Chapter 7

80.1K 8.7K 468
                                    

Keeping the commitment.

____________

ENTAH sampai kapan aku harus membisu di tempat ini, duduk dengan anggun dan menjadi penyimak yang baik. Rasanya kakiku sudah kesemutan berkali-kali dan punggungku terasa memberontak ingin segera diluruskan. Sampai pukul tujuh malam mereka belum mengakhiri meetingnya.

Setelah meminta waktu sebentar untuk shalat isya. Dengan keadaan terkantuk-kantuk, kudengarkan kembali diskusi mereka mengenai rencana pembangunan apartemen baru yang akan Athaya ajukan. Tinggal di apartemen memang sedang booming sekali akhir-akhir ini, apalagi di Jakarta yang memang sudah menjadi urban.

Banyak pendatang yang sering bolak-balik ke Jakarta untuk bekerja atau keperluan bisnis memilih untuk menyewa apartemen dibanding menginap di hotel. Itulah kenapa pasar apartemen di Jakarta sangat menggiurkan.

Itu juga salah satu bentuk mengatasi ketersediaan tempat tinggal, untuk mengurangi pembangunan lahan perumahan yang memang memakan lebih banyak tempat. Beberapa kali mereka juga menyinggung proyek dengan pemerintah yang pernah ditanyakan Raka dan Mbak Aida.

Tak terhitung sudah berapa kali aku menguap. Sebenarnya aku tidak begitu menyimak pembicaraan mereka, karena sebagian pembicaraannya malah cenderung bersifat pribadi. Hanya pada bagian awal-awal saja mereka membahas seputar pekerjaan. Topiknya tidak menentu dan sering berubah-ubah, jadi aku bingung mencatatnya.

Dari hasil meeting kali ini, aku malah mendapat beberapa poin yang sebenarnya tidak perlu kuketahui.

Pertama.

Ternyata Bu Tania adalah sepepupunya Athaya. Umur mereka sama, itulah kenapa mereka terlihat begitu akrab. Ayahnya Bu Tania adalah kakak dari ayahnya Athaya. Jadi sebenarnya ini bukan meeting tapi silaturahim keluarga.

Kedua.

Papanya Bu Tania merupakan Chief Executive Officer alias CEO di perusahaan bernama FHRI Holdings Ltd yang ada di Singapura. Sebuah perusahaan hotel global dengan lebih dari 110 hotel dan resor di bawah nama Raffles, Fairmont, dan Swissotel.

Ya, Raffles. Dengan kata lain hotel ini hanyalah salah satu bagian dari perusahaan milik papanya Bu Tania, yang artinya milik pamannya Athaya. Mereka berdua adalah definisi dari 'anak sultan' yang sesungguhnya.

Ketiga.

Ayahnya Athaya bernama Andre, karena beberapa kali Bu Tania menyebutkan kata 'Om Andre' untuk mengancam Athaya. Sayangnya aku tidak mendapatkan informasi mengenai ibunya. Mereka tidak membahas tentang itu sama sekali.

Keempat.

Bu Bella, sekretaris Athaya sebelumnya yang sedang kugantikan posisinya sekarang. Ternyata kakak beradik dengan Bu Tania. It's a bit confusing for me.

Mereka berdua adalah putri dari seseorang yang penghasilannya triliunan perminggu, tapi kenapa mereka masih bekerja di perusahaan properti milik orang lain? Ditambah seingatku ada aturan di kantor yang melarang adanya hubungan keluarga di antara karyawan.

Dan yang terakhir.

Athaya punya tunangan.

SHAF ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang