Jalan setapak berakhir, rumput ilalang yang menghampar mengelilingi sebuah rumah tua tanpa pencahayaan itu tampak menyeramkan kala lampu mobil Oris menyorotnya.
"Rumahmu?" Jasmine menoleh Oris,
Pria itu ikut menatap Jasmine sambil melepas safety beltnya, "hm..." jawabnya singkat, "sini, tanganmu ...." Oris menelentangkan telapak tangannya,
"Hm? Tanganku?" Jasmine terlihat bingung, "untuk apa?" lanjutnya,
Oria tak merespon, tanpa bicara ia mengenggam tangan Jasmine lalu mematikan mesin mobil, membuat semuanya menjadi gelap. Bulan yang tidak muncul membuat suasana malam bertambah petang, merasa keadaan menjadi gelap, Jasmine jadi mengeratkan pautan tangannya dengan tangan Oris.
"Kau takut?"
"...ya."
"Kalau begitu tutup matamu dan ikuti langkahku," Oris membuka pintu di sampingnya, menuntun Jasmine keluar dari sana dengan hati-hati. Segera dingin angin malam memeluk tubuh Jasmine, irama misterius yang di timbulkan oleh daun ilalang yang saling bergesekan karena di terpa angin membuat Jasmine berhasil merinding.
"Oris..." panggil Jasmine, "apa kau tidak punya senter atau apapun?"
"Kenapa bertanya soal itu?" ucap Oris ikut mengajukan pertanyaan, "karena rasanya akan bertambah seram saat aku menutup mata seperti ini." Jawab Jasmine langsung, jawaban dari gadis tersebut berhasil membuat Oris menghentikan langkahnya, "memangnya apa yang kau takutkan, Jasmine?"
"...apa saja," jawab Jasmine sedikit ragu, Oris tak lagi bersuara, berselang beberapa detik sebuah cahaya menerpa wajah Jasmine, "kau bisa buka matamu sekarang, Jasmine ...." dahi Jasmine segera berkerut saat ia perlahan membuka mata, pancaran sinar dari benda yang di pegang Oris berhasil membuatnya silau,
"Arahkan ke lain cahayanya, Oris."
"Baiklah ...." jawab Oris bersamaan dengan membeloknya cahaya tersebut. "Apa itu ponsel?" tanya Jasmine kemudian, "Ya, ponsel." Jawab Oris, mereka melanjutkan langkah untuk mendekati rumah di tengah hutan tersebut, "wah... jadi selama ini kau punya ponsel?" tanya Jasmine lagi, ia memasang ekspresi tak percayanya.
"Tidak... aku baru membelinya kemarin."
Jasmine mengangguk, ia menyingkirkan rambutnya yang menutupi wajah karena terbawa angin, "oh... begitu." Responnya singkat.
"Kau tidak tanya alasan kenapa aku membeli ponsel?" Ucap Oris tanpa menoleh, ia terus berjalan kedepan sambil menuntun Jasmine menuju rumah lapuk dengan dua lantai di hadapan. "Memang apa alasannya?" tanya Jasmine menurut,
"Tidak ada..." jawab Oris langsung.
"Menyebalkan!" sebuah pukulan pelan mendarat di punggung tangan Oris, yang berhasil membuatnya terkekeh pelan. Mereka sampai di teras, Oris menaiki tangga di susul Jasmine di belakang. Oris menghentikan langkahnya saat mereka sudah berada di atas teras, angin yang terus berhembus tak henti mengusik Jasmine, Oris meletakkan ponsel miliknya ke dalam saku jas, membuat cahaya senter ponsel tersebut menjadi redup, tak ada dialog apapun, pria itu hanya menatap Jasmine dengan lekat.
"Hangat..." ucap Oris pelan,
"Hangat?" ulang Jasmine meyakinkan,
Oris bergeming, ia masih dengan tindakannya, yaitu menyerang Jasmine dengan tatapan yang tak bisa gadis itu artikan. Perlahan, Oris melangkah mendekat, membuat jarak diantara keduanya hanya menyisakan beberapa senti meter.
"Kau mau mendengarkanku... Jasmine?"
"H,hah?" Jasmine termundur beberapa langkah karena terkejut,
Oris menghentikan langkahnya, pria itu kembali terdiam untuk waktu yang cukup lama, "berjanjilah untuk mendengarkanku hingga selesai." Tangan kiri Oris meraih tangan kanan Jasmine yang menjuntai di udara, lalu menautkan jari-jarinya di antara jari-jari Jasmine.
![](https://img.wattpad.com/cover/203259473-288-k795778.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I SAW THE DEVIL ✔ (END)
Mistério / SuspenseDreame account : AuthorID "Jasmine ... Jangan kabur dariku kalau kau tidak ingin aku bunuh!" Oris Darel Tristan. ISTD, 15/10-19