Chapter 19

3K 226 46
                                    

Chapter ini agak berat ya.. Siapin hati buat bacanya..

Happy Reading..

*******

NEW POV

Operasi Tay sudah selesai kurang lebih dua jam yang lalu. Saat ini, Tay berada di dalam ruang ICU. Meskipun operasi berlangsung dengan lancar, namun kondisi Tay masih sangat lemah dan bisa drop kapanpun. Untuk itu, Tay masih harus berada di ruang ICU agar mendapatkan perawatan yang lebih intensif.

Di luar ruang ICU, tempat Tay berada, aku berdiri di depan kaca yang disediakan untuk melihat kondisi pasien yang berada di dalam ruangan. Yah, meskipun sudah boleh untuk dijenguk, orangtua Tay tidak mengizinkanku untuk masuk. Mereka hanya mengizinkanku untuk melihat Tay dari luar saja.

Bagiku, untuk saat ini, bisa melihat Tay meskipun hanya dari balik kaca itu, aku sudah merasa tenang. Melalui kaca itu aku bisa melihat kekasihku yang terbaring lemah dengan banyak peralatan medis meliliti tubuhnya. Tak hanya itu, balutan perban pun terlihat jelas di beberapa bagian tubuhnya.

Kedua orangtua Tay dengan setia menemani Tay sejak Tay keluar dari ruang operasi. Dokter memang sudah mengatakan jika operasi berjalan dengan baik, tapi untuk memastikan jika Tay sudah benar-benar membaik, butuh beberapa waktu untuk pemantauan.

"Joss, kau pulang saja. Besok kau ada pekerjaan kan?" Pintaku pada Joss yang sudah berada di sisiku sejak tadi. Selama menunggu Tay dioperasi pun dia selalu ada di sampingku seraya memberi ketenangan padaku.

"Aku bisa menunda pekerjaanku. Saat ini aku ingin menemanimu. Tidak mungkin aku meninggalkanmu sendirian disini." Jawab Joss lembut.

"Aku tidak mau mengganggu pekerjaanmu. Lagipula kau itu masih baru, aku tidak mau kau terlibat masalah karena menunda pekerjaan."

Kehadiran Joss di sampingku sedikit memberikan kekuatan padaku. Dia memang tidak melakukan banyak hal, dia hanya duduk di sampingku sambil merangkulku dan mengusap lembut lenganku seakan dia sedang mentransfer kekuatan untukku.

"Kau lebih penting New. Saat ini kau lebih membutuhkanku daripada pekerjaanku."

"Aku tidak suka kau berbicara seperti itu. Apa kau tidak ingat bagaimana perjuanganmu mencari pekerjaan untuk biaya kuliah dan hidupmu? Sekarang saat kau mendapatkan pekerjaan yang mampu untuk membayar biaya kuliah dan mampu menutup biaya hidupmu, kau mau menyianyiakannya."

"New...."

"Joss, aku benar-benar baik-baik saja." Kucoba untuk meyakinkannya. "Pergilah. Jangan membuat kecewa orang-orang yang sudah memberi kepercayaan padamu."

"Baiklah, tapi kalau ada apa-apa atau kau membutuhkan sesuatu segera hubungi aku." Pinta Joss. Aku tahu saat ini dia sangat mengkhawatirkanku, tapi aku tidak mau dia sampai melalaikan pekerjaannya karena aku.

"Iya, pergilah. Jangan sampai terlambat." Aku mendorongnya untuk pergi.

"Kalau ada......."

Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, aku segera memotongnya. Jika tidak, dia tidak akan segera pergi. "Iya, pergilah. Jangan membuat mereka menunggumu terlalu lama."

Akhirnya setelah percakapan panjang, Joss pun pergi. Dan kini menyisakan aku disini sendirian sementara kedua orangtua Tay menemani Tay di dalam ruang ICU.

Tidak banyak hal yang bisa kulakukan saat ini. Aku hanya bisa berdiri di depan kaca yang disediakan oleh rumah sakit untuk melihat ke dalam ruang ICU. Meskipun aku ingin masuk, kedua orangtua Tay tidak mengizinkanku.

Melihat kondisi Tay saat ini membuat hatiku seakan diiris dengan pisau tajam. Seandainya saja aku tidak meminta Tay untuk datang ke surprise di malam tadi. Karena aku memintanya datang, dia sampai bertengkar dengan orangtuanya. Seandainya dia tetap di rumah, pasti saat ini Tay baik-baik saja.

My Last Love (COMPLETE) 💙Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang