Jika diingat-ingat, pertemuannya dengan Jimin tidaklah berkesan sama sekali. Tipikal pertemuan dua orang pria yang tak saling kenal tapi terlibat suatu masalah yang berlanjut pada pertemuan-pertemuan lain yang tak disengaja.
Yoongi bertemu dengan Jimin ketika makan malam bersama Namjoon. Mereka bertiga membahas suatu kontrak kerja yang katanya harus disaksikan oleh orang yang berada di bidang hukum agar kontraknya valid dan bisa dipertanggung jawabkan dengan benar.
Jimin terlihat seperti pria baik. Matanya yang agak turun membuatnya tampak selalu bersedih. Pipinya yang bulat membuatnya sangat muda dan tidak sesuai dengan umurnya yang sudah dua puluh lima. Bibirnya tebal, rambutnya halus, kulitnya tanpa noda, dan senyumnya terlihat tulus. Di samping fitur wajahnya yang tanpa cela, kepribadiannya sesuai dengan wajahnya yang bak malaikat. Tutur katanya lembut dan sopan, bahkan suara tawanya membuat candu yang mendengar.
Kesimpulannya, Jimin terlalu sempurna untuk ukuran manusia.
Jimin memang menarik, tapi Yoongi tak berharap banyak mereka akan bertemu lagi. Pertemuan malam itu menjadi pertemuan terakhir untuknya, namun sepertinya takdir tidak membiarkannya berharap sendirian.
Hubungannya dengan Namjoon menjadi semakin dekat. Mereka tidak hanya bertemu saat membicarakan kontrak atau perjanjian kerja dengan perusahaan lain. Tapi Yoongi juga sering diundang minum atau makan malam. Pikirnya hanya berdua dengan Namjoon, tapi Jimin juga diajak. Pelan-pelan Yoongi jadi semakin tertarik dengan Jimin dan mengamatinya dalam diam.
"Jimin sudah punya pacar belum?" tanya Yoongi mendadak saat minum berdua dengan Namjoon. Yang ditanya langsung tersedak soju yang baru masuk tenggorokan.
"Apa itu alasannya kau banyak berpikir akhir-akhir ini?" tanya Namjoon balik dengan nada curiga. Gelas soju di tangannya lalu diletak di atas meja kembali. "Aku tidak tahu kalau seorang Jimin bisa membuyarkan konsentrasi seorang Min Yoongi."
Namjoon senang sekali mengejek Yoongi sampai tak terpengaruh dipelototi saat matanya mendelik seram, bersiap-siap memiting kepala klien pribadinya.
"Bilang padanya untuk tidak terlalu ramah. Nanti pacarnya cemburu," ujar Yoongi dengan nada dingin, pun pura-pura acuh padahal dia sedang bicara tentang dirinya yang hampir terlena dengan keramahan Jimin yang membuat nyaman.
Namjoon tak perlu bertanya kenapa Yoongi mengatakan itu. Maksud pesanya terlalu jelas. "Ya, ya, nanti kusampaikan padanya." Senyum Namjoon yang mengembang manis saat bicara malah terlihat menyebalkan di mata Yoongi yang dianggapnya sedang mengejek.
Tapi sepertinya Namjoon tak menyampaikan keluhannya pada Jimin. Pria itu malah selalu mengajak Jimin makan malam dan minum bersama. Jimin juga terus mengajak Yoongi bicara, bertanya-tanya, memperhatikannya, dan rasanya dia jadi dua kali lipat lebih manja dari yang biasanya.
Yoongi tak tahu harus bereaksi apa selain bertanya-tanya dalam hati dengan perasaan sedikit jengkel, "dia kenapa, sih?"
Sebelumnya Yoongi tak pernah membiarkan orang-orang masuk ke dalam kehidupan pribadinya. Dia sangat tertutup, kurang bisa berekspresi, dan bicara sekenanya jika tak penting. Apalagi pekerjaannya sebagai pengacara sangat mendukung dirinya yang misterius, selalu berpikir logis, dan tak bertele-tele.
Itu dulu sebelum kenal Jimin. Pria itu membawa banyak perubahan yang sangat menyusahkan Yoongi.
"Hyung! Kau datang?" seru Jimin terkejut saat 'mendobrak' masuk ke ruangan Namjoon yang ternyata sedang ada rapat kecil dengan Yoongi.
Yoongi hanya memberikan senyum kecilnya dan mengangguk sebelum menoleh ke Namjoon lagi. Agaknya terkejut sampai melompat ke samping saat Jimin mendadak duduk di sebelah dan tanpa sengaja menggesek lengan Yoongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Très cher | Namjin
FanfictionApapun akan dilakukan Namjoon jika itu tentang Seokjin, meskipun pria itu berbuat sesuatu yang merugikan Namjoon. Apapun itu demi si Kesayangan (Très cher). Namjin fanfiction [Dont read this if you are a homophobic!]