Hari kian menjelang siang, rintik hujan yang sebelumnya mengiringi langkah Jasmine kini telah sirna, gadis itu melangkah lelah, kedua bahunya luruh, sinar matahari yang tertutupi remang awan menyengat ubun-ubunnya. Jasmine terus melangkahkan kakinya ke depan, ia tak tahu ujung dari jalan yang di tujunya itu seperti apa namun ia berharap kalau tak ada bahaya apapun di sana.
Langkah Jasmine terhenti saat matanya menangkap sebuah mobil yang datang mendekat. Sambil terengah, Jasmine menyipitkan mata, ingin melihat lebih jelas mobil yang mendekati dirinya tersebut. Perlahan, Jasmine menepi dari jalan, menunggu kedatangan mobil tersebut.
Sialnya, mobil tersebut berlalu melalui dirinya begitu saja. Jasmine bungkam, matanya mengikuti belakang mobil hitam yang kian menjauhi sosoknya.
Jasmine tersenyum kecut, benaknya mengingat ketika Oris dengan mudahnya memberikan tumpangan, Jasmine menyeka keringat di dahinya. Ia berjalan pelan, tak terhitung sudah berapa kali ia membasahi bibirnya dengan saliva. Rumput liar yang tumbuh subur di atas tanah berpasir tak bergerak karena tak ada angin yang bertiup.
Langkah Jasmine kembali berhenti saat telinganya mendengar derum mesin mobil yang datang dari arah belakang, mobil hitam yang beberapa saat lalu melintasi dirinya itu kembali. Perlahan jendela kaca turun, memaparkan seorang pria dengan rambut jabrik di belakang roda kemudi.
"...selamat siang nona?" Senyuman ramah terukir di wajah laki-laki yang saat itu menggunakan kemeja putih tanpa dasi.
"Siang..." Jawab Jasmine,
"Kau penduduk Psychoville?" pria itu kembali mengajukan pertanyaan,
"Psychoville?" ulang Jasmine bingung, ia menatap lekat wajah pria yang tangannya tak lepas dari roda kemudi. "Nama desa ini Psychoville bukan?" pria tersebut menjelaskan.
"Oh, jadi tempat ini punya nama... Maaf sebelumnya aku tidak tahu karena aku bukan berasal dari sini." Jawab Jasmine apa adanya, mendengar jawaban Jasmine membuat pria itu melebarkan senyumannya, ia sedikit menunduk beberapa saat, "lalu, kenapa kau bisa berada di sini?" Sebotol air mineral terulur ke luar jendela. "Ini... Ambillah, kau terlihat lelah."
"Terima kasih..." Jasmine menyambut air mineral yang berada di depannya.
"Sama-sama, jadi... Kenapa kau bisa di sini?" pertanyaan itu kembali mendengung di telinga Jasmine, "itu... Ceritanya panjang." Jawab Jasmine, ia menundukkan pandangannya.
"Oh ya? Kalau begitu... Apa kau bersedia untuk menceritakannya padaku?" pria itu menatap Jasmine lekat, "sebagai gantinya, aku akan antarkan kau ke tempat tujuanmu." Jasmine kembali menoleh pria yang berada di dalam mobil, "bagaimana?" pria itu memberi tawaran.
Jasmine bungkam, ia tak membuka mulutnya sama sekali.
"Sepertinya, kau menolak ya?" pria dalam mobil itu kembali berkata, "baiklah kalau begitu, aku pergi dulu ya... Senang bertemu denganmu nona." Pria dengan kemeja putih polos itu menaikkan kaca jendela yang sempat ia turunkan. Melihat kalau kaca di hadapannya mulai naik, lekas Jasmine menempelkan telapak tangannya ke permukaan kaca.
"Tunggu!" Serunya, "baiklah... Aku akan ceritakan semuanya." Ucap Jasmine tanpa ragu, kalimatnya barusan kembali mengukir senyuman pria yang setia dengan posisi duduknya.
"Kalau begitu, naiklah..." ucapnya. Jasmine menurut, ia membuka pintu belakang lalu duduk di salah satu sofa dengan senyap. "Kau belum bilang namamu siapa, nona?"
"Jasmine..., Namaku Jasmine."
"Nama yang cantik..." respon pria itu, tangannya bergerak untuk mengunci semua pintu mobil. "Aku Arcy..." ucapnya ikut memperkenalkan diri. Jasmine tak menjawab, ia hanya mengangguk pelan, membuat keadaan menjadi senyap untuk beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I SAW THE DEVIL ✔ (END)
Mystery / ThrillerDreame account : AuthorID "Jasmine ... Jangan kabur dariku kalau kau tidak ingin aku bunuh!" Oris Darel Tristan. ISTD, 15/10-19