Chapter 15

3.9K 254 12
                                    

NEW POV

Setelah diizinkan pulang oleh dokter, aku diantar pulang ke rumah dan langsung dibawa Tay ke kamar. Ayah dan ibuku ada urusan penting yang tidak bisa ditinggalkan sehingga sekarang aku hanya berdua dengan Tay di rumahku.

Sudah hampir setengah jam berlalu sejak aku sampai di rumah, namun sampai saat ini yang kulakukan hanya satu hal, yaitu berbaring di atas tempat tidurku dengan Tay di sampingku yang tidur sambil memelukku. Saat kuperhatikan Tay terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Sepertinya berat badannya turun karena merawat dan menemaniku selama di rumah sakit.

Memang selama di rumah sakit, Tay hampir selalu menemaniku. Jika bukan karena kupaksa atau orangtuaku yang memaksanya untuk pulang, dia tidak akan pulang. Bahkan dia sering melewatkan kelasnya hanya untuk berada di sisiku.

Aku tahu, dia merasa selalu ingin menemaniku karena dia merasa bersalah atas kejadian yang menimpaku saat dia meninggalkanku. Sudah kukatakan padanya kalau apa yang terjadi padaku bukanlah kesalahannya, tapi dia tetap saja tidak berhenti untuk menyalahkan dirinya sendiri.

"Maafkan aku, Tay. Aku tidak bisa menjaga diriku sendiri sampai kau harus merasakan hal sepertinya. Kalau saja aku mampu untuk menjaga diriku sendiri, aku tidak akan mengalami hal itu dan aku juga tidak akan membuatmu merasa bersalah seperti ini." Ungkapku padanya sambil mengusap lembut rambutnya.

Ketika dia tidur, dia terlihat manis dan lucu. Untuk pemuda yang sudah berusia lebih dari dua puluh tahun, dia masih terlihat seperti anak kecil. Dan aku suka itu.

"Aku mencintaimu, Tay."

"Aku juga mencintaimu, New."

Betapa terkejutnya aku saat mendengar suara Tay. Ternyata sejak tadi pemuda itu sudah bangun atau mungkin dia memang tidak tidur. Dia memang menjawab, tapi dia masih menutup matanya. Bahkan dia mengeratkan tangannya untuk memelukku dan menenggelamkan wajahnya di perutku.

"Geli, Tay." Protesku karena Tay menciumi perutku. Hal itu membuatku geli.

"Tapi aku suka."

Bukannya melepaskan, dia semakin mengeratkan pelukannya seolah tak ingin lepas dariku.

"Ini sudah sore. Kau tidak mau pulang?" Tanyaku padanya sembari melepaskan tangannya dari perutku.

Saat akan beranjak dari tempat tidur, Tay kembali menarik tanganku sampai akhirnya aku kembali duduk di tempat tidur. Tay mendekap tubuhku dan menciumi leherku.

"Apa yang kau lakukan, Tay?" Tanyaku padanya.

"Aku masih ingin bersamamu. Kita baru kembali, apa kau tidak ingin tidur dulu?"

"Kau ingin aku tidur? Selama ini aku selalu tidur di rumah sakit, sekarang kau mau aku tidur lagi?"

"Eh, iya. Aku lupa."

"Apa kau mengantuk?"

Tay mengangguk sambil menyandarkan kepalanya di perutku. Dia terlihat nyaman dengan posisi seperti ini.

"Kalau begitu, kau tidurlah."

Dia memejamkan matanya lagi.

Dengan lembut, kuusap rambutnya sambil menepuk lengannya.

Tak butuh waktu lama baginya untuk kembali tidur. Tidurnya tampak lelap, sudah lama aku tidak tidur dengan nyenyak seperti ini. Pasti selama ini dia sangat lelah karena merawatku juga menemaniku. Bahkan selama aku dirawat di rumah sakit, dia tidak pernah melepaskan tangannya dari tanganku.

"Terimakasih, Tay. Kau selalu ada untukku."

Aku mencium keningnya seraya memberikan salam tidur untuknya. Perlahan kubenahi posisinya agar dia tidak merasa sakit karena berbaring sambil menyandarkan kepalanya di perutku. Jika tetep dengan posisi iji dia akan merasa sakit di lehernya saat bangun nanti, jadi kupindahkan dia untuk berbaring dengan benar.

My Last Love (COMPLETE) 💙Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang