Chapter 8

4.9K 386 39
                                    

NEW POV

Setelah pulang dari restoran, Tay mengajaku ke rumahnya. Sudah cukup lama aku tak ke rumahnya. Dia lebih sering menghabiskan waktunya di rumahku ketimbang dia di rumahnya sendiri.

Saat ini aku dan Tay berada di kamarnya. Tak ada yang berubah dari kamarnya selain barang-barang yang berserakan dimana-mana. setahuku Tay memang orang yang jorok yang jarang membersihkan kamarnya, tapi dia tak separah ini. kamar ini lebih tepat disebut dengan kapal pecah daripada kamar orang.

Tay segera ke kamar mandi setelah sampai di kamarnya, sedangkan aku disuruhnya untuk di tempat tidurnya seperti biasanya. Tapi dengan keadaan sepertinya aku tidak akan sanggup untuk diam saja.

Tanpa basa basi lagi, aku mengambil barang-barang Tay yang lebih tepat disebut sampah dan kubuang ke tempat sampah. Kukumpulkan beberapa pakaian kotor yang sudah digunakannya dan kumasukkan ke dalam keranjang pakaian. Kurapikan beberapa buku yang berantakan di lantai.

Memang tidak banyak yang bisa kulakukan, tapi setidaknya tempat ini sudah lebih layak untuk disebut kamar. Tidak seperti sebelumnya.

"New, apa yang kau lakukan?" Tanya Tay padaku sesaat setelah dia keluar dari kamar mandi.

Saat aku menoleh ke arahnya, aku segera mengalihkan pandangan mataku ke arah lain. Aku tak sanggup melihat Tay yang hanya mengenakan handuk yang dilingkarkan di pinggangnya. Menyisakan bagian atas tubuhnya yang tak tertutup apapun.

"Kamarmu sudah seperti kapal pecah, jadi aku membersihkan sedikit."

"Kau tidak perlu melakukannya. Sudah ada bibi yang akan datang untuk membersihkannya."

"Sekalipun ada bibi yang akan membersihkannya, setidaknya kau tidak membuatnya sampai separah ini. tempat sampah ada disini dan keranjang pakaian kotor juga sudah ada disini. apakah sulit untuk menaruhnya sampah dan pakaian kotor di tempatnya?"

"Bukan susah. Tapi malas."

"Hanya menaruh barang pada tempatnya saja malas, bagaimana kau melakukan pekerjaan yang lain? Jangan bergantung pada bibi."

Tay berjalan menghampiriku. Lalu dia duduk di sampingku dan merangkulku.

Dapat kucium aroma khasnya. Tubuhku seketika mematung saat tubuhnya bersentuhan dengan tubuhku. Tak dapat kupungkiri meski sudah lama mengenal Tay, saat berdua dengannya aku merasa sangat gugup.

"Selain ada bibi, ada kau yang akan melakukannya untukku. Jadi untuk apa aku repot-repot melakukannya?"

"Kau ini. aku ini sahabatmu bukan pembantumu. Kenapa aku harus melakukannya?"

"Tapi kau melakukannya tanpa kuminta."

"Aku melakukannya karena aku tahu kau tidak akan melakukannya."

"Bagaimana aku akan hidup kalau tidak ada kau, New? Aku sangat beruntung punya kau di hidupku."

Aku tak dapat menyembunyikan keterkejutanku dengan apa yang Tay lakukan. Dia tiba-tiba saja berbaring dipangkuanku seolah aku ini bantal. Dia menatap mataku yang masih bingung dengan perbuatannya.

"Hei, apa yang kau lakukan, Tay?"

"Bisakah kita seperti ini sebentar saja? Sudah lama kita tidak menghabiskan waktu berdua."

"Baiklah."

Aku hanya bisa pasrah dengan apa yang Tay lakukan.

Kami hanya diam menikmati setiap waktu yang berjalan. Menikmati suasana ini. Tay memejamkan matanya, sementara aku memperhatikan wajahnya. Wajah yang terkadang garang tapi terkadang juga manis ini sedikit berubah. Ada lingkaran hitam di sekitar matanya dan wajahnya tak secerah biasanya.

My Last Love (COMPLETE) 💙Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang