Twentieth First

2.4K 424 93
                                    

Natal kali ini bisa dikatakan yang paling ramai dari tahun-tahun sebelumnya. Biasanya mereka akan merayakan bersama Soobin saja, tapi sekarang ada teman dekat Namjoon dan seseorang yang tidak seharusnya ada disini, juga ikut bergabung merayakan. Seokjin bahkan tak mengerti apa rencana Namjoon dengan mengundang Jung Woo ke apartemen mereka.

Namjoon bahkan membiarkan Jung Woo menemaninya di dapur saat membuat makan malam untuk pesta nanti. Sementara Namjoon asik bermain dengan Soobin bersama Jimin dan Hoseok di ruang utama. Rasanya agak sedih karena Namjoon tak mengecek keadaannya di dapur yang berduaan dengan Jung Woo.

"Aku tak tahu kalau kau terbiasa memasak sebanyak ini. Apa Namjoon yang menyuruhmu?" tanya Jung Woo berbasa-basi sembari memperhatikan Seokjin yang gesit sekali memasak beberapa jenis masakan dalam waktu bersamaan.

"Sebelum aku menikah, aku tinggal sendiri. Jadi aku harus memasak makananku sendiri," jawab Seokjin lalu berbalik untuk meletakkan sepanci sup panas di meja bar tempat Jung Woo memperhatikan Seokjin.

Jung Woo diam-diam mencicipi makanan buatan Seokjin dengan sumpit yang entah sejak kapan sudah dia ambil. Rasanya membuat Jung Woo memuji-muji dalam hati dan ingin mengambil sepiring penuh untuk dirinya sendiri. Tentu Seokjin tidak akan mengijinkannya sebelum makan malam tiba.

Dari dapur bisa terdengar suara Soobin dan tiga orang pria dewasa yang menemaninya bermain sampai tertawa-tawa. Jung Woo menoleh ke sumber suara, kemudian menoleh ke Seokjin yang sibuk dalam diam bersama bahan masakan.

"Apa Namjoon tidak pernah membantumu memasak?" tanya Jung Woo penasaran.

Seokjin pun menghela napasnya sebelum memutar setengah badannya ke belakang dan menjawab sembari tersenyum. "Dia payah dalam hal memasak. Aku tidak mau dapurku berantakan."

Jung Woo terkekeh kecil dan kembali memperhatikan Seokjin seperti tontonan menarik di televisi hari minggu. Sudah setengah jam dia berada di dapur menemani Seokjin memasak. Tidak ada satupun yang bisa dia lakukan karena dia hanya dekat dengan pria itu. Meskipun pernah beberapa kali bicara dengan Namjoon, tetap saja tak ada pembicaraan yang bisa dibicarakan dengannya.

"Kau tahu, Jin? Aku selalu ingin menghabiskan hari libur nasional atau masa cutimu dengan liburan bersama. Tapi aku tidak pernah mengira akan mendapatkannya pertama kali di rumahmu, bersama suamimu."

Jung Woo sepertinya bosan dan mulai melantur tentang perasaannya. Di satu sisi Seokjin mulai lelah untuk menjawab sembari membagi konsentrasinya dengan Jung Woo. Dia tidak terbiasa bicara sambil masak karena Namjoon tak pernah mengganggunya selama ini.

Namun Seokjin tidak mau mendapat masalah dengan Jung Woo.

"Kita akan melakukannya nanti. Kau katakan saja ingin kemana, dan kita pergi bersama. Oke?" Jung Woo langsung mengangguk senang dan sibuk dengan pikirannya yang kelewat antusias merencanakan perjalanan mereka nanti.

Seokjin lega, setidaknya ada hal yang bisa dilakukan pria itu daripada mengganggunya memasak.

"Ahjussi~" Suara Soobin langsung mengisi seluruh rumah yang berteriak memanggilnya. Dia berlari ke dapur dan memeluk pinggul Seokjin erat-erat. Untung Seokjin sedang tidak memegang pisau atau panci panas.

"Soobin-ah, jangan lari-lari ke dapur. Ahjussi sedang memasak," nasihat Seokjin dengan nada lembut, menyuarakan kecemasannya pada manusia kecil di pinggulnya.

Tidak hanya Soobin yang menghampirinya. Namjoon kemudian Jimin dan Hoseok masuk bergantian, memenuhi area dapur yang semula tenang hanya dengan Seokjin dan Jung Woo. Mata Seokjin dan Namjoon sempat bertemu beberapa detik tapi diinterupsi oleh Hoseok yang memanggil Namjoon.

"Hyung, mau kubantu?" tanya Jimin yang tau-tau sudah di samping Seokjin sembari menggulung lengan kemejanya sampai batas siku.

"Aku tak tahu kalau Park Jimin bisa memasak," goda Seokjin yang dibalas pukulan di lengan oleh Jimin yang tak terima diejek meskipun dia tertawa.

[END] Très cher  |  NamjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang