Semilir angin sore menyapa dengan lembut diantara jejeran pohon ditepi jalan yang seolah berjalan mundur. Membuat helaian rambut yang tergerai indah menari-nari mengikuti irama laju yang terus mengalun.
Diatas motor, dua orang yang tengah menembus jalanana lenggang terlihat begitu menikmati suasana hari yang hampir terpejam. Menyisahkan siluit jingga yang tersebar di sepanjang batas langit. Meyusuri setiap meter yang mereka lewati dengan perasaan masing-masing.
Hingga Noah menghentikan kendaraan yang ia naiki bersama Talita tepat di sebuah area yang terbilang begitu asri. Sebuah caffe yang dilengkapi dengan danau buatan, dan dikelilingi pepohonan hijau, yang begitu menampakkan kesan alaminya.
Noah mengulurkan tangan untuk membantu Talita turun dari atas motor, membuat cewek itu lagi-lagi merasa luluh untuk kesekian kalinya. Dan tanpa membuang waktu lagi, ia pun segera membawa Talita masuk lebih dalam ke area caffe, tanpa melepaskan tautan tangan yang telah menyatu.
Layaknya anak ayam, Talita hanya menurut ketika Noah mempersilahkannya duduk disebuah kursi kayu panjang di outdoor area caffe, hingga menampakkan pemandangan indah danau berserta sekelilingnya.
Noah melirik arloji dipergelangan tangannya yang sudah menunjukan pukul 17:30. Rencana awalnya tadi adalah membawa Talita untuk menikmati keindahan langit sore yang dipenuhi ribuan burung beterbangan, yang selalu terjadi setiap sore di tempat ini. Namun niatnya tersebut harus gagal karena ulah Bams yang begitu kurang kerjaan mengajaknya balapan, hingga harus terlewat waktu yang semestinya.
Noah mendengus kesal, membuat Talita seketika mengalihkan pandangan kearah cowok itu.
"Kenapa?" Tanya Talita kemudian.
"Nggak pa-pa." Jawab Noah tersenyum hangat. "Tadinya gue mau ngajakin lo kesini buat nunjukin pemandangan yang indah. Tapi kayaknya kita udah telat."
Meski tak faham, Talita mengangguk-anggukan kepalanya. Menatap sosok cowok disampingnya yang terkena oleh sorotan sinar jingga dari matahari yang mulai tenggelam. Menampakkan dengan lebih jelas setiap lekuk wajah yang terpahat begitu sempurna dalam pandangan. Membuat ketampanan Naoh seketika meningkat derastis karena efek golden hours yang menakjubkan. Benar-benar pemandangan yang sangat indah.
"Sorry yah, kalo gue udah bikin lo takut dengan ngeboncengin lo balapan kaya tadi." Ucap Noah, yang langsung menyadarkan Talita dari alam hipnotosnya.
Talita mengerjap beberapa kali, merasa sedikit gugup karena takut kepergok tengah menatap Naoh diam-diam. Hingga akhirnya berhasil mengeluarkan suara meski dengan agak tercekak.
"Ng-nggak, kok. Justru seru banget bisa balapan kaya tadi."
Itu adalah perkataan jujur. Karena alih-alih merasa takut, Talita justru begitu menikmati kegilaannya tadi di trek bapalan. Entah itu karena ia memang tertarik merasakan tantangan baru, atau mungkin karena Noah.
"Kapan-kapan ajakin gue balapan lagi yah?" Kata Talita lagi. Lebih untuk mengalihkan rasa gugupnya, dan itu berhasil. "Atau nggak, ajarin gue biar bisa ikut balapan."
"Nggak." Jawab Noah cepat. Membuat Talita mengerutkan kening.
"Bahaya kalo lo ikut balapan." Lanjutnya tegas.
"Emang kalo dibonceng balapan kaya tadi, lo fikir gak bahaya juga? Terus apa bedanya?" Talita memprotes.
"Ya bedalah." Noah menyahut. "Kalo dibonceng sama gue, gue bakal selalu mastiin buat bikin lo aman." Jelasnya dengan begitu mantap dan sungguh-sungguh.
Bahkan sorot matanya yang dalam menatap Talita, membuat cewek itu seolah tidak bisa berkutik dibuatnya. Dan lagi-lagi, gemuruh jantung cewek itu seketika terasa menggila hanya karena mendengar kalimat yang dilontarkan Noah barusan. Apakan hati Talita benar-benar sudah selemah ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Couple Goals
Teen FictionIni adalah kisah manis dari dua orang remaja yang dijuluki Coupe Goals disekolah. Noah dan Talita. Hubungan keduanya begitu menarik perhatian karena keromantisan, dan segala macam cerita yang membuat semua orang merasa iri. Namun apakah benar hubun...