Chapter 25

3.6K 254 35
                                    

Selamat malam.. 😊

Aku kembali buat nepatin janjiku kemarin nih..

Nggak nyangka kalau ternyata target 100 vote bisa dapet dalam sehari nih.. kalian emang the best banget deh.. Makasih banget ya buat vote dan comment-nya. Seneng banget aku.. 🥰🥰

Semoga aja chapter ini juga bisa kayak chapter sebelumnya.. n semoga aja nggak bosenin ya.. 😁

Happy reading.. 😊😊

*********

NEW POV

Earth membawaku ke taman di depan fakultas pertanian yang memang cukup sepi karena kebanyakan mahasiswa sedang praktek di laboraturium. Hanya ada beberapa orang saja yang lewat di taman itu. Dia mendudukkanku di salah satu kursi disana dan menyuruhku untuk menunggunya.

"Kau mau kemana?"

"Aku tidak akan lama, tunggu sebentar."

Tanpa aba-aba, dia langsung pergi begitu saja. Meskipun aku memanggilnya, dia tidak mengindahkan panggilanku. Dia berlalu pergi meninggalkanku disini sendirian.

Walaupun Earth bilang kalau dia tidak akan lama, aku masih merasa gugup. Jujur saja, aku masih merasa takut dengan tatapan orang-orang yang melihatku. Karena berita yang disebarkan oleh Jane, saat ini hampir seluruh mahasiswa di kampus menatapku dengan tatapan yang tidak enak.

"New..." Suara itu bukan suara Earth tapi sangat familir di telingaku.

Saat aku menoleh ke arah sumber suara, aku terkejut. Seseorang yang ingin kuhindari kembali hadir di hadapanku. Masih tergambar jelas di benakku saat dia membentakku tadi.

Tak ingin membuat suasana hatiku semakin berantakan aku memilih untuk beranjak dari tempatku duduk. Belum sampai aku melangkahkan kakiku, Tay sudah menahan tanganku cukup erat. Aku sudah berusaha untuk melepaskan tangannya, tapi semakin aku ingin melepaskannya semakin erat genggamannya.

"Kau mau apalagi dariku, Tay? Apa kau masih belum puas membentakku di depan umum?" Tanyaku dengan suara yang cukup keras.

Tak dapat dipungkiri kalau saat ini aku sudah merasa lelah. Aku lelah selama berbulan-bulan mendapatkan hinaan dan penderitaan dari Jane karena berhubungan dengan Tay. Bukan maksudku untuk tidak ingin memperjuangkan hubunganku dengannya. Aku hanya tidak ingin memaksakan hubungan yang membuat banyak orang terluka.

"Aku minta maaf, New. Aku tahu aku bersalah karena sudah membentakmu tanpa mendengarkan penjelasan darimu. Maafkan aku, New."

Tay menarikku dan menggenggam kedua tanganku. Aku bisa melihat dengan jelas dari sorot matanya kalau dia memang merasa bersalah. Aku tidak menyalahkannya, aku tahu dia tipikal orang yang tidak suka melihat perempuan terluka terlebih yang melukai adalah laki-laki. Aku hanya merasa kecewa.

"Sudahlah, Tay. Semuanya sudah selesai. Kau sudah tahu kebenarannya, itu sudah cukup." Jawabku seraya berusaha melepaskan tangan Tay dari pergelangan tanganku. "Tolong lepaskan aku, Tay. Aku tidak ingin membuat Jane salah paham lagi. Aku benar-benar sudah lelah."

"Tunggu dulu, New. Kau belum memaafkanku, jadi semua ini belum selesai."

"Baiklah, aku sudah memaafkanmu. Kalau begitu sudah selesai kan? Sekarang lepaskan aku."

Karena Tay belum juga melepaskan tanganku, akhirnya aku memaksanya melepaskan tangannya. Aku menarik kasar tanganku dari genggaman tangannya. Namun belum juga aku melangkah, Tay kembali menahanku.

"Ada apa lagi, Tay?" Tanyaku pasrah. Sepertinya meski aku berhasil melepaskan diri, Tay akan kembali menahanku.

"Maafkan aku, New."

My Last Love (COMPLETE) 💙Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang