan butik teman-temanmu 'kan?"
Ah, hidupnya yang sibuk.
Mendadak kepala Namjoon sakit. "Kapan?"
"Peresmiannya besok malam. Kau perlu datang dan boleh pergi setengah jam kemudian. Setidaknya kau menampakkan mukamu di depan pemiliknya." Hoseok lalu berbalik dan berjalan ke arah sofa yang ada di tengah-tengah ruangan Namjoon.
"Citra, eh?" tebak Namjoon sembari tertawa mendengus.
Hoseok mengangguk dan mendudukan bokongnya di atas sofa. "Itu resiko. Terlebih orang-orang mengenalmu sebagai orang yang peduli. Sulit untukmu menghindari satu undangan karena mereka mengharapkan kehadiranmu."
"Meski mereka tahu aku hanya berdiri menikmati acara sembari menikmati segelas anggurku sendirian?" Namjoon berdiri dari kursinya lalu mengambil buku sketsanya. Kaki panjangnya berjalan mendekat ke sofa dan duduk di sofa seberang Hoseok.
Sementara itu Hoseok mengangguk mengiyakan.
"Jika kau bukan siapa-siapa, aku yakin mereka akan menganggapmu kasar karena tidak pernah berusaha mendekati siapapun lagi di setiap acara."
Satu senyum Namjoon pun mengembang miring. "Aku berhenti karena Seokjin. Dia tidak mau aku terlalu dekat dengan orang-orang di sana."
"Apa karena pernikahan kalian?"
Namjoon pun menggeleng. "Lebih tepatnya, karena dia sudah lama bergelut di bidang ini jadi dia tahu siapa saja yang memang murni untuk berteman dan mana yang hanya ingin menaikkan nama."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Très cher | Namjin
FanfictionApapun akan dilakukan Namjoon jika itu tentang Seokjin, meskipun pria itu berbuat sesuatu yang merugikan Namjoon. Apapun itu demi si Kesayangan (Très cher). Namjin fanfiction [Dont read this if you are a homophobic!]