Second

5.8K 590 75
                                    

JANGAN PERNAH BACA INI SEMBARI MENDENGARKAN LAGU SELENA GOMEZ - LOSE YOU TO LOVE ME DAN SAM SMITH - HOW DO YOU SLEEP?

NGGAK CUMA BERLAKU DI CHAPTER INI AJA, TAPI KESELURUHAN CHAPTER. TOLONG KALO MASIH SAYANG HATI :"


.


"Joon--eh, matamu kenapa?" 

Hoseok mendorong pelan bahu Namjoon dengan tangan kiri untuk menatap lebih jelas wajah sahabatnya yang mendadak berubah kelam dan mengenaskan. Kantung matanya yang hitam semakin jelas daripada yang seharusnya. Bahkan jika pria itu sedang dikejar deadline pameran, kantung matanya tidak akan sehitam itu.

"Kau tidak bercukur?!" pekik Hoseok terkejut bukan main melihat garis-garis halus berwarna hitam di sekitar dagu dan rahang. "Apa yang kau lakukan sampai tidak memperhatikan wajah, huh? Kurasa kau tidak punya deadline apa-apa di minggu ini. Kau baik-baik saja?"

Bohong kalau Namjoon bilang dia baik-baik saja.

Dunia Namjoon hancur dalam semalam. Dunia yang dia bangun sejak dulu, bertahun-tahun dengan susah payah, berubah kelam dalam sekejap mata. Dia tidak lagi bisa melihat apa-apa dengan indah seperti dulu. Bahkan paginya tak cerah lagi meski Seokjin masih memberikannya ciuman selamat pagi di dahi.

Semalam penuh yang terputar di otaknya hanyalah kejadian saat Seokjin bersama seorang pria asing di taman. Mereka berciuman. Bukannya hanya satu ciuman. Tapi sampai tiga kali dan yang terakhir cukup lama. Mereka bahkan memilih tempat yang gelap dan tidak terjangkau kamera CCTV. Mengingat Seokjin adalah orang penting, pastilah orang yang bersamanya juga sama pentingnya sampai harus memilih tempat tersembunyi.

Namjoon langsung bergegas turun ke lantai dasar dengan terburu-buru. Dia bahkan mengambil jalan lewat tangga darurat daripada menunggu lift. Beberapa kali dia hampir tersandung saat tak sengaja melompati dua anak tangga langsung karena terlalu terburu-buru. Entah kenapa dia harus menghampiri Seokjin di pintu masuk alih-alih menunggunya di dalam apartemen.

Waktunya terlalu pas saat dia berhenti dekat pintu masuk dan berpapasan dengan Seokjin yang berada di depannya, dengan keadaan napas terengah-engah dan keringat membasahi dahi, kening, dan lehernya.

Seokjin tentu saja terkejut mendapati suaminya mendadak memunculkan diri di depan pintu masuk. Tak seperti biasanya yang selalu menunggu di apartemen. Bahkan Namjoon tampak berantakan sekali dengan baju rumahan dan sendal. Keadaannya bukan seperti orang yang hendak ke minimarket. 

Apa dia ketahuan?

"Kau lihat?" tanya Seokjin tiba-tiba. Tatapannya terlalu serius untuk orang yang tertangkap basah selingkuh.

Anehnya Namjoon yang malah ragu-ragu ingin menjawab apa. "Iya. Aku lihat." Tenggorokannya mengering seketika dan tangannya mengepal kencang berusaha menetralkan jantungnya yang terlampau cepat berdetak.

Seokjin pun menundukkan kepalanya dan menghembuskan napas panjang. "Kumohon lupakan apa yang kau lihat tadi."

Bohong kalau Namjoon tak tersinggung. Dia marah. Namun semua sumpah serapah dan protesnya tertahan di tenggorokan meski ingin sekali dikeluarkan. Kepalanya terus memutar adegan itu sampai rasanya muak sekali. Tapi apa yang bisa dia lakukan? Hanya menahannya sembari menggigit bibir bawah di dalam mulut.

"Eung," jawab Namjoon lirih.

Jawabannya membuat Seokjin tersenyum kemudian memeluknya dengan lembut. Rasanya masih sama, masih Seokjin yang dia sayangi. Tangan yang melingkar di bahunya dengan dagu yang menumpu di atas bahu Namjoon. Biasanya Namjoon akan mati gemas karena terlalu senang dipeluk Seokjin. Namun kali ini kenapa Namjoon tidak menemukan rasa apa-apa? Apa dia marah? Senang? Sedih? Atau kecewa?

[END] Très cher  |  NamjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang