Fashion Empire yang diadakan setiap tahun tidak pernah sekalipun mengecewakan. Pesta yang diadakan secara tertutup ini melarang media apapun untuk datang meliput. Pun orang-orang hanya tahu para model favoritnya akan datang ke acara ini lewat postingan di akun pribadi mereka. Tapi untuk rangkaian acara, tidak ada satupun orang yang tahu seperti apa kegiatannya. Pun setiap tahun konsepnya selalu berbeda-beda. Katanya untuk menjaga acaranya tetap unik, mewah, dan menyenangkan.
Tahun ini temanya agak menantang, Sexy Red. Tamu diminta menggunakan apapun yang berwarna merah, hitam, atau keduanya. Mungkin karena konsepnya yang sederhana namun terkesan seksi dan glamor, tahun ini lebih banyak tamu yang datang daripada tahun sebelumnya.
Namjoon mengajak Jimin, Hoseok dan juga Yoongi untuk datang ke acara ini. Yoongi sebenarnya tidak ada hubungannya dengan dunia mode. Dia seorang pengacara, tapi Namjoon memaksanya untuk ikut.
"Ikutlah denganku, hyung. Aku pasti butuh bantuanmu disana. Ada yang aku ingin kau lakukan disana."
Kalimatnya terdengar seperti perintah tapi diucapkan dengan gaya memohon. Yoongi sadar dia seharusnya tidak berada di pesta mewah berisi orang-orang yang bicara tentang jenis kain beludru edisi terbatas, mote-mote mahal dari berlian, dan renda-renda yang dirancang sendiri. Yoongi hampir saja kabur kalau saja tidak disodorkan segelas anggur merah yang kata Jimin dari Perancis dan berumur lebih dari tiga puluh tahun. Mahal, tentunya.
Tapi Yoongi datang bukan untuk mabuk. Dia disini karena Namjoon. Dan pria itu terlalu sibuk menyapa koleganya yang terus datang silih berganti hanya untuk sekedar bertanya kabar, basa-basi. Yoongi tidak bisa melakukan apapun-termasuk mendiskusikan masalah manipulasi keuangan sebuah perusahaan besar pada anak kecil yang duduk di sebelahnya-selain mengunyah kue sekali gigit yang terlalu banyak gula ini.
"Kau mau kue lagi?" Jimin menawarinya sepiring kecil kue yang tiba-tiba dia sodorkan di depan wajah Yoongi.
Pria bermata kucing itu melirik kue dan Jimin bergantian. Pun dia mengambil piring itu tanpa banyak kata, sementara Jimin mengambil tempat duduk di sebelahnya. Dia sempat memelototi anak kecil yang tak tahu apa-apa itu, mengancamnya untuk tidak mendekati pacar satu-satunya ketika dirinya sedang tak ada.
"Boleh aku bertanya sesuatu, hyung?" tanya Jimin ragu, tanpa menatap Yoongi yang meliriknya sebentar kemudian kembali menonton kelompok orchestra yang semangat melantunkan melodi sesuai arahan dirigen.
"Kau mau bertanya tentang Namjoon, kan?" tebak Yoongi santai, yang sekali lagi mengejutkan Jimin untuk kepekaannya yang terlalu peka itu.
"Dia baik-baik saja," jawab Yoongi sekenanya.
"Apa membuang cincin bisa dibilang 'baik-baik saja'?" tanya Jimin lagi, protes akan ekspresi Yoongi yang tenang sekali setelah berbohong.
"Dia tidak membuangnya. Dia menyimpannya."
"Kau yakin?"
Yoongi mengangguk. "Kau seharusnya tahu karena kau orang yang sudah lama berteman dengannya. Aku hanya pengacara yang dibayar untuk waktu singkat."
Jimin pun mencibir kalimat sinis Yoongi yang menyindirnya. Dia memang selalu mengatakan hal logis yang tak bisa dibantah, tapi cara penyampaiannya terlalu sering membuatnya gemas ingin memukul. Tidak heran dia suka adu mulut dengan pengacara lawan ketika di persidangan. Sikap Yoongi yang santai selalu menyulut emosi orang lain, termasuk Jimin sendiri. Sifatnya mengajarkan Jimin untuk selalu sabar meski ingin membuang pria itu ke laut setiap ada kesempatan.
"Kira-kira apa ya, yang diinginkan Namjoon hari ini?" gumam Yoongi menghembuskan napas panjang sembari menyandarkan punggungnya pada sofa.
"Namjoon tidak bilang apa-apa saat di mobil. Dia benar-benar diam selama di perjalanan, tapi berubah menjadi Kim Namjoon si desainer ketika disini. Aku yakin dia sedang merencanakan sesuatu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Très cher | Namjin
Fiksi PenggemarApapun akan dilakukan Namjoon jika itu tentang Seokjin, meskipun pria itu berbuat sesuatu yang merugikan Namjoon. Apapun itu demi si Kesayangan (Très cher). Namjin fanfiction [Dont read this if you are a homophobic!]