23

2K 171 68
                                    

Disclaimer: Furudate Haruichi
By: Ozozo1298
Warning: Ooc, Ic, Typo

Suasana di pelataran depan rumah Tsukishima menjadi muram pagi itu, Suna yang baru saja datang membuat semua orang di sana terkejut.

Dengan wajah murung dan mata yang bengkak Suna menyerahkan bungkusan putih yang berisikan kepala Kita, sebagai bukti bahwa dia telah melaksanakan tugasnya sebagai Orakel.

"Kita-san sendiri yang meminta ini, aku sudah berusaha untuk menghentikanya tapi..."

Air mata kembali membanjiri wajah Suna, dirinya tidak mampu untuk melanjutkan perkataannya.

"Aku mengerti Suna, kau harus istirahat... Biarkan kami yang mengurus sisanya."

Atsumu mengerti perasaan Suna saat ini, karena dirinya dan semua anggota Inarizaki juga merasakannya.

"Segera adakan upacara pemakaman dengan layak, Ginjima tolong jemput Nenek Kita-san."

"Ha'i!" semua yang berada yang di sana bersuara serempak.

.
.
.
.
.

Wangi dupa dengan wangi bunga gladiolus bercampur di dalam ruangan semayam, jenazah Kita yang sudah dimandikan terlihat sangat tenang dalam tidur panjangnya. Ia terlihat sudah melepasnya semua beban yang menimpanya, senyuman yang sangat tipis menghias wajah rupawan jenazah Kita.

Embun-empun putih terlihat keluar dari dalam peti Kita yang berisi es kering, bukan hanya itu di dalam peti mati juga di masukan 6 keping koin yang dipercaya akan digunakan sang arwah untuk melintasi 3 neraka, lalu ada benda kesayangan Kita yaitu sebuah belati dan juga katana.

Semua orang di dalam ruang semayam berwajah sendu karena sedih, dan di antara semua tamu yang terlihat paling terpukul adalah semua anggota atas Inarizaki.

Bahkan seorang Aran yang yang terkenal tegar tidak sanggup menahan tangisnya.

Setelah acara pembacaan doa selesai, keluarga dan para tamu dipersilakan mengucapkan salam terakhirnya kepada jenazah sebelum dimakamkan.

Yang maju terlebih dahulu tentu saja nenek Kita, wanita yang sudah berumur sangat tua itu terlihat sangat tegar. Ia tidak ingin terlihat lemah dan juga sedih di hadapan cucu tercintanya untuk yang terakhir kalinya.

Semua kenangan dari kecil hingga dewasa bersama sang cucu terlintas di kepalanya. Tangan yang sudah dipenuhi kerutan itu terulur menyentuh pipi cucunya yang terasa sangat dingin.

"Shinsuke, kau sudah bekerja keras. Terima kasih sudah hadir di kehidupan Nenek yang terlalu panjang ini, Nenek mencintaimu."

Dan Nenek Kita memberikan ciuman lembut di dahi sang cucu untuk yang terakhir kalinya.

Lalu selanjutnya adalah Osamu, ia meletakkan bunga gladiolus ke dalam peti mati Kita. Matanya menatap wajah Kita dengan raut wajah yang sulit untuk dibaca, tangannya mencoba untuk menggenggam tangan kaku Kita. Senyuman perih muncul di wajah tampannya.

"Kemarin, sebelum Suna membawamu pulang... Seorang dari Nohebi datang membawa surat untuk Shouyou, ia juga mengatakan alasan kenapa kau sampai berbuat sejauh ini. Aku pasti akan membalas semuanya kepada ular itu Kita-san."

Dan setelahnya Osamu melangkah menjauh dan memberikan kesempatan yang lain untuk mengucapkan salam terakhirnya.

Hingga akhirnya tiba giliran saat Hinata mengucapkan salam terakhir, air mata sekuat tenaga ia tahan. Seperti yang lainnya, Hinata juga menaruh bunga gladiolus ke dalam peti mati Kita.

MY HUSBAND IS YAKUZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang