Chapter 12 : Dia?!

3.6K 616 172
                                    

TING!!

Sebuah nichirin berhasil menghentikan pergerakan nicirinmu. Nichirin kalian bergerak saling mengunci pergerakan lawan dan saling mendorong untuk mempertahankan kekuatan masing-masing individu.

Semilir angin menghembuskan seluruh helai suraimu. Angin malam itu terasa dingin, meniupkan tiap-tiap kepingan daun gugur di tanah.

Indah. Kamu menatap sebuah mata samudra yang indah. Polos dan begitu menawan.

"A-anda?" Tanyamu heran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"A-anda?" Tanyamu heran.

Matamu tak lepas menatap maniknya. Dari jarak sedekat itu, kamu bisa melihat pupilnya sedikit bergetar namun tak lepas menatap manikmu.

Dia tetap tak berkata. Tak lama ia bergerak, melompat menjauh untuk menghindari kontak mata denganmu.

"Tolong jangan ganggu saya tuan." Pintamu dengan nada tegas.

Ia masih tetap diam tak bergeming. Kepala nya tertunduk, memilih untuk menatap tanah dibandingkan menatap lawannya saat ini.

Tanjiro yang terhempas jauh segera merangkak, memangku kotak kayu yang di perebutkannya lantas memeluk erat kotak kayu dalam pangkuannya itu.

(Giyu POV)

'Kenapa aku bisa satu misi dengannya?'

Batinku heran. Otakku tak henti-hentinya menuduh Oyakata-sama sebagai otak dari pertemuanku kini dengannya.

Aku tak berani untuk menatap wajahnya lagi. Aku merindukannya. Terlalu lama aku merindukannya. Saat bertemu kinipun rasanya tak ada yang berubah. Dia bukan lagi dia yang dulu.

Manikku mulai naik memperhatikan sosoknya. Ia berjalan mendekatiku sambil tangan kanannya mencengkram tangkai pedang, siap menghunuskannya.

Aku tak percaya. Dia mengajakku bertarung?

Ia semakin mendekat. Pedangnya mulai terhunus. Manik indahnya senyap terganti manik (e/c) tajam menyala bak serigala lapar, mulutnya mengatup rapat.

"Apa yang kau-?" Tanyaku terheran-heran.

Ujung pedangnya hampir menikam dadaku. Tak berselang lama, tusukannya berganti tebasan yang memburu dada bahkan tenggorokanku. Tangan kananku terasa mati rasa, tak kuasa aku untuk balik menyerangnya.

Tubuhku meliuk-liuk menghindari setiap tebasan pedangnya. Bibirku terasa kelu untuk mengucapkan kata "Berhenti" karena aku tak mau melukainya lagi.

(Back author POV)

Kini kamu dan Lelaki itu hanya terdiam. Napasmu memburu karena tak henti-hentinya menyerang. Ia sangat lincah dan cepat. Melompat dari tanah ke atas dahan terasa mudah baginya.

Namun, mengapa ia tak menarik nichirinnya?

"Berhentilah bermain-main tuan. Aku memiliki urusan yang lebih penting dari anda" ucapmu ketus.

Remind ✿ Tomioka GiyuuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang