Lonceng kecil yang terdapat di atas pintu masuk ruko milik Jordan berdenting saat Oris mendorong pintu kaca tebal tersebut, alunan musik lama dari piringan hitam yang terputar di atas gramofon memenuhi isi ruangan yang memajang berbagai barang-barang antik di sana,
Jasmine ikut melangkahkan kakinya ke dalam ruangan, untuk sejenak ia menatap sekeliling sebelum menyusul langkah Oris yang kian bergerak masuk ke dalam. Namun, di tengah langkahnya yang bergerak maju menuju sosok Oris, mata gadis itu terpana oleh sebuah patung keramik dengan motif angsa kecil di sebuah rak, tanpa pikir panjang, ia segera menghampiri ornamen tersebut.
Senyum mengukir di bibir gadis itu saat tangannya menjangkau sebuah pajangan barang klasik yang berdebu tipis tersebut, "Oris lihatlah---" ucapan Jasmine terhenti saat matanya menatap ke arah belakang rak tempat ia menjangkau angsa.
"Aaaaaaakhhhhh!" Pekik Jasmine, ornamen angsa itu terlepas dari kedua tangannya bersamaan dengan terduduknya ia ke lantai,
"Ada apa Jasmine?" tanya Oris sembari mendekat, Jasmine menoleh Oris dengan matanya yang membesar,
"Ma, mayat Oris... ada yang mati di sana." Telunjuk Jasmine terangkat ke udara, Oris tak menjawab, ia membawa pandangannya ke arah jari telunjuk Jasmine, berselang beberapa saat Oris membawa langkahnya ke belakang rak. Benar saja, Jordan yang terbaring dengan posisi tertelungkup serta darah yang menggenang di sekitar kepalanya berada di sana. Tatapan Jordan terbuka sempurna, seolah mengatakan kalau dia mati dalam keadaan terkejut.
"Tak ku sangka kita akan bertemu di sini, Oris ...." seorang pria keluar dari sebuah pintu yang berlapis tirai biru malam, senyum terpasang di bibirnya yang mulai di diami keriput halus.
Oris membawa pandangannya ke arah pria tersebut, "...John?"
"Hai..." sapa John, ia melipat kedua tangannya di dada sambil terus tersenyum, "siapa di sana? Apa itu Jasmine...?" John melangkah melewati Oris bergitu saja, Oris terdiam, ia hanya mengikuti langkah John dengan ekor matanya.
Jasmine mendongak, menatap John yang tengah berjalan kian mendekati tubuhnya. "...Jasmine?"
Untuk sejenak Jasmine terdiam, ia terus memandang wajah John dengan lekat. "Pa,paman?" responnya kemudian, mendengar kalau Jasmine masih mengenalinya membuat John melebarkan senyuman.
"Syukurlah... bearti aku belum banyak berubah mengingat kau masih mengenaliku." Ucapnya sambil melepas lipatan tangan, ganti mengulurkan salah satunya ke hadapan Jasmine, "berdirilah... lantai itu kotor."
Oris masih terdiam sambil terus memperhatikan tingkah John terhadap Jasmine, Jasmine sempat menoleh Oris beberapa saat sebelum menyambut uluran tangan John, genggaman erat segera Jasmine rasakan. John menariknya ke atas untuk berdiri, "Wah... Jasmine, kau sudah dewasa sekarang." John terus menatap Jasmine sambil tersenyum aneh, "dulu, kau hanya sepinggangku."
Jasmine tersenyum kaku, "te,tentu saja paman... sudah berlalu bertahun tahun sejak kita terakhir kali bertemu." Jasmine kembali menatap Oris, namun pria itu masih saja terdiam sambil terus memperhatikan dari tempatnya berdiri.
"A, paman... nanti lagi bicaranya, aku dan Oris harus pulang sekarang." Jasmine mencoba melepaskan tangannya dari genggaman John, namun pria itu tampaknya enggan untuk merelakan.
"Pulang?" tanya John memastikan, "sekarang? apa kau tidak merindukanku Jasmine? Kau tidak ingin sekedar bicara sambil makan es krim denganku?"
Jasmine kembali tersenyum kaku, ia menatap wajah John, "ah, tentu saja... tapi tidak sekarang, sekarang aku harus pulang." Jasmine masih terus berusaha melepas tangannya, "Oris!" panggilnya kemudian. Pria itu bergeming, ia hanya menatap Jasmine tanpa melakukan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
I SAW THE DEVIL ✔ (END)
Mystery / ThrillerDreame account : AuthorID "Jasmine ... Jangan kabur dariku kalau kau tidak ingin aku bunuh!" Oris Darel Tristan. ISTD, 15/10-19