ISTD 23

17.5K 1.1K 131
                                    

Tubuh Jasmine segera di serang angin dingin saat ia melangkah keluar dari mobil Oris. Hujan deras yang sempat membasahi dirinya dan Oris sudah berhenti sejak setengah jam yang lalu. Jalanan di sekitar tempat tinggal Oris lengang, tak ada satupun kendaraan yang melintas sejak tadi, Jasmine memeluk tubuhnya yang di balut dress putih pemberian Oris, gadis itu menunggu sosok Oris yang kini masih duduk di belakang kemudi dengan tatapan lurus kedepan.

Canggung menengahi mereka berdua, Jasmine tak berani menyapa karena kejadian sebelumnya masiy membuat dirinya segan. Sepuluh menit berlalu, Oris keluar dari mobil, matanya menyorot wajah Jasmine yang berada di seberang mobilnya. "Kenapa berdiri di sana? Ayo masuk ...."

Oris melangkahkan kakinya menuju pintu, di susul Jasmine setelah ia mengangguk pelan. "Jasmine, apa kau tidak rindu keluargamu?" tanya Oris tanpa menoleh ke belakang, mendengar pertanyaan Oris membuat Jasmine mengangkat kepala untuk menoleh punggung Oris, ia memilih tak menjawab.

"Kau dengar aku?"

"y,ya... aku dengar." Jawab Jasmine pelan, ia menundukkan kepalanya. Mendengar itu Oris menoleh kebelakang, menatap gadis kecilnya yang berdiri dengan bahu yang turun serta ekspresi yang murung. "Lalu, kenapa tidak kau jawab?"

"Maafkan aku..." cicit Jasmine dengan nada bergetar, perlahan ia mengangkat kepala, memandang Oris dengan mata yang berkaca. "Aku janji tidak akan pergi lagi Oris, maafkan aku ...." airmata Jasmine jatuh, sinar kuning lampu jalanan membuat hidung Jasmine yang memerah terpapar jelas. Oris terdiam, ia mematung di tempatnya berdiri tanpa berkata ataupun memasang ekspresi apapun, untuk beberapa saat, hanya isakan Jasmine yang terdengar.

Berselang beberapa detik, Oris melangkah menghampiri sosok Jasmine, dan tanpa permisi ia memeluk gadis itu dengan erat. Mengarahkan wajah Jasmine untuk tenggelam di dadanya, "shhhht.... diamlah Jasmine, tangisanmu mengganggu fungsi jantungku ...." ucap Oris dengan nada datar, Jasmine mendengar, perlahan isakannya memelan, menyisakan sesegukan yang mengukir senyum di bibir Oris.

"Ayo jawab pertanyaanku, apa kau rindu keluargamu? Atau paling tidak, apa ada tempat atau seseorang yang rindukan?" Oris kembali mengajukan pertanyaan.

Sempat hening sejenak sebelum Jasmine menjawab, "...kenapa tiba-tiba kau bertanya tentang itu?"

"Jawab saja..." desak Oris, ia melepas pelukannya.

Jasmine menggeleng, "tidak ada. Ibuku sudah meninggal tiga tahun yang lalu, di desa hanya ada adik dan ayah tiriku, Aku... tidak punya orang yang ku rindukan atau tempat untuk pulang Oris, jadi aku mohon, biarkan aku tetap bersamamu." Jawab Jasmine dengan nada memelas samar,

"Ayah kandungmu?"

"Entahlah... aku tidak pernah melihatnya semenjak umurku 8 tahun." Jawab Jasmine seadanya, "kenapa kau bertanya tentang ini?" sambungnya.

Oris tak menjawab, ia menatap wajah Jasmine dengan lekat. "Siapa nama adikmu?"

"Zein."

ISTD

Sinar matahari menyeruak memasuki celah-celah tembok kayu, membuat debu-debu yang terbang menjadi terpapar jelas. Seorang gadis dengan kulit agak gelap itu membuka mata, ia memandang sekeliling, tak ada yang bisa ia temukan selain ruangan asing yang tak terurus.

"Hei... Zein, sudah sadar?"

Segera Zein membawa pandangan ke belakang saat mendengar namanya di serukan. "Claude ...." balasnya, Claude yang sebelumnya bersandar di ambang pintu melangkahkan kakinya masuk untuk menemui sosok Zein.

I SAW THE DEVIL ✔ (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang