Chapter 6

5.2K 405 9
                                    

NEW POV

CKLEKKK.. Pintu kamarku tiba-tiba saja muncul Tay dengan raut wajah yang tak dapat kuartikan. Satu pertanyaan yang kini hinggap di benakku, 'Apakah Tay mendengar ucapan yang baru saja aku katakan?'.

Tay berjalan secara perlahan menghampiriku dengan sebuah kantong plastik di tangannya. Aku tak peduli dengan apa yang dibawanya, aku hanya penasaran tentang apakah Tay mendengar ucapanku tadi atau tidak. Aku sangat berharap dia tak mendengarnya.

"Ada apa, Tay?" Tanyaku padanya sembari menetralkan perasaan terkejutku.

"Aku membawakan makanan untukmu. Kau pasti belum makan kan?" Sahutnya sambil menaruh tas punggungnya dan kantong plastik itu di atas ranjangku.

"Ohh."

"Aku tadi mendengar kau berbicara....."

"Kau mendengar aku bicara apa?" Tanyaku padanya sebelum dia melanjutkan kalimatnya.

"Aku tidak mendengar apa yang kau katakan, aku hanya mendengar suaramu. Kupikir kau sedang bersama seseorang."

"Tidak, aku sendirian." Sahutku dengan cepat.

"Benarkah? Kalau kau sendirian, kenapa kau berbicara seolah berbicara dengan orang lain?"

"Itu..." Aku terus berpikir. Memutar otak untuk mencari alasan yang tepat.

"Aku tadi sedang berteleponan dengan Earth." Bohong. Yah, aku menemukan alasan. Meskipun harus berbohong.

"Maafkan aku, Tay. Maaf karena aku berbohong padamu." Batinku menatap Tay dengan tatapan penuh harap kalau Tay mempercayai apa yang kukatakan.

"Apa yang kalian bicarakan?"

Tay berjalan secara perlahan menghampiriku. Dia menaruh kantong plastik yang dibawanya ke atas lemari kecil di samping ranjangku. Dia segera duduk di sampingku.

"Hanya pembicaraan biasa. Bukan hal besar." Jawabku.

"Benarkah?"

"Emmm.."

Setelah itu, percakapan kami berhenti. Kami larut dalam pemikiran kami sendiri. Seperti biasa, baik aku maupun Tay hanya duduk berdampingan tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Namun, jantungku hampir meloncat keluar dari tempat karena terkejut. Bagaimana tidak, Tay tiba-tiba saja menarikku dan membuatku membaringkan kepalaku di atas pahanya. Tak sampai disitu, tangan kekarnya mengusap lembut rambutku.

"Tidurlah. Kau pasti lelah.." Ucapnya dengan nada yang sangat lembut.

Aku tak tahu bagaimana harus menjawabnya. Nada suara yang sudah lama tak kudengar kembali lagi. Bahkan kini lebih lembut dari sebelumnya.

"Tay.." Panggilku.

"Hemmm.."

Dia hanya berdehem tanpa menghentikan kegiatannya.

"Kenapa kau disini?"

"Karena aku ingin menemanimu."

"Bagaimana dengan Jane? Dia pasti mencarimu."

"Biarkan saja. Toh selama ini aku selalu bersamanya sampai aku tidak bisa menemanimu. Dan akhirnya kau jadi sakit begini."

"Kau berlebihan, Tay. Aku bukan anak kecil yang harus kau temani terus-terusan. Dan aku ini laki-laki, aku bisa menjaga diriku sendiriku." Timpalku sambil menatap wajahnya yang tengah menatap lurus ke depan. "Lagipula Jane itu kekasihmu, tidak baik kalau kau meninggalkannya hanya karena aku."

"Meskipun kau sudah dewasa, aku akan tetap menemanimu. Seperti janjiku padamu tiga tahun yang lalu. Aku sudah berjanji untuk menjagamu, jadi aku akan menepati janji yang telah kubuat."

My Last Love (COMPLETE) 💙Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang