"Di sini, bangunan tiga lantai dengan cat berwarna kuning pudar itu tempat tinggal Oris."
Mortas menatap wajah Deron yang duduk persis di sampingnya, "kau yakin?" tanyanya memastikan. Deron tak langsung menjawab, sedangkan supir taksi yang mereka tumpangi itu terdiam mendengarkan. "Silahkan temui aku di hostel kalau ucapanku ini bohong."
Sebuah seringai terpasang di wajah Mortas, "baiklah." Ucapnya sambil membuka pintu mobil, segera gadis itu berjalan menuju rumah yang di kabarkan Deron sebagai tempat tinggal Oris beberapa saat lalu. Deron menghela nafas panjang lalu menutup matanya kemudian.
"Jalan pak."
ISTD
Jasmine membuka mata saat mendengar suara pintu yang di gedor dengan kencang, gadis itu mengangkat kepala, menatap arah suara dengan tatapannya yang sayu.
"Oris!"
Untuk kesekian kali, telinga Jasmine mendengar nama Oris di serukan oleh suara yang terdengar asing di telinganya. Jasmine menatap sekitar, tak ada siapapun di dalam sana kecuali dirinya dan koridor yang sepi. Selama beberapa saat suara keras yang menyerukan nama Oris itu terus terdengar, sampai berubah menjadi senyap setelah berlalu beberapa menit.
Pandangan Jasmine terus mengarah kearah pintu, kepalanya kembali turun, bibir yang pucat serta mata yang sedikit memerah itu menandakan kalau saat ini dia tidak sedang sehat.
Tuk! Tuk! Tuk!
Jasmine perlahan menghadapkan pandangannya ke belakang saat mendengar suara jendela kaca yang setengahnya di tutupi tirai merah tebal, gadis itu menggerakkan tangan untuk menjangkau ekor gorden yang menjuntai tak jauh darinya. Segera saja wajah Mortas yang tengah tersenyum seram menyambut dirinya.
Bibir Mortas semakin tertarik ke atas saat melihat wajah Jasmine yang tampak terkejut, gadis itu membungkuk, lalu kembali berdiri dengan sebuah batu di genggaman tangannya. Seringai kaku masih menghiasi bibir Mortas, ia mengetuk-ngetuk kaca tebal rumah Oris dengan pelan sambil terus tertawa kecil, Jasmine bangkit dari posisi duduknya, pandangannya meliar, berharap dapat menemukan sosok Oris.
"Oris?" panggilnya, namun tak ada sahutan sama sekali. Jasmine memundurkan langkah, meski kaca jendela tempat tinggal Oris yang terlihat tebal dan teralis besi yang terpasang di dalamnya sebagai bentuk pengaman ganda, gadis itu tetap saja takut mengingat Mortas adalah gadis yang sinting.
Praaakk!
Jasmine semakin memundurkan langkah saat mendengar suara retakan kaca. Jantung gadis itu berdetak kencang, nafasnya perlahan memburu. Ia terus mengawasi jendela yang terus di bentur Mortas dengan kaca. Berselang beberapa detik, Jasmine memilih berlari menjauh, meninggalkan keberadaan Mortas yang masih saja memukulkan batu di tangannya ke keca jendela, ia masuk ke dalam kamar lalu mengunci pintu itu dengan cepat.
ISTD
Arcylic menghentikan tindakannya yang hendak membuka pintu mobil saat melihat mobil Oris memasuki halaman tempat tinggalnya. Pria tinggi itu menunggu sosok Oris yang kini sudah menjejakkan kakinya di lantai semen.
"Mau kemana kau?" pertanyaan itulah yang pertama keluar dari mulut Oria saat melihat Arcylic tanpa jas dokter di tubuhnya. "Tadinya aku ingin menemuimu,"
"Lalu?"
"Kau sudah tiba lebih dulu di sini, jadi aku mengurungkan niat." Jawab Arcylic, "ayo, ikut aku." Sambungnya lalu berjalan masuk ke dalam mansion di susul Oris beberapa langkah di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I SAW THE DEVIL ✔ (END)
Mystery / ThrillerDreame account : AuthorID "Jasmine ... Jangan kabur dariku kalau kau tidak ingin aku bunuh!" Oris Darel Tristan. ISTD, 15/10-19