ISTD 19

18.9K 1.1K 127
                                    

Ya Tuhan, Orisku ♥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya Tuhan, Orisku ♥

Rambut pirang Mortas bergoyang saat di terpa angin malam yang dingin. Di temani sebuah lentera yang ia bawa dari dalam rumah, Mortas duduk di atas sebuah tumpukan jerami sembari memandang rumahnya yang gelap. Wajah gadis itu tak berekspresi sama sekali, perlahan ia menggerakkan matanya untuk menatap lentera di sampingnya.

Sesekali jarinya bergerak menyingkirkan rambutnya yang menutupi wajah. Berselang beberapa detik, Mortas turun dari tumpukan jerami tersebut, ia membuka tutup penyimpanan minyak dari lentera yang di pegangnya lalu menumpahkan minyak itu ke tumpukan jerami. Ia sempat menoleh ke arah rumahnya kembali sebelum ia menjatuhkan lentera tersebut ke atas tumpahan minyak.

Segera api menyambar, membuat keadaan sekitar yang sebelumnya gelap menjadi terang. Api dengan cepat membesar karena tumpukan jerami-jerami itu sudah kering.

"Mortas!"

Mortas membawa pandangannya ke belakang saat mendengar namanya di serukan dengan nada terkejut. "Apa yang kau lakukan!" Merry berjalan keluar rumah untuk menemui Mortas, anak bungsunya.

Api semakin menyebar, dengan cepat menghabiskan jerami-jerami yang berserakan di sekeliling rumah Mortas.

"Matikan apinya, gadis bodoh." Merry membuka selendang merah dari kepalanya lalu mulai memukul-mukul api tersebut, berharap bisa memadamkan kobarannya. Mortas yang melihat itu hanya terdiam, ia menggenggam erat pisau yang selalu di bawanya kemanapun. Perlahan, Mortas menghampiri sosok Merry.

"Merry, et nunc oportet te mori ...." gumam Mortas, namun jelas Merry dapat mendengarnya, lekas wanita tua itu mengarahkan pandangannya ke arah Mortas. "Apa katamu?"

Mortas tersenyum seram, warna jingga kemerahan api membuat seringainya menjadi dua kali lebih menakutkan. "Kau sudah terlalu tua, jadi---"

Plakkk!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Mortas, "diabolus!" ucap Merry geram, ia kembali memasang selendang merahnya lalu berjalan cepat kembali menuju rumah. Mortas mematung di tempatnya, ia memegang bekas tamparan Merry di pipinya, nafas gadis itu memburu.

"Aaaaaaaarrrrrrrggggghhhhh!" pekiknya nyaring, ia kemudian berlari menghampiri sosok Merry, lalu tanpa ampun, ia segera menusuk-nusuk tubuh Merry dengan membabi buta.

"Mati! Mati! Mati!" Berulang kali Mortas menusuk punggung Merry, menciptakan banyak luka tusuk di belakang tubuh Merry. Wanita tua malang itu sempat melawan, namun tenaga rentanya jelas kalah dengan tikaman Mortas yang gesit. Merry akhirnya tak bisa lagi menopang tubuhnya, ia ambruk ke tanah. Matanya menatap Mortas yang berdiri di atasnya dengan nafas yang terdengar sangat liar. Mulut Merry mengeluarkan darah.

I SAW THE DEVIL ✔ (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang