ISTD 2

50.8K 2.5K 66
                                    

Genangan darah di lantai marmer putih seolah melumuri tubuh gadis tanpa busana yang mencoba merangkak di atasnya. Nafas gadis itu terdengar putus putus, wajahnya juga tak lagi punya ekspresi lain selain ketakutan. Kedua betis hingga paha gadis itu penuh luka sayatan, ia terus meringis kesakitan.

Seorang pria mendekati wajahnya, sambil bersiul pelan, ia menyingkirkan rambut yang basah oleh darah dari wajah gadis tersebut. "Waktumu habis Bella ...."

Seketika, mata gadis itu membesar, ia menggelengkan kepalanya kuat. "Tidak... ku mohon beri sedikit tambahan waktu, aku ingin hadiahku... aku mo---"

Crakkk!

Darah dan serat serat daging menyiprati wajah pria tersebut seiring meledaknya kepala wanita di hadapannya. "Maafkan aku ...." pria tersebut tersenyum, yang lama kelamaan senyuman itu berubah menjadi seringai lebar. Ia menatap jasad yang tergeletak dengan kepala yang tidak lagi beraturan itu dengan tatapan yang tak bisa di artikan.

ISTD

Senja mulai berganti malam, Jasmine duduk menatap jendela dengan menekuk kedua lutut, suara rintik hujan tak bisa ia dengar, tetesan demi tetesannya pun tak bisa mengenai kulitnya. Dia kesepian.

Terkurung di dalam sebuah kamar besar tanpa makanan dan televisi membuat Jasmine merasa bosan, sudah hampir seharian Oris meninggalkannya di dalam sana, tanpa berfikir kalau gadis itu akan kelaparan. Beberapa menit sudah berlalu, hampir genap tiga jam Jasmine terus menatap ke luar jendela dengan dress merah bermotif cemara miliknya.

"Hei ...." 

Jasmine mengangkat kepalanya saat mendengar suara berat dari arah belakangnya. Di sana berdiri Oris yang sedang menatapnya lekat, "kau tidak mandi?"

Jasmine tersenyum, ia berdiri lalu menggelengkan kepalanya. "Kenapa?" pertanyaan dengan nada tidak peduli itu kembali di dengar Jasmine, "aku tidak tahu cara mandi di tempatmu... sumurnya aneh." 

Oris mengkerutkan dahi saat mendengar jawaban Jasmine, "apa maksudmu, sumur apa?"

Jasmine menoleh kearah samping, menatap pintu kecil yang membatasi antara kamar utama dan kamar kecil, "kamar mandimu, sumurnya terlalu dangkal dan tidak ada air di dalamnya ...." Jasmine menjawab dengan polosnya, ia menatap Oris yang kini memasang tatapan heran. Merasa kalau Oris tidak mengerti ucapannya, Jasmine menghela nafas,

"Ayo ikut..." tanpa permisi, Jasmine menarik lengan Oris. Namun, pria itu tak bergerak. Begitu Jasmine menoleh kebelakang, ia mendapati tatapan Oris yang tengah menatapnya tidak suka. Sadar akan hal itu, segera Jasmine melepaskan genggamannya, "maafkan aku ...." cicit Jasmine pelan.

Oris tak menjawab, ia terus menatap Jasmine dengaan lekat. Jasmine tersenyum paksa, "ja,jangan menatapku seperti itu-"

"Kenapa?!" potong Oris pada kalimat Jasmine, masih dengan tatapan tajamnya. "Kau menakutiku..." jawab Jasmine sambil memilin ekor dressnya, Oris tak langsung menjawab, "Ayo..." ajaknya setelah terdiam beberapa detik. "Kemana?" tanya Jasmine, tak ada jawaban dari Oris atas pertanyaannya barusan. Namun tak urung ia mengikuti langkah jangkung milik Oris. Pintu terbuka, Oris membawa pandangannya kaearah Jasmine, "kau lapar, 'kan?"

Tanpa ragu Jasmine mengangguk, "iya." Jawabnya, Oris tak lagi bicara, ia segera melangkah keluar di susul Jasmine dari belakang. Untuk sesaat Jasmine terpaku dengan apa yang matanya lihat di luar. Koridor panjang bercahayakan lampu-lampu lentera yang berjarak masing-masing sepuluh meter itu tampak redup dan menyeramkan kala karpet yang mengalasi lantai itu berwarna merah.

