Chapter 13 : Merelakannya?

4K 628 304
                                    


"Tuan! Apa aku pernah dekat denganmu dulu?"

Suaramu menggema merobek atmosfer keheningan.

Kamu ingat lelaki ini. Lelaki yang sama persis dengan mimpimu malam itu. Namun anak lelaki itu kini telah tumbuh menjadi lelaki dewasa yang kuat dan gagah.

Dia tidak berbalik menatapmu dan tetap terpaku ditempatnya berpijak. Tomioka merasakan seakan ada yang menyayati hati kecilnya.

Manikmu tak lepas menatap sosoknya. Kamu yakin kalau lelaki itu pasti pernah mengukir kenangan bersama sebelum akhirnya kamu melupakannya.

Beberapa detik telah berlalu. Tomioka tetap membiarkan kesunyian menghiasi malam.

"Ah sudahlah (y/n). Mungkin kamu pernah bertemu dengan seseorang yang persis dengannya" Suara Tokito terdengar jelas diantara kesunyian.

Kamu tetap memandangi lelaki itu. Terus menatapnya untuk meminta jawaban langsung darinya. Namun, nihil. Ia tetap setia dengan kebungkaman mulutnya.

"Pergi (y/n)" ucap Tokito.

Rasa putus asa mulai menyelubungi hatimu. Kamu akhirnya menuruti apa yang di perintahkan Tokito-san kepadamu, dan mulai berlari menjauh.

Melihatmu yang sudah berlari pergi, membuat Tokito segera membalikan tubuhnya untuk menatap tajam ke arah Tomioka.

"Maaf sudah mengganggu reuni mu dengannya" ucap Tokito santai tanpa jawaban darinya.

"Aku lihat, sepertinya kamu sudah merelakannya ya? Bagus. Serahkan saja tugas akhirnya padaku. Aku janji akan mencintainya jauh lebih baik dari pada cintamu yang main-main itu" Ucapnya sebelum akhirnya ikut menyusulmu yang telah berlalu pergi.

"Hah-" sebuah napas gusar terhembus pelan dari mulut Tomioka. Ia tak kuasa lagi menahan sakit hatinya. Kenapa selama ini ia tak bisa membencimu? Melupakanmu? Ia tau bahwa hatinya tak pernah bisa dibohongi. Bahkan otaknya pun tak mau selaras dengan kehendak hatinya.

"Aku tak tau harus mengucapkan maaf mana lagi untukmu (y/n) "

『️◆️◆️』️

(Giyu POV)

'Sialan Tokito sialan' cemoohku dalam hati.

"Kamu sudah merelakannya ya? Bagus. Serahkan saja tugas akhirnya padaku. Aku janji akan mencintainya jauh lebih baik dari pada cintamu yang main-main itu"

Kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepalaku. Apa yang Tokito inginkan? Kalau aku terus seperti ini bisa-bisa (y/n) akan benar-benar berada di tangannya.

"SIALAN!"

Umpatku sambil menendang bebatuan selama perjalanan pulang.

'(y/n)' rintihku dalam hati menyahuti namanya.

Kakiku segera melangkah menuju kamar tidurku. Tanganku membuka pintu dengan kasar, melampiaskan seluruh kekesalan ku pada seonggok pintu yang tak bersalah.

Ku buka sabuk yang mengikat saya nichirinku dan melemparkannya ke sembarang tempat. Begitu pula dengan sepatuku. Aku sudah tak memperdulikan keadaan kamarku saat ini.

Hatiku teramat panas dan dipenuhi rasa amarah. Tanganku mulai melepas Haori belang yang ku kenakan dan hampir saja ikut melemparkannya kelantai menemani barang-barang ku yang lainya.

Namun tanganku terasa kaku. Kupandangi haori yang berada ditanganku kini. Setega itukah aku untuk membantingnya?

Akhirnya kuputuskan untuk melipatnya sembarangan dan meletakkannya diatas meja. Manikku melirik sebuah haori biru bermotif awan-awan yang telah terkoyak kainnya, bahkan bekas darah yang melekat masih ada walaupun telah mengering.

Sekali lagi aku merasakan sesuatu seakan menikam hatiku. Tanganku bergerak membongkar lipatan kain dan mengeluarkan sebuah pita panjang bermotif persis seperti sebelah haoriku. Ya, kain yang selalu Sabito gunakan.

Mataku mulai memanas. Otakku mengulang seluruh memori yang terpendam dalam ingatan. Aku jatuh terduduk sambil terisak memeluk erat haori dan pita yang berlumuran darah.

" (y/n)- andai mencintaimu menjadi hakku kembali" racauku dalam tangisan pilu dimalam musim gugur ini.

『️◆️◆️』️

DEG!

"Ada apa (y/n)?" Tanya Tokito-san setelah melihatmu berhenti berlari.
"Aku merasa pusing-" Belum sampai kamu menyelesaikan kalimatmu, badanmu sudah ambruk dan dengan sigap Tokito menyediakan dadanya untuk tempatmu bersandar.

Tanganya bergerak untuk menjepit seluruh poni rambutnya kebelakang, memperlihatkan dahi lebarnya secara cuma-cuma kepadamu. Tanpa basa-basi lagi, Tokito segera menempelkan dahi miliknya keatas dahimu.

"Suhumu tidak normal"

Ucapnya, namun tetap pada posisinya. Jantungmu yang sudah berdebar tak karuan ditambah dengan perlakuan manis Tokito semakin membuat jantungmu berdetak kencang diluar irama.

"Wajahmu juga memerah" Ucapnya lagi.

Tanganmu bergerak merangkup dahinya dengan telapak tanganmu, menjauhkannya dari posisi mendebarkan ini.

"Aku- tidak ada yang perlu dikhawatirkan Tokito-san" ucapmu seraya menatap manik mintnya.
"Kalau begitu kamu masih mampu berjalan?" ia menatapmu dengan tatapan polos khasnya.

"Aku bisa!"

Kamu gerakkan tubuhmu dan mulai bangkit berdiri. Kakimu terhentak-hentak diatas tanah mengisyaratkan "aku sehat!" Pada Tokito-san.

"Baiklah" Ucapnya singkat lantas mulai berbalik untuk melanjutkan langkah nya.

BRUKK!!

'Eh?!'

Kamu merasakan kakimu yang semakin melemas, tak kuasa menahan berat tubuhmu sendiri. Yang mampu kamu pandang hanyalah bayangan benda yang memburam sebelum akhirnya terganti dengan kegelapan.

" (Y/N)?!!"

Pendek sekali chapter ini XD
Maafkan Ten nanggung lagi😌
Gapapaaaaa yang penting Giyu nongol ea🤣

Bagi yang lupa Saya itu apa Saya adalah sarung pedang yang berfungsi untuk memasukkan atau menyimpan pedang ketika tidak dipakai.

Terus menunggu ya Minna-san!!!

Nee~Minna-san! Saya mau numpang promosi yaaakk

Cerita ngebucinin Rengoku😌😍 Penjelasan cerita ada kok! Bagi kalian yang tertarik untuk membaca jangan lupa tinggalkan jejak ya!❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ngebucinin Rengoku😌😍
Penjelasan cerita ada kok!
Bagi kalian yang tertarik untuk membaca jangan lupa tinggalkan jejak ya!❤️

Sekiann🌼

Sincerely, Ten🌸

Remind ✿ Tomioka GiyuuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang