ISTD 21

17.7K 1.1K 46
                                    

Alunan musik klasik memecah kesunyian malam. Oris yang berdiri di atas balkon kamarnya menatap kota yang di selimuti malam. Sesekali rambutnya yang menutupi dahi itu menepi saat angin malam menerpa wajah rupawannya. Tubuh tegap dengan kedua tangan yang ia masukkan di dalam saku celana itu seolah larut dalam kesunyian malam. Tak ada banyak suara yang terdengar mengingat sekarang sudah pukul tiga pagi, hanya radio tua yang menemai Oris malam itu. Wajah murung serta kolam hitam retina matanya seolah menyimpan banyak beban, yang seorangpun tak pernah tahu.

"...Oris?"

Sontak Oris menoleh kearah belakang saat ia mendengar namanya di serukan dengan samar. Namun, ia tak menemukan siapapun di sana, di dalam kamarnya hanya ada dia seorang, sendirian. Cukup lama Oris terus menatap ruang di belakangnya sebelum memutuskan untuk menggerakkan tubuhnya. Pria itu memutar kunci yang tak pernah terlepas dari knop, segera saja koridor dengan cahaya redup menyambutnya kala ia membuka pintu.

Dengan senyap, ia melangkah menyusuri koridor. Melewati kamar demi kamar untuk menuju ruangan Jasmine. Oris sempat terdiam beberapa waktu saat ia tiba di depan kamar gadis tersebut, wajahnya datar, tak memasang ekspresi apapun. Berselang beberapa detik, Oris tersenyum miring lalu melangkah menjauh meninggalkan pintu kamar Jasmine tanpa melakukan apapun.

ISTD

Jasmine mengkerutkan dahi saat sinar matahari yang sedari tadi bersinar menyilaukan retina matanya. Gadis itu sudah terbangun sejak satu jam yang lalu, namun ia memilih pura-pura terlelap demi menunggu Oris membangunkan dirinya. Lima belas menit kemudian gadis itu membuka mata, ia menoleh kearah pintu. Tak ada tanda-tanda kalau Oris akan datang meski sekarang sudah pukul delapan pagi.

"Apa dia lupa kalau sekarang sudah waktunya sarapan?" Jasmine berucap lemas, ia membangkitkan tubuhnya dari atas ranjang. Gadis itu melangkahkan kakinya ke arah pintu, ia memutar knop pintu sambil mendengus pelan karena pasti Oris mengunci dirinya di dalam ruangan tersebut.

Namun, gadis itu sedikit terkejut saat mendapati ia bisa membuka pintu. Koridor sepi segera menyambut dirinya saat ia menarik pintu ke belakang, gonggongan anjing yang saling bersahutan terdengar samar, Jasmine melangkahkan kakinya keluar, memijak karpet merah yang terhampar di sepanjang koridor,

"...Oris?" Seru Jasmine seraya berjalan menuju ruang depan.

Namun, tak ada sahutan. Barangkali Oris tak dapat mendengar suaranya atau pria itu sedang tak berada di sana sekarang, gonggongan anjing semakin jelas terdengar saat Jasmine tiba di dekat pintu utama, ia membawa pandangannya ke arah jendela yang terpasang teralis besi.

Di luar sana, terdapat tiga ekor anjing liar yang menyalak sebuah kantong plastik yang tertumpuk di dekat tong sampah. Sesekali salah satu anjing tersebut menggigit-gigit kantong tersebut lalu kembali menggonggong. Jasmine yang melihat hal itu mengernyitkan dahi samar. Tiba-tiba ia menjadi penasaran, apa yang ada di dalam kantong tersebut sampai di kerumuni oleh anjing jalanan. Dengan senyap Jasmine berjalan membuka pintu lalu menghampiri letak tempat pembuangan yang terletak tak begitu jauh dari tempat tinggal Oris. Keadaan di luar sepi, hanya ada sesekali mobil melintas.

Ketiga anjing yang sebelumnya mengelilingi tong sampah itu pergi bersembunyi saat Jasmine datang mendekat.

"Hei... tenanglah, jangan takut." Ucap Jasmine sambil memelankan langkahnya, ketiga anjing itu menatap Jasmine, mereka menjaga jarak namun memperhatikan. "Aku hanya ingin melihat ini ...." ucap Jasmine sambil memegang plastik hitam yang di ikat. Beberapa lalat berterbangan saat Jasmine mengangkat plastik besar tersebut.

I SAW THE DEVIL ✔ (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang