Chapter 9 : Hangat

3.9K 650 105
                                    


Sudah lebih dari seminggu kamu pergi menyusuri setiap sisi dari gunung ini. Dan hampir setiap malam, ada saja oni yang berkeliaran mencari mangsa.

Mereka biasanya keluar dengan ekspresi yang tak wajar. Mereka tampak amat kelaparan dengan air liur yang tak henti-hentinya menetes dari ujung bibirnya. Dan Itu semakin menambah kesan jijikmu kepada mereka.

Satu hal yang perlu kamu ingat, adalah jangan kasihani mereka.

Kamu berlari secepat yang kamu bisa. Dalam rapatnya pepohonan kamu terus berlari sambil sesekali melompat dan berpijak dengan kuat di atas dahan. Kamu tak ingin makhluk menjijikkan itu mengambil nyawamu.

Dadamu kembang kempis karena napas yang memburu. Siapa yang tidak takut melihat predator mengerikan sepanjang sejarah manusia?

"MAKHLUK BEDEBAH!"

CRATTSSS!!!

Kamu menarget mangsamu dengan tepat. Dengan satu tebasan saja, kepala oni itu telah terlepas dari badannya.

"Hosshh... hooshh.. hooshh.. ukhuk.. ukhukk.."

Paru-paru mu terasa amat sakit untuk menghirup udara lagi.

"Sial! Aku kelelahan"

Kakimu mencoba menapak tegak di atas tanah namun gagal. Badanmu terasa begitu berat, bahkan sulit untuk membuka mata. Kamu terkapar lemas di atas tanah dengan napas yang masih kacau.

"Lu-lupakan! Aku lelah" racaumu.

Mata mu tak kuasa menahan kantuk. Pagi hari memang waktu yang pas untuk tidur. Tidur dengan udara yang masih segar dibawah matahari pagi yang hangat, ah.. sungguh nikmat pikirmu. Matamu semakin memberat, beberapa detik lagi kamu pasti sudah tertidur pulas.

"Hehehe.. tidur lah anak manis"

Perlahan, langkah demi langkah, berjalan sedikit demi sedikit mendekati mangsa yang sedang tertidur pulas.

"Matahari belum terbit bukan? Kenapa dia tidur disini.. hehe..."

SRAKK!!

"AH!"

Naluri bertarungmu bangkit setelah mendengar suara gesekan semak-semak yang terdengar tiba-tiba. Dengan separuh nyawa yang masih terkumpul, kamu mencoba untuk mengambil nichirin yang tergeletak di tanah.

"Grrr... tidur lah lagi! Untuk apa kau bangun!!" Bentaknya seraya menyerangmu dengan cakar-cakarnya.
"Nyawa ku terancam jelas saja aku bangun" senyuman sombong terukir diwajah manismu.

"Ho-jadi begitu"

Gerakan tubuhnya semakin cepat, sulit untukmu memprediksi serangannya. Ditambah dengan nyawamu yang masih belum sepenuhnya terisi membuat nichirin mu yang berharga tergores di segala sisi karena cakarnya.

'Gawat'

Tangannya mulai meliuk-liuk diudara. Ke atas ke bawah, samping kanan kiri, gerakannya kadang rendah menyerang kaki, kadang tinggi menyerang ubun-ubun. Tangan kanannya mencoba untuk mencakar wajahmu, namun berhasil di tepis oleh nichirinmu. Dengan gerakan secepat kedipan mata, kaki sang oni menendang ke atas untuk menyerang dagumu. Kamu berhasil mengelak namun tidak dengan nichirinmu. Nichirinmu terlepas dari genggaman jatuh menancap kuat ditanah.

'Tidak ada waktu untuk menghindar!! Bahkan tidak ada waktu untukku berteriak. '

Satu serangannya lagi maka tamatlah riwayatmu. Jarak terlemparnya cukup jauh, mustahil untukmu bisa mengambilnya dengan cepat. Pupilmu mulai bergetar melihat malaikat maut di hadapanmu.

"Hoo.. sudah ku bilang, lebih baik kau tidur saja maka rasa sakit nya tak akan terasa-"

CRATS!!!

"AH APA?!! "

Pahlawanmu telah datang. Tokito-san dengan sigap berlari membawa nichirinnya untuk menebas kepala oni yang tengah lengah di hadapanmu ini. Kepalanya mencipratkan banyak darah segar di tanah. Matanya masih terbelalak tak percaya.

"Lelaki sialan! Berani kau ganggu makananku!" Bentaknya.

"Diam lah! Manusia bukan makanan untuk siapapun. Apalagi untuk makhluk menjijikkan sepertimu" Manik dan ekspresi wajahnya datar, namun setiap katanya penuh penekanan. Berkesan mengancam.

"Ku bunuh kau! Ku bunuh kau! Ku bu-"

Suaranya menghilang bersamaan dengan kepalanya yang habis terkikis udara pagi. Tersisa kamu dan Tokito-san sekarang. Canggung, kamu malu untuk mengucapkan terima kasih padanya.

Kamu tatap punggung mungilnya. Rambut rapunzelnya tergerai indah seperti biasa. Sepertinya ada sesuatu yang aneh dari perasaanmu saat melihatnya. Apa mungkin karena kejadian saat itu? Atau jangan-jangan?

"Sama-sama" gumam Tokito.

"Eh.. ano-maaf kan saya. Terima kasih banyak" ucapmu sambil membungkukkan badan 90°. Rona merah muda di pipimu semakin menjalar ke telinga.

"Ada yang terluka?" Satu tangannya terulur untuk mengelus perlahan ubun-ubun mu. Suaranya terdengar lembut dan nyaman ditelinga. Kekhawatiran dan senang seakan bercampur jadi satu disuaranya.

"Eehhh anoo ehmmn etto"

"(y/n)?!"

『️◆️◆️』️

Selama perjalanan kembali, kalian benar-benar tidak berbicara satu sama lain. Tokito-san sibuk memandu jalan, sedangkan kamu berjalan mengekorinya sambil sibuk memperhatikan daun-daun kuning yang gugur dari rantingnya. Daun-daun yang menguning mulai gugur satu per satu, jalanan setapak yang dilalui terlihat kuning tertaburi oleh mereka.

"Humnhh.. ano Tokito-san" panggilmu
"Ada apa?"
"Kenapa kamu bisa datang tepat waktu tadi?" Tanyamu heran.
"Naluri" balasnya singkat tanpa menghentikan langkah kakinya.

"Ne.. apa kau mengawasiku?"

Tep!

Badannya segera berbalik untuk menghadap ke arahmu. Kedua tangannya terulur mencengkram pundakmu erat. Dirimu kaget setengah mati karena perlakuannya.

Dari wajahnya terpancar ekspresi yang amat menyebalkan. Matanya menyipit kesal dengan bibir yang amat melengkung kebawah. Tatapannya terlihat tajam menusuk, ditambah dengan cengkraman tangannya membuat nyalimu kendor.

"Kamu kira aku setega itu untuk meninggalkanmu?" Jawabnya disertai nada kesal.

"Eh?! Jadi.. seminggu ini-anda-" tanganmu terangkat untuk menutupi mulutmu.
"Hehe" ekspresi kesalnya berubah seketika. Ia tertawa ringan sambil tersenyum tipis tapi manis ke arahmu. Mata besarnya terlihat sedikit menyipit dengan rona-rona kecil mewarnai pipinya.

"Aku tidak meninggalkanmu"

Cengkraman tangannya melonggar untuk menggapai pungggungmu. Ia memelukmu dengan hangat dibawah sinar mentari pagi yang menyapa ramah hari ini. Lelaki itu meletakkan kepalanya di pundak kirimu, menikmati pelukan yang mengawali harinya. Kamu mulai terbuai akan rasa hangat yang menyelimuti dirimu. Kamu tarik tanganmu untuk membalas pelukannya tanpa ragu. Senyuman tipis mulai terukir di wajah manismu.

'Ternyata dia tidak sependek yang aku kira'

Dipikir-pikir lagi Tokito-san memang sedikit jahat membiarkan mu mengambil alih misinya. Tapi, mau bagaimana lagi? Menolakpun sudah terlambat. Karena masa itu telah berlalu kini.

Yoyo minna-san!
BAGI READERSKU TERCINTA YANG TENGAH MENJALANI UJIAN SEMANGAT YAAA❤️❤️!!
Ten doakan nilai kalian bagus semuaaa♡️

Okehh terima kasih bagi kalian yang sudah baca sampe habis mwah! Cinta saya semuanya untuk kalian❤️❤️❤️

Sincerely,Ten🌸

Remind ✿ Tomioka GiyuuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang