ISTD 20

18.8K 1.2K 140
                                    


Hi, apa kabar?

Semua pandangan tertuju pada mobil Oris yang kini sudah memasuki halaman rumah mendiang Merry, jubah hitam serta lipstik senada yang melekat di bibirnya seolah membuat Oris tampak begitu misterius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua pandangan tertuju pada mobil Oris yang kini sudah memasuki halaman rumah mendiang Merry, jubah hitam serta lipstik senada yang melekat di bibirnya seolah membuat Oris tampak begitu misterius.

Ia berjalan untuk menghampiri sekumpulan orang dengan jubah persis seperti dirinya. Orang-orang tersebut tengah menundukkan kepala di depan peti mati Merry. Oris sempat mendelik ke arah Mortas saat dirinya berjalan mendekat. Gadis dengan rambut pirang tersebut tengah menangis, pria itu kemudian berjalan mengambil posisi di ujung yang sengaja di kosongkan untuknya.

"Amen!"

Sontak semua kembali mengangkat kepala, termasuk Oris. "Kenapa kau sangat terlambat?" Seorang pria berumur yang berdiri di samping Oris mengajukan pertanyaan,

"Aku ada sedikit urusan..." jawab Oris pelan, pria di sampingnya tak lagi bertanya. Membuat keadaan menjadi senyap, hanya terdengar suara denting piano tua yang di mainkan oleh Dante dengan alunan lambat.

"Anak itu berbakat... dia akan jadi penerus yang hebat nantinya." Pria yang berada di samping Oris itu kembali membuka suara, Oris tak merespon, ia hanya mendelik sejenak lalu kembali fokus. "...yang aku khawatirkan itu kau Oris." Mendengar perkataan pria tua di sampingnya membuat Oris menolehkan pandangannya ke samping.

"Apa maksudmu Peniell?"

Pria bernama Peniell itu tersenyum, "maksudku... kau sudah berumur, tapi tampaknya kau sama sekali tidak mengkhawatirkan masa depan keluargamu."

Oris tak langsung menjawab, perlahan ia kembali membawa kepalanya ke arah depan. "Memangnya, tahu apa kau tentangku ...?" mendengar respon Oris membuat Peniell terkekeh, "...ya kau benar, aku tidak tahu apa-apa tentangmu." Ucapnya lalu terdiam, Oris bungkam, ia menutup mulutnya rapat-rapat.

Beberapa saat berlalu, langit tanpa sinar matahari dengan awan yang mendung perlahan menjatuhkan air, yang lama kelamaan menjadi hujan deras beserta angin yang kuat. Namun hal itu tak berhasil menggerakkan kaki Oris selangkahpun, sekumpulan orang-orang yang mayoritasnya adalah laki-laki itu tetap dengan posisi masing-masing meski sekarang jubah yang mereka gunakan sudah basah seluruhnya.

"Kau menginap?"

"Tidak." Jawab Oris langsung, Peniell menoleh kearahnya, "kenapa tidak? Kau tidak ingin menghabiskan malam bersama Mortas sebelum yang lainnya?"

"Aku tidak tertarik padanya."

Peniell tersenyum miring, "benarkah?" tanyanya tak yakin. Oris tak menjawab, ia terus menatap ke depan. Merasa kalau Oris tak peduli, Peniell menghela nafas, "kau semakin hari semakin aneh Oris."

"Itu hanya perasaanmu saja Niell." Jawab Oris, Peniell tak langsung menjawab, ia memperhatikan Oris dengan seksama cukup lama, yang hal itu membuat Oris menatap dirinya. "Ada apa?" tanya Oris kemudian.

I SAW THE DEVIL ✔ (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang