Chapter 13

3.8K 270 5
                                    

NEW POV

Melihat pertengkaran sahabatku dengan lelaki yang kini berstatus sebagai kekasihku membuatku bingung sekaligus marah. Aku tidak ingin ada pertengkaran di antara mereka apalagi jika pertengkaran itu disebabkan olehku. Seandainya saja aku bisa menjaga diriku dengan baik, aku tidak perlu mengalami hal itu. Dan Tay tidak akan disalahkan atas apa yang menimpaku.

"New, Sayang, buka pintunya ya.." Sudah hampir sepuluh menit Tay mengetuk pintu kamar mandi yang kukunci.

Selama itulah aku berada di kamar mandi, dibawah air yang mengalir dari shower. Air yang mengalir dan membasahi tubuhku terasa mampu untuk membuatku sedikit tenang dan hawa dinginnya membuatku dapat meredam perasaan marah yang kurasakan.

"Phi, buka pintunya. Jangan seperti ini, Phi." Kali ini aku mendengar suara Gun yang memanggilku.

Selain suara Tay dan Gun aku juga mendengar suara Earth dan Kay yang mengetuk pintu dan menyuruhku keluar. Tapi, untuk saat ini aku tidak ingin melihat mereka. Aku hanya ingin sendiri.

"New, ini Mae. Keluar ya, Nak."

Aku mendengar suara ibuku memanggilku. Entah kenapa tubuhku langsunv merespon panggilan ibuku. Aku berjalan perlahan menuju pintu dengan tubuh yang basah kuyup. Air masih menetes dari baju yang kukenakan.

Begitu kubuka pintu, aku melihat ayah dan ibuku berdiri di depanku dengan raut wajah yang mengisyaratkan kesedihan yang mendalam. Belum sempat aku melangkahkan kaki keluar dari kamar mandi, ibuku sudah memelukku tanpa memperdulikan bajunya yang basah.

"Mae..."

"Iya, Nak. Mae disini."

Ayahku mengambilkan handuk dan segera menyeka tubuhku yang basah kuyup. Aku tak mengucapkan sepatah katapun. Hanya membiarkannya.

Di ruangan itu hanya tersisa Tay yang berdiri tak jauh dari ranjangku. Sedangkan yang lain tampaknya keluar dari ruang rawatku. Aku mengulurkan tanganku pada Tay yang langsung membuatnya mendekat dan meraih tanganku. Dari raut wajahnya saja aku tahu kalau dia sangat mengkhawatirkanku. Tampaknya dia takut aku melakukan hal nekat.

Kuberikan senyuman padanya seraya memberitahunya kalau aku baik-baik saja. Benar saja, senyumanku mampu membuat wajahnya sedikit cerah dibandingkan sebelumnya.

"Maafkan aku, New." Lagi-lagi kalimat itu keluar dari mulutnya.

"Bukankah aku sudah mengatakan padamu kalau aku tidak mau mendengar kau mengatakan hal itu lagi? Setidaknya untuk sekarang." Kugenggam tangannya erat dan kutatap matanya. "Aku sudah sering mendengar kau mengucapkan kalimat itu. Mungkin sudah puluhan kali. Jadi, untuk sekarang berhenti ya.."

"Tapi...."

"Tidak ada tapi-tapian."

"Baiklah."

"Karena sekarang orangtuaku sudah ada disini, aku mau kau pulang."

"Kau mengusirku?"

"Kalau kau mengartikan apa yang ingin aku minta seperti itu, terserah. Yang terpenting sekarang aku mau kau pulang dan istirahat di rumah."

"Tapi.."

"Tadi kau sudah mau pulang kan?"

Tay menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu, sekarang juga kau pulang. Atau kau lebih suka melihatku marah?"

"Baiklah. Aku akan pulang." Akhirnya dia menyerah. "Aku akan segera kembali."

"Akan lebih baik kalau kau istirahat lebih lama di rumah."

"Apa kau tidak suka aku disini?"

"Bukan aku tidak suka, aku hanya ingin kau mengistirahatkan tubuhmu. Aku tidak suka melihatmu sakit, apalagi jika kau sakit karena aku."

My Last Love (COMPLETE) 💙Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang