Selamat Tahun Baru 2020, guys!
.
Pernikahannya dengan Namjoon seharusnya tak pernah terjadi saja. Pun tak seharusnya mengiyakan permintaan Namjoon yang ingin hidup bersamanya sampai mati dalam ikatan legal dengan sumpah janji pada Tuhan. Menjadi sebuah kesalahan ketika tangannya digenggam erat oleh Namjoon selama mereka mengucap janji. Bahkan rasanya dia tak pantas mendapat ciuman pertamanya setelah sang pastor meminta mereka untuk berciuman. Masih terdengar jelas tepuk tangan riuh penuh haru dari teman-teman yang bersuka cita dengan pernikahannya. Dia tersenyum, tapi hatinya menangis. Pun gelisah menanti hari dimana Namjoon akan menemukan semuanya.
Ya, semuanya. Alasan yang membuatnya mendekati Namjoon.
Semuanya berawal dari saat dia masih tidak seterkenal sekarang.
Dulu Seokjin tak pernah tertarik untuk bekerja sama dengan perancang busana bernama Kim Namjoon. Agensinya kecil, dan model yang dimiliki hanya dirinya dan tiga orang lainnya. Itu pun mereka tidak terlalu sibuk dan belum terkenal. Seokjin pun menjadi satu-satunya model yang selalu mendapat panggilan pemotretan dimana-mana.
Popularitasnya tak cukup mampu membuat agensinya berkembang. Meski setiap tahun ada beberapa model yang direkrut, tetap saja tak ada perkembangan. Seokjin nyaris menjadi budak karena harus menerima semua tawaran pemotretan meski dia tak menyukai konsepnya sama sekali. Dia bahkan tak boleh mendapat cuti lebih dari seminggu dalam setahun. Pun pola makannya sangat dibatasi untuk menjaga bentuk tubuhnya.
Seokjin tertekan. Dia hampir menjatuhkan dirinya ke sungai. Tapi akhirnya dia malah pergi ke bar ketika ada seseorang yang menegurnya di jalan, bertanya apa yang dia lakukan berdiri sangat dekat dengan pagar pembatas jalan. Niatnya urung untuk bunuh diri karena orang itu.
Seokjin seperti orang yang tak ingin hidup lagi. Berbotol-botol alkohol dia teguk, bahkan sampai kepalanya pusing hampir muntah pun dia masih memaksakan mulutnya untuk minum. Bartender yang melihatnya tidak sepenuhnya melarang untuk berhenti, hanya memperingatinya untuk tidak terlalu banyak minum saat Seokjin memesan untuk ke sekian kalinya. Mereka tidak tahu kalau Seokjin tak bisa dilarang jika sudah mabuk.
Saat itu Seokjin baru saja memasuki masa dewasanya. Dia baru mencoba minum soju beberapa minggu yang lalu dengan seniornya. Rasanya pahit dan menyakiti tenggorokan. Dia tak mengerti kenapa banyak orang dewasa yang minum ini padahal rasanya tidak manis seperti yang terlihat. Sang senior yang mengajaknya minum bilang kalau alkohol adalah pembuka sisi terdalam kita. Pun kita bisa lebih nyaman mengutarakan isi hati dan menjadi lebih jujur dibanding saat masih sadar.
Masuk akal.
Tapi tetap saja Seokjin tak bisa semudah itu membuka diri. Beban di dadanya banyak, kepalanya berat, pun jantungnya berdetak cepat saking sulitnya menahan emosi untuk tidak memuntahkan segala resahnya pada orang asing yang kini mencuri-curi pandang ke wajah dan tubuhnya. Oh, Seokjin ingin sekali memukul wajah mesumnya dengan botol digenggamannya ini.
Umurnya baru masuk kepala dua tapi dia sudah menanggung beban terlalu banyak. Semua ekspetasi dan harapan agensi dilimpahkan padanya. Bahkan sampai pada titik putus asa dan terjebak, mereka harus 'menjual' Seokjin pada suatu kontrak perusahaan yang secara tiba-tiba mau menggabungkan agensi kecil tanpa harapan ini. Seokjin tak secara langsung menanda-tangani kontraknya, tapi sang manajer dan petinggi agensi yang mewakilkannya secara sepihak. Seokjin pun diberitahu kalau kontraknya sudah diperbaharui dengan satu tambahan syarat khusus yang terpaksa harus dia patuhi.
Di saat inilah dia mulai membenci pekerjaannya sebagai model, malah merasa seperti budak yang hanya tahu dirinya keluar rumah untuk mendapatkan uang, bukan kebahagiaan seperti dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Très cher | Namjin
FanfictionApapun akan dilakukan Namjoon jika itu tentang Seokjin, meskipun pria itu berbuat sesuatu yang merugikan Namjoon. Apapun itu demi si Kesayangan (Très cher). Namjin fanfiction [Dont read this if you are a homophobic!]