Sunyi,

Hanya dengungan suara sepatu Oris yang mampu di dengarnya sedari tadi. Mereka terus menelusuri koridor yang seolah tak ada habisnya tersebut, sesekali Jasmine menoleh tengkorak belakang Oris tatkala pria itu bersenandung pelan. Rambut hitam pekatnya selalu tampak basah, berbeda dengan rambut Jasmine yang kering dan tampak sedikit lepek akibat keringatnya semalam.

"Menurutmu... apa yang terjadi pada gadis gadis di desamu?"

Jasmine menatap punggung Oris yang terus melangkah. "Hmmm..." gumamnya sembari memikirkan jawaban untuk pertanyaan Oris, "aku tidak tahu, tapi kalau mengikut pikiranku... mereka pasti di jual oleh seseorang di luar sana ...."

Oris mendengus saat mendengar jawaban Jasmine, "di jual? Untuk apa?"

Jasmine kembali menatap karpet merah yang berada di bawah telapak kakinya, ia menggidikkan bahu. "Ya, kau tahu maksudku, bukan?" jawab Jasmine di sertai pertanyaan di akhir kalimatnya, "tidak, aku tidak tahu." Jawab Oris langsung. Hal itu membuat Jasmine mencebikkan bibirnya, "pembohong... kau tahu, dan mungkin saja... kau salah satu pembeli gadis gadis seperti kami."

Langkah Oris terhenti seiring berakhirnya kalimat dari mulut Jasmine, gadis itu ikut menjeda langkahnya. Beberepa detik berlalu sebelum Oris memutar kepalanya untuk menatap Jasmine, "atau mungkin, satu-satunya ...." jawab Oris setengah berbisik, ia kembali melangkah setelahnya. Jasmine sempat terdiam, namun lekas ia menyusul langkah Oris.



"Satu satunya?"



"Hmm, kalau saja pemikiranmu itu benar ...."

Jasmine mendengus, "cih! Aku kira kau serius." Ucapnya sambil memperhatikan tumit sepatu Oris yang terus menapak. Tak ada sahutan dari Oris, obrolan mereka berakhir, membuat keadaan kembali senyap.

"Hei..."

"Hm?" respon Oris singkat,



"Berapa tinggi badanmu?" Jasmine mendongakkan kepalanya, Oris tak menjawab, ia meneruskan langkahnya. "Tinggiku 1---"


"152 sentimeter, dan 44 kilo gram untuk berat tubuh, apa aku benar?"


Jasmine mempercepat langkahnya, ia menyamakan posisi tubuhnya dengan Oris. "Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Jasmine penasaran, "jadi... aku benar?" Tatapan Oris terus mengarah kedepan, tak menoleh Jasmine sedikitpun.


"Hm..." Jasmine mengangguk, ia tersenyum kecil. "Bahkan sangat tepat!"




"Begitu..." respon Oris,

Senyap kembali menengahi mereka,


"Jasmine..." panggil Oris kemudian, "ya?" Respon Jasmine langsung,



"Apa kau tidak keberatan... kalau aku meminta satu hal darimu?"

Jasmine tak langsung menjawab, mulutnya otomatis mengatup, seolah tak ingin menjawab 'iya' dan tak berani untuk menjawab 'tidak' untuk pertanyaan yang barusaja Oris utarakan.


"Kau akan mendapat hadiah dariku kalau kau menjawab iya." Oris kembali berkata, kalimat kedua yang keluar dari mulutnya berhasil membuat Jasmine penasaran, "hadiah? Hadiah apa?"



Oris terkekeh, "sayangnya kau tidak akan tahu sebelum kau menjawab iya, Jasmine ...."







ISTD 2

hayo... apa tuh, yang di inginkan Oris dari Jasmine? Dan kira-kira... apa hadiahnya? Jasmine mau ga ya? Wkwk dukung terus ya <3



Btw, pas nulis nama Oris selalu kepeleset jadi Damirn. Padahal O sama D jauh banget di keyboard hape -_ hati ini belum move on.







"Atau mungkin, satu satunya ...."
ORIS DAREL TRISTAN

I SAW THE DEVIL ✔ (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang