ISTD 15

20.8K 1.2K 88
                                    

Jari-jari Oris mengenggam kayu pembatas terasnya, mata pria itu tertutup. Ia menikmati suara angin yang mengalun pelan di telinganya. Rumput-rumput liar yang mendominasi sekitar rumah itu seolah berbisik sesuatu padanya. Setelan jas hitam yang membalut tubuh Oris hampir membaur dengan dinding tembok rumah tua yang saat ini ia tempati.

Oris membuka matanya perlahan saat ia mendengar suara lantai yang berdecit pelan, pandangan pria itu masih mengarah ke depan walau ia tahu, sekarang ia tak lagi sendirian. Ada orang lain di dekatnya saat ini.

"Hei... Oris, selamat siang."

Oris tak merespon, ia bahkan tidak menoleh ke arah seorang gadis remaja yang berdiri tak jauh darinya. Gadis itu berjalan mendekat, ia berdiri di samping Oris dengan jarak yang sempit. "Mau apa kau ke sini, Mortas?" suara dengan nada tidak suka itu keluar dari mulut Oris.

Mortas tersenyum, "Seperti yang semua orang tahu, kau adalah penerus terakhir dari keluargamu. Dan hanya a---"

"Pergilah... aku tidak tertarik padamu." Potong Oris dengan nada dingin.

Mortas terdiam, wajahnya tak memasang ekspresi apapun, berselang satu menit ia berdecih. "Cih... angkuh sekali," ucap Mortas pelan.

Ucapannya barusan membuat Oris menolehkan pandangannya, ia menatap Mortas dengan tatapan tajam, "pergilah... tawarkan dirimu ke yang lain." Oris berucap pelan, tak ada ekpresi di wajahnya. Mortas ikut menatap Oris, gadis dengan rambut pirang itu mengulurkan tangannya ke depan, "Georgi bilang, kau akan dapatkan keturunan dari luar... apa itu, gadis yang sudah aku beri tanda?" tangan Mortas mengelus punggung Oris,

"Lepaskan tanganmu sebelum kau aku bunuh ...."

Segera Mortas tertawa saat mendengar ucapan bernada serius dari Oris, "membunuhku... hahaha!" ucapnya lalu tergelak, "hei Oris... kau takkan bisa membunuhku sekalipun kau sangat ingin, karena aku adalah calon ibu produksi abad ini ...." Mortas tertawa sinting.

Oris terdiam, berselang beberapa detik, tangannya bergerak untuk mencengkram leher Mortas dengan kuat. Mortas tampak terkejut, "O,Oris ...." ucapnya dengan nada yang mulai tercekat.

Oris menguatkan cengkramannya, urat-urat bermunculan di lengan besar Oris, hal itu membuat wajah Mortas memerah, "aku tidak keberatan untuk membunuhmu sekarang kalau kau tidak segera pergi dari rumahku ...." Oris menatap wajah meregang nyawa milik Mortas dengan tatapan dingin, seolah ia benar-benar berniat untuk membunuh Mortas sekarang juga.

Cekikan Oris mengendor beberapa detik kemudian, Mortas huyung, ia terduduk di atas lantai teras rumah Oris. Sambil terus mengatur nafas, Mortas terbatuk, ia mengarahkan pandangannya ke wajah datar Oris, gadis itu tampak ingin mengatakan suatu hal namun ia tahan, setelah nafasnya mulai kembali normal, segera ia bangkit lalu berlari menuruni tangga rumah Oris, lalu hilang di sebalik pepohonan.

ISTD

Dua buah cangkir berisikan teh hangat mendarat di sebuah meja. "Silahkan di minum, Jasmine ...."

Jasmine mengarahkan pandangannya ke wajah Deron. "Aku ke sini bukan untuk minum teh bersamamu Deron, katakan apa yang ingin kau katakan... agar aku cepat pergi dari sini."

Deron menghela nafas, anting pria itu bergoyang saat ia membenarkan posisi duduknya. "Baiklah.. baiklah, aku tahu kau pasti merasa was-was padaku karena kejadian di Bar waktu itu..." tanya Deron, "tapi percayalah Jasmine... aku tak ada niat jahat apapun padamu ....." sambung Deron,

"Baiklah." Respon Jasmine acuh, ia menjangkau tas belanjaannya, "sudah selesai, 'kan?"

"Tunggu Jasmine, aku belum selesai bicara... bahkan belum mulai sama sekali." Perkataan Deron berhasil menahan langkah Jasmine, "tentang apalagi?" tanya Jasmine tak sabar.

I SAW THE DEVIL ✔ (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang