²

15.4K 404 2
                                    

   Dihari kedua ospek ini, para junior diharuskan mengumpulkan 50 tanda tangan dari senior-senior mereka yang menjadi panitia ospek. Hal itu bertujuan agar kedua belah pihak bisa lebih akrab dan saling mengenal.

"Shit! Kurang kerjaan banget sih, mereka nyuruh beginian." Umpat Kikan tak habis fikir. Pasalnya, menurut cewek itu kegiatan seperti ini sama sekali tidak bermanfaat.

"Berasa sok artis kali mereka." Sambung Talita yang juga merasa kesal.

"Kita cabut aja kaya biasa." Lyra menimpali.

"Terus nanti kalo nggak ngumpulin kita dihukum lagi." Kikan masih mengingat kejadian kemarin saat ia dan kedua sahabatnya mendapat hukuman karena ketahuan membolos.

Sebenarnya mereka bukan mempermasalahkan hukumannya, hanya saja cewek-cewek itu malas jika harus berurusan lagi dengan para senior perempuan yang sok berkuasa disaat seperti ini.

"Kalian tenang aja. Serahin sama gue..." Lyra menyahut. Sedetik kemudian ia melambaikan tangan pada seorang cowok yang memang sedari tadi memperhatikannya.

Cowok yang merasa mendapat panggilan dari Lyra pun segera mendekat tanpa berfikir panjang.

"Gue boleh minta tolong nggak?" Tanya Lyra tanpa basa basi.

"Apa?" Sahut cowok yang ternyata bernama Dion itu.

Dari penampilannya sudah bisa ditebak bahwa cowok itu termasuk dalam golongan Bad Boy diantara para murid baru.

"Lo bisa kan, sekalian mintain tanda tangan buat gue sama temen-temen gue? Soalnya kita mau ke UKS." Dengan begitu lancar Lyra menyebutkan permohonannya.

"Kalian sakit?" Tanya cowok itu cepat. Terlihat dengan jelas raut khawatir diwajahnya.

Kurang lebih Dion memenag sudah tahu siapa ketiga cewek cantik yang ada dihadapannya ini. Talita, Lyra, dan Kikan, siswi seangkatan dengannya yang sudah begitu tenar sejak dihari pertama, dan begitu banyak menarik perhatian para cowok. Tentu saja karena paras mereka yang memang diatas rata-rata.

Tanpa dikomando, Lyra, Talita, dan Kikan mengangguk bersamaan. Untuk urusan seperti ini, jangan diragukan lagi kekompakan ketiga cewek itu.

"Yaudah, serahin aja sama gue." Tutur Dion akhirnya. Yang dibalas dengan senyuman manis dari Lyra.

Tentu saja itu membuat Dion begitu senang. Sebelum kemudian kembali ke tempatnya semula.

"Gila Lo. Belajar dari mana manfaatin cowok kaya gitu?" Tanya Kikan dengan tingkah sahabatnya.

"Kan sayang, kalo kecantikan gue ini nggak dimanfaatin..." Bukanya menjawab, Lyra justru berucap dengan percaya diri.

"Haha, cantik-cantik bangsat. Good girl." Talita melontarkan ejekan sekaligus pujian dalam satu kalimat.

Tanpa diberitahu pun, sudah kelihatan dengan jelas kalau Dion naksir pada Lyra. Tapi ia malah memanfaatkan keadaan cowok itu.

Diantara para sahabat-sahabatnya, wajah Lyra memang terlihat yang paling polos dan imut. Namun tetap tidak menghilangkan fakta, bahwa mereka bertiga adalah satu spesies.

  Seperti kemarin, kali inipun Talita, Lyra, dan Kikan tengah berada di rooftop. Mungkin disisni memang menjadi tempat terbaik disekolah baru meraka.

Dari atas rooftop, ketiga cewek itu cukup terhibur dengan pemandangan dibawah sana. Dimana para senior sok-sokan kabur menghindar dari junior mereka, yang sibuk meminta tanda tangan. Setidaknya, Mungin para senior cowok kemarin juga ikut sibuk meladeni para pencari tanda tangan, hingga tak akan datang ketempat ini. Itu harapan mereka.

"Eh, gue ke toilet dulu yah." Pamit Talita kepada kedua sahabatnya.

Kikan dan Talita hanya mengangguk, sebelum kemudian Talita mulai melangkah pergi.

"Ngapain Lo disini?" Tanya sebuah suara begitu Talita tutun dari anak tangga terakhir yang menuju lantai paling atas.

"Jelangkung! Dateng dari mana lo?!" Kaget Talita, merasa jantungnya jatuh mencoblos.

Noah justru terkekeh melihat ekspresi keterkejutan dari cewek dihadapannya.

"Lo bolos lagi?" Noah menyelidik. Tentu saja ia tahu juniornya ini berasal dari rooftop.

"Kepo banget sih, kaya netijen." Sahut Talita cepat.

"Lo nggak minta tanda tangan gue?" Kini Noah mengalihkan pertanyaan, setelah tidak mendapat jawaban.

"Nggak butuh gue. Nggak guna juga." Talita mencetus. "Sok ngartis banget, gituh?" Lanjutnya sedikit mencibir.

Lagi-lagi Noah terkekeh dengan tingkah Talita. Tiba-tiba, sebuah ide muncul begitu saja di kepalanya.

"Gue yakin, tampang kaya lo pasti nggak ngerjain tugas."

"Enak aja. Nggak usah sok tau!" Kini Talita merasa sebal.

Tampang sepertinya? Memangnya tampang Talita seperti apa? Apa semua cowok di dunia ini hanya memandang sebatas fisik?

"Kalo gitu, buktiin..." Noah seakan mendesak.

"Oke. Nanti gue bakal buktiin, kalo gue bisa sapet 50 tanda tangan." Tegas Talita begitu yakin.

Kini Noah tersenyum. Senyum kemenangan karena juniornya ini akhirnya terpancing.

Noah sempat melirik nam tag yang tersemat pada kemeja putih cewek dihadapannya, yang bertuliskan 'Talita Melvi' sebelum kemudian berucap.

"Talita Melvi. Kalo Lo nggak nyelesian tugas ini, gue sendiri yang bakal kasih hukuman spesial buat lo."

Talita sempat bergidik, ngeri dengan tatapan senior didepannya yang sulit diartikan. Tapi ia segera menepis itu, lalu ikut melirik nam tag yang tersemat di dada seragam Noah.

"Siapa takut, Kak Noah Davidson." Desis Talita dengan senyum smrik nya.

"Mau kemana?" Lagi, Noah bertanya ketika Talita hendak melangkah.

"Toilet. Mau ikut?!" Geram Talita.

"Kalo boleh..." Kini senyuman mesum yang tersungging di bibir Noah. Membuat Talita ingin sekali meninju bibir itu.

Mendapat pelototan dari Talita, Noah pun kembali terkekeh sebelum kemudian memutuskan untuk pergi.

Talita benar-benar naik pitam. Mimpi apa sampai ia bisa bertemu dengan senior macam itu.
---

"Talita Melvi..." Sebuah suara membuat sang empunya nama yang tengah berada dibarisan kelompoknya segera menoleh. 

Dihadapan Talita, sosok Noah kini berdiri dengan tatapan meminta sesuatu. Membuat para anggota kelompok Talita menatapnya penuh minat.

"Mana tugas tandatangannya?" Jelas Noah to the point.

Talita memutar bola matanya malas, sebelum kemudian berucap.

"Yang bakal ngecek tugas gue itu, pendamping kelompok gue. Bukan LO.

"Nggak." Noah memotong. "Kusus lo, gue dulu yang bakalan ngecek."

Talita berdecak kesal. Lalu menyodorkan sebuah buku yang sudah diisi penuh dengan 50 tanda tangan, tanpa kurang atau lebih. Bukannya mengalah, ia hanya merasa risih karena keberadaan Noah dihadapannya menarik begitu banyak perhatian dari sekeliling.

"Gimana? Kaget karena tampang kaya gue bisa nyelesain tugas?" Sindir Talita, membuat Noah yang telah selesai memeriksa segera menatapnya.

Noah menyunggingkan bibir.

"Pinter juga ni anak." Batinnya berucap.

Itu lantaran ada tanda tangan ia dan teman-temannya disana. Sudah pasti tugas tersebut bukanlah Talita yang mengerjakan sendiri.

Tanpa menjawab, Noah pun pergi begitu saja dari tempatnya berdiri. Membuat Talita merasa bingung, namun segera digantikan dengan kekesalan serta menyumpah serapahi seniornya itu.

Couple GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang